Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Yuk, Manfaatkan Produk Keuangan agar Makroprudensial Aman Terjaga

31 Agustus 2020   21:49 Diperbarui: 31 Agustus 2020   21:46 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanfaatkan produk keuangan untuk menjaga SSK (Sumber: OJK)

Beberapa minggu yang lalu, Presiden Jokowi telah mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia sebesar minus 5,32 persen. Kondisi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara-negara maju di Eropa. Maklum, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi selama Pandemi Virus Corona.

Namun, Pemerintah berusaha keras untuk menjaga kondisi APBN. Agar tidak mengalami defisit. Meskipun, gelontoran dana untuk percepatan penanganan Covid-19. Menarik, menurut Kementrian RI yang menyatakan bahwa posisi utang Pemerintah per akhir Juli 2020 terjaga dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 33,63 persen.

Kondisi Ketidakpastian

Salah satu hal penting yang perlu dijaga bangsa Indonesia adalah kondisi Stabilitas Sistem Keuangan. Khususnya, nilai tukar rupiah agar tidak anjlok. Untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, maka Bank Indonesia (BI) sangat fokus agar kebijakan Makroprudensial Aman Terjaga.

Apalagi, sesuai dengan 3 pilar kebijakan BI, maka Kebijakan Makroprudensial BI bertujuan untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Perlu dipahami bahwa Sistem Keuangan bersifat pro cyclical. 

Di mana, sektor keuangan cenderung over-optimistic pada saat "boom" atau ekspansi. Dan, over-pessimistic pada saat "bust" atau kontraksi. Kondisi itulah menyebabkan terjadinya akumulasi yang memicu kerentanan dan risiko.

Grafik sistem keuangan saat Boom atau ekspansi dan Bust atau kontraksi (Sumber: Bank Indonesia)
Grafik sistem keuangan saat Boom atau ekspansi dan Bust atau kontraksi (Sumber: Bank Indonesia)
Saat Pandemi Virus Corona, menjaga Sistem Keuangan tetap terjaga adalah sebuah keharusan. Apalagi, bukan hanya perbankan saja yang memberikan dampak pada Sistem Keuangan. Tetapi, banyak sektor lain yang sangat mempengaruhinya.  

Senada dengan apa yang ditegaskan oleh Ibu Ita Rulina, selaku Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI. Di mana, elemen Sistem Keuangan dalam kebijakan Makroprudensial tidak hanya perbankan. Tetapi mencakup beberapa sektor lain seperti IKNB (Industri Keuangan Non Bank), Korporasi, Rumah Tangga (RT), Infrastruktur Keuangan dan Pasar Keuangan. Karena, kebijakan Makroprudensial bersifat luas yang mencakup berbagai sektor yang memberikan dampak pada Sistem Keuangan.

 

Interaksi Antar Elemen

Kondisi ekonomi yang tidak stabil akibat Covid-19, tentu sangat rentan terjadinya risiko sitemik. Ada 3 (tiga) hal yang perlu dipahami dari risiko sistemik adalah 1). Sumber risiko sistemik, 2). Contagion Effect akibat Interconnectedness, dan 3). Potensi Dampak ke perekonomian.

Oleh sebab itu, kita perlu memahami bahwa elemen yang ada dalam Sistem Keuangan akan selalu melakukan interaksi. Dengan kata lain, antar elemen Sistem Keuangan saling berhubungan. Akibatnya, interaksi di antara elemen Sistem Keuangan tersebut berpotensi menimbulkan risiko.

Itulah sebabnya, cakupan dalam kebijakan Makroprudensial tidak terbatas pada bank. Tetapi, seluruh elemen sistem keuangan. Sebagai contoh, jika kita berbicara masalah Deposito. Deposito tersebut berasal dari aset keuangan di sektor Rumah Tangga (RT). Sangat berkaitan dengan deposito di sektor perbankan atau IKNB. Bahkan, bertautan lagi dengan deposito di sektor korporasi. Jika deposito di salah satu sektor tersebut mengalami masalah Sistem Keuangan. Maka, akan berdampak pada sektor-sektor lainnya.

Contoh lainnya adalah pekerja pabrik sebuah korporasi. Mereka mendapatkan gaji tiap bulannya. Secara otomatis, penghasilan dari gaji tersebut akan menjadi aset di sektor Rumah Tangga. Faktanya, sebagian dari gaji tersebut didepositokan atau ditabung di sebuah lembaga keuangan (perbankan atau IKNB).

Selanjutnya, perbankan atau IKNB sendiri memberikan pinjaman bagi korporasi tempat pekerja pabrik tadi. Di sisi lain, sebagian uang gaji pekerja pabrik juga dibelanjakan di sebuah toko atau minimarket. Untuk membeli produk yang berasal dari pabrik tadi. Jadi, contoh tersebut menjadi sebuah lingkaran interaksi elemen Sistem Keuangan. Jika salah satu mengalami risiko keuangan, maka akan merembet atau berdampak bagi yang lainnya.

Contoh skenario interaksi antar elemen sistem keuangan (Sumber: Bank Indonesia)
Contoh skenario interaksi antar elemen sistem keuangan (Sumber: Bank Indonesia)

Untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan menjadi tugas KSSK. KSSK sendiri bertugas: 1) Memantau dan memelihara SSK; 2) Penanganan krisis Sistemn Keuangan; dan 3) Penanganan masalah bank sistemik. Jadi, jika ada masalah dengan sistem keuangan maka KSSK bergerak cepat untuk mengatasinya.

Apalagi, di saat ekonomi yang tertekan karena Covid-19. Maka, KSSK benar-benar menjaga agar tidak terjadi risiko Sistem Keuangan. Perlu diketahui bahwa asesmen dari SSK terkini sangat memperhatikan kondisi rupiah. Di mana, penguatan rupiah tertahan akibat sentimen meningkatnya kasus Covid-19.

Banyak korporasi yang mengencangkan ikat pinggang. Bahkan, tidak sedikit yang mengadakan perampingan karyawan, menekan biaya operasional dan menekan lajunya investasi. Dampaknya, terjadi penurunan kinerja sektor korporasi yaitu penurunan penjualan dan profitabilitas korporasi.

Yang paling terasa dampak Covid-19 terjadi di sektor Rumah Tangga. Di mana, kinerja Rumah Tangga saat New Normal masih tertekan. Namun, peningkatan aktifitas ekonomi diperkirakan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mendorong konsumsi ke depan.

Dari sisi Intermediasi, terjadinya permintaan yang melemah dan penawaran yang dibayangi risiko kredit. Oleh sebab itu, perlu adanya dorongan kredit pada sektor-sektor yang potensial memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Tumbuhnya Ekonomi Digital 

Meskipun, kondisi ekonomi tertekan akibat Covid-19. Tetapi, ada hal yang menarik untuk disikapi. Yaitu, tumbuhnya ekonomi digital. Perkembangan E-Commerce naik secara signfikan. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat yang melakukan Work From Home (WFH). Juga, karena adanya kebijakan pemerintah seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dengan tumbuhnya ekonomi digital, maka menjadi pelajaran penting buat kita semua. Bahwa, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga Makroprudensial Aman Terjaga, seperti 1) Perlunya bersikap Kreatif dan Inovatif; 2) Menggalakan Less Cash Society; dan 3) Berpindah ke Go Digital (perlu adaptif dengan kemajuan teknologi seperti menggunakan Financial Technology atau pembayaran Non Tunai dalam setiap transaksi keuangan).

Pembayaran pakai Non Tunai sebagai langkah Go Digital (Sumber: Bank Indonesia)
Pembayaran pakai Non Tunai sebagai langkah Go Digital (Sumber: Bank Indonesia)
Selain itu, kita perlu Cerdas Bertransaksi dalam menggunakan produk keuangan. Bank Indonesia sendiri mengeluarkan kebijakan sistem pembayaran dengan QRIS. Dengan satu QR Code untuk segala jenis pembayaran. Apalagi, anda perlu membayar angsuran tepat waktu yang semakin mudah. Untuk mencegah terjadinya kredit macet dan mencegah terjadinya risiko sistemik.  

Dengan menggunakan QRIS sendiri, bukan hanya mendukung program pemerintah. Tetapi, setiap orang mempunyai kontribusi agar Makroprudensial Aman Terjaga. Dan, program ini membutuhkan kerjasama semua elemen masyarakat.

Pembayaran dengan QRIS sebagai pembayaran digital untuk menjaga SSK (Sumber: GenPI.co)
Pembayaran dengan QRIS sebagai pembayaran digital untuk menjaga SSK (Sumber: GenPI.co)
Jika, kita hendak meminjam uang di perbankan atau IKNB, maka pinjaman tersebut hendaknya untuk usaha yang produktif. Seperti, untuk membuka usaha yang bersifat UMKM. Maka, pinjaman tersebut akan berputar. Dan, keuntungan usahanya bisa untuk membayar angsuran. Untuk mencegah terjadinya kredit macet.   

Agar keuangan kita aman, maka menabung adalah cara yang baik. Bukan hanya menjaga keuangan kita. Tetapi, memberikan kesempatan sektor perbankan untuk memberikan pinjaman kepada sektor lainnya seperti sektor korporasi. Agar, interaksi elemen Sistem Keuangan berjalan lancar.

Jika, kita ingin mempunyai jaminan masa depan. Maka, kita bisa melakukan investasi dalam berbagai bentuk. Bisa dengan deposito, investasi emas, membeli properti atau membeli asuransi. Investasi tersebut sebagai dana insidentil (jaga-jaga), yang sewaktu-waktu bisa digunakan. Atau, untuk jaminan perlindungan di hari tua.

Perlu diketahui bahwa ketika setiap elemen Sistem Keuangan berjalan dengan baik. Maka, sejatinya Makroprudensial Aman Terjaga. Karena, Stabilitas Sistem Keuangan berjalan lancar tanpa adanya risiko sistemik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun