Usia 10 tahun, saat di mana saya mulai bertekad dan berjanji pada diri sendiri untuk mencapai target. Target agar tidak membatalkan puasa 1 hari pun. Meskipun, kalimat orang tua dalam bhasa khas Brebes Jawa Tengah yang selalu memberikan kebebasan dan melegakan hati saya untuk berpuasa, Â "Tong, ari kuat puasa ya syukur, ari ora kuat ya buka bae" (Nak, kalau kuat puasa ya syukur, kalau tidak kuat ya berbuka saja).
Meskipun gaya puasa masa kecil dari SD hingga SMP diisi dengan belajar mengaji kitab kuning di sebuah majelis taklim, mencari ikan di sawah, mencari asam matang di kuburan, panen padi di sawah hingga mencari ikan di sungai dengan tangan langsung.
Sejarah mencatat bahwa saya tidak pernah membatalkan puasa 1 hari pun meskipun panas terik menyengat. Sungguh, sebuah perjuangan yang luar biasa. Dan, tidak membatalkan puasa berlanjut hingga kini, saat usia lebih dari 40 tahun. Alhamdulillah, saya belum pernah membatalkan puasa lebih dari  30 tahun lamanya. Anugerah Allah mana yang kalian dustakan. Â
Dan, di tahun 2018 sekarang ketika saya sudah mempunyai anak remaja maka target puasa di bulan Ramadhan tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya tidak ingin membatalkan puasa 1 hari pun dan bisa mengkhatamkan Al-qur'an  30 juz. Jika Allah SWT memberikan rejeki lebih, maka saya ingin melakukan puasa Ramadhan di negeri orang.
Tetapi, hal terpenting adalah saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan (umur panjang) oleh Yang Maha Kuasa untuk bertemu kembali dengan bulan yang indah, Ramadhan. Bulan yang selalu diagungkan oleh seluruh umat Islam di dunia. Â Sungguh bahagia yang tiada terkira. Karena, umur setiap makhluk yang bernyawa ada dalam genggaman-NYA.
Mencapai Tingkatan Puasa Khusus
Setiap muslim ingin melaksanakan puasa Ramadhan sebaik-baiknya dengan harapan mendapatkan ridho Allah SWT. Bahkan, saat berpuasa juga bukan hanya sekedar menahan makan dan minum saja tetapi bisa terhindar  dari hal-hal yang buruk melalui ucapan, pandangan, maupun pikiran.Â
Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Padahal, banyak pahala yang akan diperoleh jika mampu melakukan yang terbaik. Â Â
Oleh sebab itu, tingkatan puasa menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin" menerangkan bahwa tingkatkan puasa adalah 1) Shaumul umum, 2) Shaumul khusus, dan 3) Shaumul khususil khusus. Tingkatan puasa tersebut juga memberikan petunjuk sejauh mana kekhusuan anda dalam berpuasa. Bukan itu saja, tingkatan puasa merupakan indikator tingkatan iman dalam menjalankan puasa Ramadhan.  Â
Pertama, puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan, minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.  Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah karena hanyalah menahan dari makan, minum, dan godaan  syahwat.
Kedua, Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Ini adalah tingkatan puasa untuk para Shalihin (orang-orang saleh).