Sejak dini, masyarakat perlu ditanamkan perlunya "bijak bermediasosial". Â Apalagi, sebulan berpuasa di bulan Ramadan, anda "diwajibkan" untuk bijak dalam menggunakan media social.
Karena, puasa menahan segala godaan yang membatalkan puasa, tidak berbeda dengan media sosial. Anda "dipaksa" untuk berpuasa juga dalam menggunakan media sosial sebulan penuh dari hal-hal negatif. Bila perlu untuk selamanya.
Perlu diketahui bahwa Media Sosial bagai pisau bermata dua. Satu sisi sangat bermanfaat bagi siapapun. DI lain sisi, tajam bagai pedang. Siap melukai anda atau orang lain. Ada pepatah, "kata-kata yang menyinggung hati, tidak hilang dibawa mati".
Anda harus memahami bahwa media sosial tidak berbeda dengan lidah anda. Saat anda "keseleo" lidah yang menyakitkan hati orang lain maka anda meski cepat-cepat meminta maaf yang bersangkutan. Â
Sama halnya dengan media social. Saat anda "keseleo" menulis sebuah postingan. Ketika menyinggung seseorang atau kelompok. Maka, postingan tersebut akan jadi bumerang. Perlu diketahui bahwa "jejak digital" tidak bisa dihilangkan.
Jika postingan anda menyinggung orang lain. Dan, orang lain ada  yang "screenshoot" postingan tersebut. Maka, anda tidak bisa mengelak meski postingan anda telah dihapus. Bahkan, meski postingan telah tiada, jejak digital "pasti" bisa dilacak.
Itulah kehebatannya ranah digital. Saat anda salah membuat postingan maka saat itu juga "jejak digital" merekam dan menjadi milik publik. Oleh karena itu, anda perlu hati-hati dalam mengelola media sosial. Kendalikan jemarimu. Karena, Jemarimu Bisa Menjadi Harimaumu.
Saya memahami betul bahwa media sosial sudah menjadi "candu" bagi siapapun. Satu hari tidak melihat, membuat atau mengomentari postingan baik milik sendiri maupun orang lain "merasa" ada yang hilang.
Dan, saya pernah melakukan percobaan tanpa menggunakan smartphone selama 3 hari. Percayalah, saya seperti "orang gila". Ada yang hilang dalam diri saya. Ya, eksistensi diri di dunia maya "hilang" sementara. Sama seperti ketika anda mencintai seseorang, tahu-tahu orang yang bersangkutan raib entah ke mana. Anda merasa kehilangan, bukan? Â
Oleh sebab itu, saat media sosial telah menjadi teman setia anda, kelola dengan baik. Berikan postingan yang memberikan inspirasi orang lain. Bagilah sebuah tulisan di media sosial yang menarik orang lain untuk berbuat kebaikan.
Apa sih susahnya membuat postingan yang positif. Mudah bukan? Tapi, banyak orang enggan untuk membagi cerita yang baik. Mereka justru berlomba-lomba untuk menebarkan berita "sensasi" diri yang negatif. Seperti kejadian anak muda pria-wanita berboncengan sepeda motor menjelang waktu sahur. Mereka berani membuka bajunya saat secara terbuka. Kejadiannya di Berau, Kalimantan Selatan. Â
Atau, membagi informasi di media sosial yang belum tentu kebenarannya. Agar, dianggap sebagai pahlawan yang pertama kali mampu "update" berita tersebut.
Mereka dininabobokan bahwa dengan membuat sensasi, mereka akan dibenci. Tetapi, buntutnya dirindukan. Muaranya, mereka akan diundang ke mana-mana oleh media dan menjadi narasumber atau selebritis dadakan. Bisa mejeng dan nampang alias promosi gratis. Lihat saja kalau orang "ngebet" jadi artis dadakan. Janganlah begitu Ferguso!