Anak adalah generasi yang akan memegang sebuah estafet kepemimpinan di masa depan. Maka, memberikan pemahaman atau edukasi karakter bisa dilakukan sejak dini. Terlebih, saat bulan Ramadan yang sangat mulia ini. Maka, anak-anak kita perlu diajarkan tentang pemahaman ibadah. Agar mereka mempunyai dasar keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
Lantas, jenis ibadah apa yang bisa diajarkan kepada anak saat bulan Ramadan? Sejatinya, banyak jenis ibadah yang bisa diajarkan kepada anak. Namun, ada 7 jenis ibadah yang bisa menjadi pegangan sejak dini. Apa saja itu? Yuk, simak sampai selesai.
MELAKSANAKAN PUASA DI BULAN RAMADAN
Hal yang paling mendesak perlu diajarkan kepada anak di bulan Ramadan adalah perlunya belajar menjalankan ibadah puasa. Sebagai orang tua tidak boleh memaksanakan anak. Untuk melaksanakan ibadah puasa, sebelum mereka baligh. Orang tua hanya memberikan pemahaman dasar perlunya berpuasa.
Jika anak hendak berpuasa setengah hari, maka orang tua meski bangga. Karena, puasa setengah hari merupakan pembelajaran awal anak mengenal ibadah puasa. Biarkan anak melaksanakan ibadah puasa dengan senang hati. Itu menjadi modal besar hingga anak melaksanakan puasa seharian.Â
![Mengajarkan anak berpuasa (Sumber shutterstock)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/mengajarkan-anak-berpuasa-608dbc66d541df78265e7f82.jpg?t=o&v=770)
Sholat merupakan kewajiban bagi siapapun umat Islam yang sudah baligh. Dan, pembelajaran tentang sholat bukan hanya saat bulan Ramadan saja. Tetapi, bulan Ramadan menjadi momen terbaik. Untuk mengajarkan anak mengenal ibadah sholat.
Anak terbiasa mengikuti kebiasaan temannya. Waktu kecil, anak saya sendiri terbiasa diajak temannya ke mushola dekat rumah. Mau tidak mau, dia akan belajar ibadah sholat di mushola tersebut. Sebagai orang tua, saya tinggal mengarahkan yang terbaik. Karena, mereka sudah mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari ustadz di mushola. Saat bulan Ramadan, orang tua bisa melibatkan anak saat sholat fardhu atau sholat tarawih.
![Mengajarkan anak melaksanakan sholat (Sumber shutterstock)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/mengajarkan-anak-melaksanakan-sholat-608dbc85d541df7a726e2ea3.jpg?t=o&v=770)
Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun cenderung malas-malasan saat melaksanakan ibadah puasa. Mereka inginnya tidur-tiduran saja. Hal yang pertama dilakukan orang tua adalah memberikan contoh terbaik terlebih dahulu buat anaknya.
Orang tua menjadi orang yang paling produktif di lingkungan keluarga. Sang Bapak mencari nafkah buat keluarga. Dan, sang ibu bekerja dengan senang hati mengurus rumah tangga. Â
Selanjutnya, orang tua perlu mengajarkan ibadah yang baik. Yaitu, perlunya menjadi anak yang produktif, meskipun dalam suasana berpuasa. Tentu, mereka merasa berat melakukannya saat pertama kali melakukannya.
Biarkan anak anda untuk melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja. Seperti, melakukan pekerjaan rumah dari gurunya di sekolah. Atau, sekedar membantu pekerjaan ringan, saat ibu ada di dapur.
![Anak tetap produktif di bulan Ramadan (Sumber shutterstock)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/anak-tetap-produktif-di-bulan-ramadan-608dbc9dd541df04d706ecf2.jpg?t=o&v=770)
Orang tua berharap agar anak kita beroleh banyak kebaikan dunia dan akhirat. Maka, belajar berdzikir sangat perlu buat anak. Mereka diajarkan ibadah untuk memuji atau berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dan, mengajarkan anak berdizikir sangat bermanfaat untuk mendatangkan pahala buat anak tersebut.
