Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

UKM Genteng Pres Tetap Bertahan Saat Derasnya Produk Impor

3 Agustus 2018   17:54 Diperbarui: 3 Agustus 2018   18:12 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HOME CREDIT INDONESIA Membuat Genteng Pres_Casmudi_088228086253_Kompasiana (Sumber: Dokumen pribadi)

Pembuatan genteng merupakan peninggalan nenek moyang kita yang sudah dikerjakan sejak dulu. Pembuatannya pun masih tradisional. Di mana, bahan utama diperoleh dari tanah liat yang dicampur dengan abu hasil pembakaran dan  "gabukan" atau sekam padi. Campuran bahan-bahan tersebut dicampur dan dicetak menjadi genteng mentah.

Alat cetakan genteng pun ada yang masih manual. Kini, mulai maju dengan menggunakan alat "pres" yang bisa menambah jumlah cetakan setiap harinya. Setelah cetakan genteng jadi, selanjutnya akan melewati tahap pengeringan selama 2-3 hari. Tetapi, jika cuaca tidak bersahabat (mendung) maka waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan genteng bisa membutuhkan waktu hingga 1 minggu.

Tahap akhir pembuatan genteng adalah proses pembakaran. Pembakaran ini akan dilakukan dalam sebuah tempat khusus yang dirancang seperti oven raksasa. Dan, proses pembakaran pun membutuhkan waktu kurang lebih satu hari. Kemudian, genteng pres tersebut akan ditempatkan pada tempat khusus sesuai dengan kualitas. Beda kualitas menentukan perbedaan harga jual.

Jika anda terjun langsung melihat proses pembuatan maka anda akan merasakan betapa lamanya proses pembuatan genteng pres. Tetapi, usaha pembuatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah menampung puluhan hingga ratusan tenaga kerja. Jika, pesanan genteng pres sedang naik maka keuntungan  pemilik usaha genteng pres akan bertambah. Dan, kelanjutan pekerjaaan bagi karyawan tetap berjalan.  

Saya pernah berkunjung ke pembuatan genteng pres di salah satu desa Kecamatan Gadungmelati Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Penjualan genteng pres mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dikarenakan derasnya produk impor yang lebih ringan dan praktis.

Tetapi, alasan utama adalah masalah harga yang sangat bersaing. Kondisi tersebut membuat para pengusaha genteng pres  harus memutar otak untuk tetap bertahan. Hal ini dikarenakan agar mampu bersaing dengan produk impor tersebut.

Salah satu hal yang diinginkan pengusaha genteng pres tersebut adalah perlunya bantuan modal dari Pemerintah Daerah untuk belanja mesin cetak genteng yang lebih modern. Modernisasi mesin cetak genteng akan berakibat melonjaknya kuantitas genteng yang dihasilkan setiap harinya.

Oleh sebab itu, biaya produksi bisa ditekan. Dengan harga jual yang bersaing dengan produk impor akan merangsang masyarakat tetap menggunakan genteng pres.

Pengusaha genteng pres bukan hanya membutuhkan suntikan modal tetapi perlu adanya sinergi para pengusaha genteng dalam sebuah koperasi yang dikelola secara profesional. Hal ini dimaksudkan agar harga genteng pres bisa terjaga dengan baik. Tidak adanya "politik dumping" yang bisa merugikan pengusaha genteng pres lainnya.

Dengan adanya koperasi atau semacam paguyuban pengusaha genteng pres maka konsumen genteng akan melalui satu pintu. Ini akan menguntungkan kedua belah pihak baik bagi pengusaha genteng pres maupun koperasi itu sendiri.

 Karena, saat saya berkunjung ke sentra genteng pres masih ada pengusaha genteng pres yang menjual genteng "di bawah harga pasar" yang disetujui para pengusaha genteng pres. Tindakan tersebut untuk mencegah kerugian karena genteng pres terlalu lama mengendap yang berakibat kerusakan. 

Di sisi lain, salah satu kelangsungan usaha pembuatan genteng pres disebabkan oleh keuntungan usaha. Saat usaha pembuatan genteng pres berjalan dengan baik maka UKM tersebut akan tetap menjadi urat nadi kesejahteraan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun