Menurut Kepala Bank Indonesia Wilayah Bali Bapak Kausa Iman Karana (KIK) menyatakan bahwa persiapan perhelatan pertemuan keuangan terbesar di dunia IMF (International Monetary Fund) - WBG (World Bank Group) Annual Meetings (AM) yang akan diadakan di Nusa Dua Bali mencapai tahap 79 %. Kondisi tersebut diutarakan saat membuka acara "Diseminasi IMF - WBG Annual Meetings Kepada Regional Opinion Maker" yang diadakan di The Anvaya Beach Resort Kuta Bali tanggal 12-13 Juli 2018 lalu. Seluruh stakeholders yang terlibat dalam persiapan acara tersebut dihadirkan dan mempresentasikan kesiapan wilayahnya masing-masing.
Untuk mensukseskan hajatan terbesar sektor keuangan di dunia membuat Bali bersolek diri. Segala akomodasi dipersiapkan secara matang. Nusa Dua sebagai venue utama akan menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia. Karena, event internasional tersebut akan  menjadi momentum yang tepat untuk menunjukan kepada para tamu dari 189 negara tentang kemajuan bangsa Indonesia.
Serta, peluang emas  untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi akan naik secara signifikan. AM 2018 Bali bukan hanya milik Nusa Dua atau Bali, tetapi menjadi milik bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia sebagai tuan rumah (host) sangat serius mempersiapkan diri untuk menjamu para tamu istimewa dengan sarana dan prasarana berkelas internasional sebaik mungkin.  Bahkan, bangsa Indonesia telah menjalankan program "Voyage to Indonesia" dengan tagline The World is Coming To Indonesia.
Mengapa AM 2018 Bali menjadi pertemuan keuangan terbesar dan prestigious di dunia? Perlu diketahui bahwa pertemuan tersebut akan dihadiri para tamu VVIP yaitu: Â 22 Kepala Negara (setingkat Kepala Negara) dari 189 negara. Serta, tamu VVIP lainnya yang terdiri dari : 1) Menteri Keuangan; 2) Gubernur Bank Sentral; 3) CEO Industri Keuangan; 4) Akademisi Terkemuka; 5) Lembaga Internasional; 6) Perwakilan CSO, NGO; 7) Anggota Parlemen; 8) IMFC/DC; 9) G20; 10) G7; 11) G24; 12) BRICS; 13) Press/Media; dan 14) Observer. Para tamu tersebut akan menghadiri kurang lebih 2.000 pertemuan.
Jumlah delegasi resmi saja akan mencapai 4.000 orang. Belum termasuk peserta yang tergolong sebagai Investor, Pelaku Sektor Keuangan sebanyak 4.000 orang. Ditambah, puluhan ribu orang dari Pimpinan/Staf  IMF-WBG,  CSO, NGO,  Journalist, Press dan lain-lain. Yang menarik adalah setiap delegasi atau peserta akan membawa pasangan dan keluarganya yang mencapai angka kurang lebih 15.000 orang. Oleh sebab itu, pertemuan terbesar sektor keuangan di dunia tersebut  akan dihadiri delegasi atau peserta yang menyentuh angka 20.000 orang. Ini adalah jumlah peserta pertemuan terbanyak yang ada di dunia.
Di kawasan Nusa Dua sendiri telah menyiapkan Official hotels untuk official delegates sebanyak 4.124 kamar dari 21 hotel. Untuk Meeting Venues seperti BNDCC, BICC, Laguna, Nusa Dua Beach telah disiapkan sebanyak 89 ruang pertemuan. Bahkan, beberapa hotel seperti Hotel BND, Westin dan Grand Whiz akan diubah menjadi kantor sebanyak 598 ruang kantor dan 55 pusat bisnis.  Keamanan hotel berjalan selama 24 jam dengan sistem pengamanan hotel dibuat super ketat dan bekerja sama dengan Polda Bali.
Persiapan di sektor lainnya seperti infrastruktur jalan tol telah dirancang secara baik agar nyaman dan aman dilewati oleh tamu negara. Bandara International Ngurah Rai juga dirancang sebaik mungkin untuk menyambut tamu-tamu penting. Tidak ketinggalan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Bali telah mendesain secara sistematis untuk pengamanan pertemuan terbesar di dunia tersebut. Serta, mengantisipasi jika terjadi kondisi yang tidak diharapkan seperti bencana erupsi Gunung Agung atau bencana longsor secara tiba-tiba.Â
Peluang Emas
Perlu diketahui masyarakat Indonesia bahwa AM 2018 Bali merupakan kesempatan dan peluang emas untuk "showcasing" pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa Indonesia di mata dunia. Manfaat besar akan diperoleh bangsa Indonesia berkali-kali lipat dibandingkan dengan dana yang digelontorkan untuk pertemuan terbesar di dunia tersebut yang menyentuh angka lebih dari 800 miliar rupiah. Perlu waktu lebih dari 500 tahun untuk bisa menjadi tuan rumah kembali di masa mendatang. Jadi, bangsa Indonesia harus bisa memanfaatkan peluang emas di mana  para pelaku utama sektor keuangan dunia dan perhatian dunia tertuju pada negeri kita.