Ruangan hening. Satu persatu tetangganya mohon ijin pulang. Kini, hanya pak Hasan yang duduk di samping bu Kesih. Pak Hasan menyempatkan diri untuk mengetes suhu badan bu Kesih pakai termometer pulpen. Suhunya masih 38 derajat.
"Ya Allah. Cobaan berat apa yang engkau timpakan pada kami" doa pak Hasan dalam hati.
Diraba dan dipegang tangan bu Kesih dengan sayang. Masih terasa hangat di telapak tangan. Â Dipandangi wajah istrinya. Bibirnya pucat memutih. Wajahnya semakin banyak kerutan. Kompresan dari sapu tangan masih menutupi dahinya. Â Pak Hasan masih setia menemani istrinya hingga jam dinding menunjukan angka 03.15. Ia pun hampir menutup matanya karena tidak kuat menahan kantuk.
Tok tok tok ...
Ketokan pintu menggagalkan keinginan pak Hasan untuk memejamkan mata. Â
"Assalamualaikum ... bapak" (suara laki-laki)
"Assalamualaikum ... baoak" (suara wanita)
Pak Hasan kenal banget dengan suara tersebut.
"Subahanallah, anakku Kemal dan Ratih pulang" Ia berkata sendiri dan bergegas menuju pintu dan membukanya.
"Ya, Allah nak. Akhirnya kalian pulang juga. Kok bisa bareng pulangnya. Bapak kangen" gembira pak Hasan sambil memeluk Kemal dan Ratih. Cucu-cucunya melihat dengan takjudb.
"Panjang ceritanya. Gimana kabar ibu, pak?" tanya Ratih.
"ya pak, gimana kondisi ibu" tanya Kemal sambil bergegas menuju tempat pembaringan ibu Kesih.
"Ibu kamu badannya panas sejak 5 hari yang lalu. Dia kangen banget sama kalian" jawab pak Hasan meyakinkan.
Kemal dan Ratih dan disusul anak-anaknya memeluk ibu Kesih. Kehadiran anak-anaknya justru membuat Ibu Kesih berusaha bangun dan memeluk anak-anak serta cucunya.
"Ya Allah, le nduk. Kamu akhirnnya pulang. Ibu kangen banget" wajah bu Kesih mendadak sumringah dan tersenyum lebar. Dibuangnya kompresan yang dari tadi menutupi dahinya.
"Ibu sakit apa?" tanya Ratih
"Saya gak sakit kok. Ya kan pak" jawab bu Kesih sambil tersenyum dan menatap wajah pak Hasan.
'Iya nak, ibumu ternyata hanya demam tinggi karena menanti kedatanganmu. Dia kangen kalian dan cucu-cucu yangkung ini" jawab pak Hasan.
"Sebenarnya, saya dan Ratih janjian dan berusaha mudik bareng, apapun yang terjadi. Kebetulan ada tetangga yang ikhlas meminjamkan mobilnya kepada kami karena sudah seperti saudara, tanpa bayaran" kata Kemal meyakinkan.
"Alhamdulillah" jawab pak Hasan tersenyum senang. Â Â
Bu Kesih berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Ia memeluk 5 cucunya dengan tersenyum bahagia saat menjelang subuh. Kini, keluarga yang dinantikan telah pulang. Berkumpul bersama saat Lebaran.
Malam Ramadan di Denpasar, 1 Juni 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI