Tampak dari depan, gedung sekolah yang didominasi warna biru muda itu terlihat modern dan minimalis. Namun, ketika rombongan Danone Blogger Academy (DBA) 3 disambut sangat meriah dengan lagu oleh anak-anak siswa SMP Wisata Sanur. Kami baru tahu bahwa sekolah tersebut mempunyai halaman yang luas dan hijau. Kami pun diterima dengan ramah oleh Bapak Kepala Sekolah Drs. Gusti Made Raka di salah satu ruangan sekolah. Untuk mendapatkan informasi penting. Yaitu, tentang program sekolah yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Khususnya, tentang prinsip 3R dalam pengolahan sampah.
Awal bulan September 2019 lalu, saya terpilih dalam program Danone Blogger Academy (DBA) 3 Bali. Salah satu acara penting yang dijadwalkan oleh panitia adalah mengunjungi salah satu sekolah. Sekolah tersebut terletak di salah satu perempatan jalan I Gusti Ngurah Rai. Tepatnya, beralamat di Jalan Danau Buyan No. 59 Sanur, Denpasar Bali yang bernama SMP Wisata Sanur.
Rombongan DBA 3 diterima dengan senyum dan keramahan. Dan, selanjutnya mendapatkan informasi penting tentang sekilas SMP Wisata Sanur. Namun, ada hal penting yang menarik perhatian rombongan DBA 3. Yaitu, Kepala Sekolah memberikan pemahaman tentang lingkungan hidup di sekolah. Khsususnya, dalam pengolahan sampah. Bahkan, program pengolahan sampah tersebut akan dimasukan dalam kurikulum sekolah.
Bahkan, masalah sampah tersebut menjadi agenda besar program pemerintahan Presiden Jokowi. Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 2017 tentang Strategi dan Kebijakan Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pengelolaan sampah dan pengurangan sampah ditargetkan mencapai 30% pada 2025. Dengan kata lain, Indonesia Bersih Sampah 2025
Hingga kini, masalah sampah masih menjadi perhatian besar. Tidak terkecuali, Pemerintah Provinsi Bali. Karena, kuantitas sampah yang cenderung bertambah setiap harinya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Pulau Dewata tersebut.
Tentu, Pemerintah Provinsi Bali telah melakukan berbagai program dan tindakan dalam penanganan sampah secara profesional. Sampah yang datang dari hulu seperti Rumah Tangga (RT) atau perusahaan hingga hingga berakhir di hilir (bermuara ke laut).
Sungguh mengerikan ketika sampah tersebut berakhir di laut. Berbahaya terhadap dampak lingkungan hidup. Terutama, mengancam kelangsungan hidup ekosistem laut. Yang nantinya, akan berakhir pada manusia untuk dikonsumsi.
Perlu diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian dari peneliti ITB Bapak DR. Ir. Made Wahyu Widyarsana, ST. MT.IPM dalam presentasinya yang berjudul "Membangun Ekosistem Daur Ulang untuk Mewujudkan Bali yang Bersih" awal bulan September 2019 lalu di Gianyar Bali. Presentasi tersebut menyatakan bahwa kuantitas sampah yang dihasilkan Bali sekitar 2.253,6 ton per hari. Bahkan, di beberapa media online melansir kuantitas sampah yang lebih besar, yaitu sekitar 4.281 ton. Atau, kurang lebih setengah luas lapangan bola.
1. Reduce (pengolahan sampah yang bertujuan untuk mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah).
2. Reuse (pengolahan sampah yang bertujuan untuk menggunakan kembali barang barang yang masih bisa digunakan demi mengurangi sampah dari barang tersebut).
3. Recycle (pengolahan sampah yang bertujuan untuk mendaur ulang barang barang yang sudah tidak bisa digunakan lagi seperti sampah organik maupun non organik).
Kreativitas Generasi Z
Menarik, apa yang diinformasikan oleh Kepala Sekolah SMP Wisata Sanur. Di mana, keterlibatan siswa sekolah yang termasuk dalam Generasi Z, pantas diapresiasi dengan baik.
Sebelum melangkah lebih lanjut, mari kita perhatikan pembagian generasi (menurut Harry Patria/Linkedin, 2020) yaitu:
1.Generasi Silent Generation (lahir tahun 1928-1945)
2. Generasi Baby Boomer (lahir tahun 1946-1964).
3. Generasi X (lahir tahun 1965-1980)
4. Generasi Y (lahir tahun 1981-1996).
5. Generasi Z (lahir tahun 1997-2012)
7. Generasi Alfa (lahir tahun 2013-sekarang)
Dilihat pembagian generasi di atas, maka siswa SMP yang berada pada rentang usia 13-16 tahun, lahir pada tahun 1997-2012.
Dua siswi yang terlihat masih lugu tersebut, sangat percaya diri memaparkan hasil kreasinya. Berupa desain pakaian dari bahan perca dan kantong plastik bekas bungkus permen. Dan, bekas bungkus kebutuhan sehari-hari yang mayoritas dibuang ke tempat sampah. Namun, di tangan siswi tersebut telah disulap menjadi model pakaian yang menawan.
Kita menyadari bahwa Generasi Z adalah generasi yang terlahir saat dunia digital atau internet berkembang dengan pesat. Ibarat kata, Generasi Z terlahir dengan bekal smartphone di tangan. Mereka begitu lihai mengutak-atik perangkat layer sentuh.
Oleh sebab itu, saat ada anak berumur belasan. Dan, mereka peduli tentang prinsip 3R dalam pengolahan sampah. Itu menjadi hal yang harus diapresiasi dan menjadi inspirasi buat lainnya.
Kreativitas siswa SMP Sanur tidak terbatas sampai di sini. Setelah pemaparan Bapak Kepala Sekolah selesai. Rombongan DBA 3 disuguhi dengan penampilan kreativitas lainnya yang dilakukan oleh siswa. Di antaranya adalah kreativitas siswa dalam mengolah sampah plastik untuk didaur ulang (reuse).
Suara seorang siswi dan gabungan musik yang ada menjadi asik didengar. Gerakan beberapa penari pengiringnya pun menggambarkan tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup.
Saya pun harus berkeliling lagi, sesuai dengan anjuran pihak sekolah. Melihat hasil karya siswa dari bahan sampah plastik menjadi barang berguna sunguh mengesankan. Hasil karya tersebut ada di dekat kantor Bank Sampah.
Dan, pemandangan unik lainnya yang membuat terpesona adalah keberadaan berbagai tanaman atau sayuran. Â Pemandangan sayuran atau tanaman tersebut berada persis di pojok kiri belakang area sekolah.
3R Mekardi Luwih
Usut punya usut, keberadaan tanaman atau sayuran tersebut adalah hasil karya siswa sekolah secara swadaya dengan bimbingan para guru. Dan, pupuk yang digunakan untuk membesarkan tanaman atau sayuran tersebut adalah pupuk organik. Yaitu, pupuk yang diperoleh dari pengolahan sampah.
Pemandangan tersebut memberikan bukti bahwa siswa SMP Wisata Sanur mengolah sampah organik yang ada secara serius. Itulah sebabnya, pihak sekolah mendirikan sebuah Bank Sampah yang bernama Bank Sampah Mekardi Luwih. Â Â
Tentu, peran guru sangatlah penting dalam membina dan mencetak jiwa Generasi Z, agar peduli terhadap kondisi sampah di Bali. Tindakan yang mereka lakukan memang masih tergolong kecil atau lokal sekolah. Tetapi, jika program tersebut dilakukan secara massal oleh semua sekolah di Bali. Maka, penanganan sampah organik semakin maksimal. Serta, kuantitas sampah yang ada di Bali setiap harinya bisa diminimalisir. Â Â
Dari Kami, Oleh Kami, Untuk Kami
Bukan hanya dampak terhadap lingkungan hidup, khsususnya penanganan sampah organik yang bisa ditangani di lingkungan sekolah. Namun, di sisi lain juga mendapatkan berkah secara ekonomi. Bank Sampah yang mengusung tagline "Dari Kami, Oleh Kami, Untuk Kami" tersebut mengajarkan siswa untuk mencipatakan sisi ekonomi dan bisnis.
Anggota Bank Sampah yang terdiri dari siswa sekolah mempunyai buku laporan penghasilan masing-masing. Semacam buku tabungan dari hasil yang diperoleh dalam pengolahan sampah. Fakta ini mengajarkan kepada siswa tentang sikap entrepreneurship sejak dini. Bukan hanya berdampak pada sisi lingkungan hidup. Tetapi, berdampak juga pada sisi ekonomi dan bisnis. Â
Renungan untuk Kita
Sebuah pembelajaran terbaik dari Generasi Z buat kita. Jangan dilihat dari ukuran pengolahan sampah yang mereka lakukan. Tetapi. lihatlah betapa mereka tulus melakukan untuk lingkungan hidup yang lebih baik. Demi ikut serta pengolahan sampah di Bali, yang kuantitas sampahnya mampu membuat geleng-geleng kepala.
Jika, kuantitas sampah yang diolah siswa SMP Wisata Sanur dalam sehari mencapai berat 20 kg. Berapa jumlah sampah yang diolah oleh semua SMP dan SMA/SMK di Bali?
Menurut data Wikipedia yang menyatakan bahwa jumlah SMP dan SMA/SMK baik negeri maupun swasta sekitar 820. Jadi, jika pengolahan sampah seperti apa yang dilakukan SMP Wisata Sanur dilakukan secara massal, Maka, semua sekolah yang wsaya sebutkan di atas mampu menghasilkan 16.400 kg sampah organik setiap harinya. Atau sebesar 0,007 persen dari total sampah yang dihasilkan Bali setiap harinya.
Sebuah kontribusi yang akan terus berkembang, jika, pengolahan sampah dilakukan secara maksimal dan profesional. Di mana, program massal pengolahan sampah di kalangan Lembaga Pendidikan perlu mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah dan stakeholders yang berkaitan. Â