Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Lebaran adalah Hari Kemenangan setiap umat Islam setelah sebulan berpuasa. Hari Lebaran adalah hari kebahagiaan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan. Rasa suka cita akan terpancar pada setiap insan yang merayakan kemenangan.
Dan, hal yang paling menarik adalah setiap orang akan  mendapatkan hal spesial di Hari Lebaran. Baik mendapatkan kado istimewa dari sang pacar atau hadiah istimewa dari orang tua. Bahkan, ada kado istimewa bahwa sang pujaan hati melamar di Hari Lebaran. Semua akan merayakan rasa suka cita yang bisa dirasakan umat Islam dalam merayakan kemenangan.
Tahun 2017 lalu, kami sekeluarga bersilaturahmi ke Kota Solo (keluarga besar dari Istri) dan ke Kota Klaten (keluarga besar dari istri kakak ipar/kakaknya isti saya). Tambahan keluarga besar yang selalu memberikan kebahagiaan di Hari Lebaran.
Setelah keluarga saya bersiltaturahmi di Kota Solo maka kami pun meluncur untuk berkunjung ke beberapa keluarga di Kota Klaten. Dan, perayaan kemenangan Hari Lebaran pastilah diadakan dengan suka cita di rumah.Â
Namun, kami mendapatkan kejutan informasi bahwa mobil yang kami tumpangi harus berbelok arah tempat perayaan kebahagiaan. Ya, kami tidak menyangka bahwa orang tua (bapak) dari istri kakak ipar saya harus dirawat intensif di Rumah Sakit Umum (RSU) Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Serangan gejala stroke secara mendadak membuatnya harus dirawat dan dioperasi mendadak di rumah sakit. Dengan terpaksa, keluarga kami harus merayakan suka cita di rumah sakit. Kami harus bergantian untuk membesuk bapak.  Apalagi, keesokan harinya akan diadakan operasi  besar untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Rasa suka cita yang ingin kami rayakan pupus sudah. Kami harus menginap di rumah sakit untuk  memastikan tidak ada hal yang terjadi terlalu jauh.
Membesuk di ruang perawatan rumah sakit merupakan kejutan dan hadiah terindah yang diberikan oleh Allah SWT untuk merayakan hari Lebaran kala itu. Padahal, seperti biasanya kami hanya sehari bersilaturahmi di Kota Klaten dengan perasaan gembira. Tetapi, kami justru diliputi perasaan "galau" menunggu operasi keesokan harinya.
Setiap anggota keluarga yang hadir membesuk diliputi rasa khawatir. Kami bukan lagi merayakan suasana Hari Lebaran, tetapi harapan besar agar kondisi bapak baik-baik saja untuk menghadapi operasi selanjutnya. Kami tidak lagi memperoleh hadiah istimewa di Hari Lebaran layaknya orang -orang yang diliputi rasa bahagia. Setiap saat, kami memendam rasa was-was terhadap anggota keluarga besar kami yang dirawat intensif di rumah sakit.
Setelah melewati operasi yang intensif maka kesembuhan bapak pun bisa diwujudkan. Insya Allah, Hari Raya Lebaran kali ini kami bisa merayakan senyuman manis di Hari Lebaran nanti layaknya orang-orang yang bisa bersuka cita. Ketika tahun lalu keluarga kami mendapatkan hadiah terindah dengan membesuk di rumah sakit, maka Hari Lebaran tahun ini berpeluang besar bisa merayakannya di rumah.