Tentu, orang tua mengajarkan berdzikir yang simpel-simpel terlebih dahulu. Contoh, anak diajarkan untuk membaca Alhamdulillah sesudah sholat. Perlu pembelajaran berdzikir secara perlahan. Hingga anak sendiri yang memintanya lebih. Ini menandakan bahwa anak mempunyai rasa keingintahuan yang besar.Â
![Berdzikir kepada Allah SWT (Sumber shutterstock)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/berdzikir-kepada-allah-swt-608dbd1d8ede482dce2f33b4.jpg?t=o&v=770)
 Tadarus Al Qur'an merupakan ibadah yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya. Hal yang pertama kali dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk mengenal tadarus Al Quran. Seperti, bermain-main di sekitaran anak-anak yang sedang tadarus Al Qur'an.
Anak-anak sering terbawa pengaruh teman mainnya. Ketika, anak anda terbawa temannya ke masjid atau mushola. Maka, anak anda akan belajar menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teman mainnya.
Perlahan, anak-anak anda akan terbawa suasana. Mereka mencoba untuk belajar Al Qur'an. Selanjutnya, ia dengan senang hati belajar membaca Al Qur'an tersebut. Biasanya, teman main akan senang hati mengajari gratis. Kepada temannya sendiri untuk belajar membaca Al Qur'an.
Jika, anak anda sudah bisa membaca Al Qur'an. Maka, anak yang tadinya malas tadarus Al Qur'an, akan terbawa temannya yang rajin tadarus Al Qur'an. Minimal, ia akan menyimak orang yang sedang tadarus Al Quran.
Seperti, yang terjadi pada keponakan saya. Ketika, temannya rajin tadarus Al Qur'an di mushola. Maka, dia pun mencoba untuk ikut dalam kegiatan tadarus AL Qur'an. Selanjutnya, orang tua memberikan dukungan terbaik. Dan, mengingatkan jika tidak mau lagi tadarus Al Qur'an.
![Tadarus Al Qur'an (Sumber: dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/tadarus-al-qur-an-608dbcd5d541df08f5023f22.jpg?t=o&v=770)
Apa sih tujuan puasa? Tentu, mencetak manusia yang bertaqwa. Salah satu pelajaran berharga dari ibadah puasa adalah ikut merasakan penderitaan orang lain. Betapa lapar dan dahaganya orang yang sedang berpuasa.
Sama halnya dengan kaum fakir miskin. Mereka tidak tentu makan apa untuk keesokan harinya. Berpuasa mampu membentuk manusia, yang mempunyai rasa empati kepada penderitaan orang lain.
Bagaimana caranya? Orang tua perlu mengajarkan ibadah yang terkesan kecil. Yaitu, belajar menolong orang lain yang membutuhkan. Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan ibadah tersebut. Seperti, libatkan anak saat orang tua memberikan takjil Ramadan gratis kepada orang lain.
Perilaku tersebut akan menjadi pelajaran berharga untuk anak. Bahwa, di sisi lain masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Maka, anak anda tidak akan segan untuk membantu teman atau orang lain yang membutuhkan pertolongan. Anak anda akan mempunyai rasa empati yang bear.
  Â
![Menolong orang lain yang membutuhkan (Sumber shutterstock)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/menolong-orang-lain-yang-membutuhkan-608dbd4f8ede4850e45494f2.jpg?t=o&v=770)
Â
Pernahkan kalian melihat anak-anak berlari-larian di depan orang tua yang sedang duduk? Pasti pernah, bukan? Tentu, tidak masalah jika anak-anak tersebut masih balita. Meskipun, orang tua harus memberikan pelajaran berharga buat anaknya. Agar, anak belajar sopan atau mengucapkan permisi pada orang yang lebih tua.
Masalah akan menjadi serius, ketika anak-anak sudah melewati baligh. Sementara, mereka tidak mengenal kata "sopan" di hadapan orang yang lebih tua. Itulah sebabnya, sejak kecil, anak-anak anda perlu diajarkan untuk menghormati orang dewasa. Seperti, mencium tangan keluarga terdekat.
Bukan hanya mengenalkan anak dengan keluarga besarnya. Tetapi, anak-anak akan belajar tentang rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Seperti, apa yang dilakukan para guru di sekolah. Anak-anak belajar mencium tangan gurunya, saat masuk dan pulang sekolah.
Selanjutnya, orang tua lebih mengarahkan dan mendukung tingkah laku anak. Agar, anak tetap mempunyai rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Karena, Pendidikan tersebut perlu diajarkan sejak dini. Â Â
![Menghormati Orang Tua (Sumber shutterstock)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/02/menghormati-orang-tua-608dbd6e8ede481f920ff3f4.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI