Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kenapa Karcis Kereta Api Mesti Habis?

30 September 2017   14:51 Diperbarui: 1 Oktober 2017   09:13 5761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian calon penumpang kereta api saat akan melakukan transaksi pembayaran pemesanan tiket di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, 1 April 2016 (Sumber: Tempo/25/3/17)

PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Persero merupakan salah satu perusahaan BUMN atau plat merah yang banyak mengalami perubahan. Dahulu, kereta api yang memberi kesan kumuh, banyak pedagang asongan, dan penumpang berjubel bak ikan pindang berganti dengan ruangan berAC dan aman dari pedagang asongan.

Ini adalah sebuah prestasi yang menggembirakan. Karena, kini kereta api menjadi sarana transportasi andalan masyarakat Indonesia khususnya saat mudik Hari Raya Idul Fitri atau musim liburan Hari Raya lainnya.

Mengimbangi perkembangan dunia digital yang kian massif, di mana segala informasi bisa diakses dengan perangkat gadget dalam sentuhan jari (touchscreen) maka cara calon penumpang untuk memperoleh karcis kereta api pun mulai berubah. Pembelian karcis kereta api secara online dan bisa diakses dari mana saja makin mempermudah calon penumpang kereta api. Ya, penumpang kereta api mulai dimanjakan dalam memperoleh pelayanan kereta api.

Karcis Habis

Namun, di balik mudahnya calon penumpang kereta api mendapatkan karcis secara online, justru ada masalah yang belum bisa diatasi dengan baik oleh manajemen PT KAI. Dengan kata lain, PT. KAI belum mampu melayani semua penumpang yang benar-benar ingin membutuhkannya. 

Padahal, menurut Undang-undang No. 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian Pasal 133 ayat (1) butir (c) menyatakan, "menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan" memberikan pemahaman bahwa PT KAI harus mampu membawa penumpang yang ingin memanfaatkan jasanya pada lintas yang diinginkan.

Antrian calon penumpang kereta api saat akan melakukan transaksi pembayaran pemesanan tiket di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, 1 April 2016 (Sumber: Tempo/25/3/17)
Antrian calon penumpang kereta api saat akan melakukan transaksi pembayaran pemesanan tiket di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, 1 April 2016 (Sumber: Tempo/25/3/17)
Kenyataannya, pada saat-saat yang dibutuhkan seperti saat mudik Lebaran, banyak calon penumpang yang harus gigit jari karena tidak mendapatkan karcis. Dan, manajemen PT KAI selalu menegaskan bahwa jumlah penumpang yang melonjak tinggi tidak mampu diatasi dengan baik oleh web server.

Bahkan, dalam kondisi sangat dibutuhkan web PT KAI justru tidak mampu diakses, bahkan informasi yang tampil online adalah karcis telah habis terjual.

Web PT KAI (Sumber: keretapi.co.id)
Web PT KAI (Sumber: keretapi.co.id)
Bagaimana, proses pembelian karcis saat hari-hari biasa? Sebagai pembanding dengan peristiwa mudik Lebaran, saya mencoba mengakses reservasi karcis di web PT KAI pada tanggal 29 September 2017 kemarin. 

Saya berniat untuk membeli karcis kereta api dari stasiun Gubeng Surabaya dengan tujuan stasiun Senen Jakarta. Tiket untuk keberangkatan tanggal 20 Oktober 2017 yang masih 3 minggu lagi menunjukan hasil bahwa karcis kereta api  Jayabaya (143) dan Jayakarta Premium (10067) telah terjual habis. Dan, saya berniat untuk membeli karcis kereta api Jayabaya (143) tersebut hanya bisa gigit jari.

Kondisi karcis kereta api dari stasiun Gubeng Surabaya tujuan stasiun Pasar Senen Jakarta untuk keberangkatan tanggal 20 September 2017 (Sumber: keretaapi.co.id/screenshoot)
Kondisi karcis kereta api dari stasiun Gubeng Surabaya tujuan stasiun Pasar Senen Jakarta untuk keberangkatan tanggal 20 September 2017 (Sumber: keretaapi.co.id/screenshoot)
Selanjutnya, saya mencoba lagi untuk mengakses web PT KAI untuk keberangkatan dari stasiun Pasar Turi Surabaya dan  tujuan stasiun Pasar Senen Jakarta untuk keberangkatan tanggal 20 Oktober 2017 menunjukan hasil karcis penumpang kereta api Jayabaya (143),  Gumarang (77) bisnis, dan Kertajaya (177) ekonomi telah habis terjual. Dan, dari tampilan ini saya berencana membeli tiket Kertajaya (177) ekonomi.

Namun, lagi-lagi saya harus menahan kekecewaan. Pantas saja, jika saat mudik Lebaran tiba banyak calon penumpang yang tidak bisa mendapatkan karcis akhirnya mencari sarana transportasi lain seperti bus umum, pesawat terbang atau kendaraan pribadi.

Kondisi karcis kereta api dari stasiun Pasar Turi Surabaya tujuan stasiun Pasar Senen Jakarta untuk keberangkatan tanggal 20 September 2017 (Sumber: keretaapi.co.id/screenshoot)
Kondisi karcis kereta api dari stasiun Pasar Turi Surabaya tujuan stasiun Pasar Senen Jakarta untuk keberangkatan tanggal 20 September 2017 (Sumber: keretaapi.co.id/screenshoot)
Transportasi Massal

Ketidakmampuan sarana transportasi kereta api untuk mengangkut semua calon penumpang adalah Pekerjaan Rumah (PR) besar manajemen PT KAI. Niat mulia kereta api untuk meredam masyarakat Indonesia akan ketergantungan kendaraan pribadi perlu dievaluasi lagi. Apalagi, tekad kuat PT KAI untuk bisa memberangkatkan penumpang kereta api kurang lebih satu juta penumpang setiap harinya  perlu diapresiasi. 

Namun, melihat kondisi banyaknya calon penumpang yang belum mampu terlayani  dengan baik  harus disikapi dengan bijak. Salah satu terobosan yang dilakukan secara berkesinambungan adalah dengan menambah jumlah gerbong kereta api di seluruh DAOP dan DIVRE di Indonesia tanpa menunggu hari raya atau musim liburan. Karena pelayanan terbaik terhadap penumpang harus dilakukan setiap saat.

Operasional kereta api seluruh Indonesia (Sumber: keretaapi.co.id)
Operasional kereta api seluruh Indonesia (Sumber: keretaapi.co.id)
Mengapa kereta api perlu penambahan gerbong lagi? Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa hal yang paling mendasar adalah untuk menghilangkan adiksi masyarakat Indonesia terhadap penggunaan kendaraan pribadi. Bukan hanya sumber polusi karena gas buang yang dikeluarkan dari membludaknya kendaraan pribadi, tetapi salah satu penyumbang terbesar tingkat kemacetan di kota-kota besar di Indonesia.

Oleh sebab itu, PT KAI yang telah membenahi dirinya untuk memberikan pelayanan transportasi massal dengan tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan hendaknya ditindaklanjuti dengan memaksimalkan daya angkut penumpang. Saat masyarakat Indonesia mulai mau migrasi (berpindah) ke sarana transportasi publik kereta api maka momen tersebut perlu ditindaklanjuti dengan baik.

Kereta api diharapkan menjadi moda transportasi publik masa depan yang dibanggakan seperti negara-negara maju lainnya. Karena, ketika permintaan masyarakat (demand) tidak dipenuhi oleh persediaan (supply) gerbong kereta api yang ada maka lambat laun akan menimbulkan kekecewaan. Jangan sampai stigma negatif, "buat apa pelayanan maksimal tetapi tidak mampu mengangkut semua penumpang" ada dalam pikiran masyarakat. Tentunya, perlu terobosan brilian dari manajemen PT KAI untuk menyediakan kuantitas gerbong kereta api yang diinginkan oleh penumpang kapan pun.  

Kita memahami bahwa jumlah karcis yang dijual PT KAI dan 26 agen online yang tersebar di seluruh Indonesia merupakan bukti kondisi kuantitas gerbong kereta api yang tersedia. Oleh sebab itu, ketika kuantitas  karcis yang tersedia tidak mampu mencukupi permintaan masyarakat maka sebenarnya kereta api belum mampu melayani permintaan penumpang sesuai dengan lintas (tujuan) yang diinginkan. 

Dampak negatif yang terjadi adalah pembelian  karcis dalam jumlah besar oleh oknum tertentu yang dijual dengan harga yang lebih mahal dari biasanya.  Kondisi ini justru akan merusak niat PT KAI yang hendak memberantas tindakan percaloan. Oleh sebab itu, PT KAI perlu mengusung "Palu Gada" (aPa yang LuMau Gue Ada). Maksudnya, berapapun jumlah calon penumpang  yang ingin memanfaatkan jasa kereta api, PT KAI siap melayaninya. Bukankah kondisi ini menjadi harapan PT KAI di masa depan?

Ketika pelayanan maksimal yang tidak didukung dengan ketersediaan produk maka pelanggan lambat laun akan berpindah ke lain hati. Sebagai contoh nyata, saat kereta api tidak mampu mengangkut calon penumpang yang meningkat tajam pada perayaan mudik untuk menyambut Lebaran di kampung halaman maka penggunaan kendaraan pribadi adalah sebuah keniscayaan. 

Padahal, dengan penggunaan kendaraan pribadi justru membuat jalur mudik semakin macet. Kasus jalan tol "Brexit" (Brebes Exit) Jawa Tengah tahun 2016 lalu menelan banyak korban jiwa pemudik karena kepanasan di perjalanan yang disebabkan tingkat kemacetan yang luar biasa. Mereka menggunakan kendaraan pribadi dengan alasan mampu membawa banyak penumpang dengan biaya yang murah dibandingkan dengan sarana transportasi lainnya.

Masyarakat menggunakan transportasi kereta api karena kondisinya mulai bersih, aman dan nyaman. Dan, yang terpenting waktu tempuhnya bisa diprediksi sesuai jadwal karena tidak terhalang oleh kemacetan lalu lintas. Pemerintah patut memberikan apresiasi besar masyarakat yang mau menggunakan jasa kereta api sebagai sarana transportasi.

Jika, kereta api mampu membawa satu juta penumpang setiap harinya dan jika satu kendaraan pribadi (mobil) diisi dengan 4 orang penumpang maka kereta api bisa mengurangi penggunaan kendaran pribadi sebanyak 250 ribu unit. Itulah sebabnya kehadiran moda transportasi kereta api merupakan oase untuk mencegah kemacetan lalu lintas. Masyarakat juga tidak membuang waktu yang tidak berguna dalam perjalanan karena tingkat kemacetan yang tinggi.

Masyarakat Indonesia berharap kereta api menjadi moda transportasi kebanggaan yang bisa membawa penumpang satu juta jiwa atau lebih setiap harinya. Sebagai anak bangssa, saya sangat bangga saat kereta api menjadi transportasi andalan. Kita mempunyai mimpi besar seperti Jepang atau negara-negara Eropa yang bangga terhadap transportasi kereta apinya. Karena, penggunaan kereta api sejatinya merupakan identitas masyarakat yang maju. Lihatlah, saat masyarakat Belanda begitu bangga dengan transportasi dalam kota sejenis kereta api, Trem. Tambah lagi, penggunaan sarana sepeda pun sangat digemari oleh masyarakatnya. Sungguh berbeda dengan masyarakat Indonesia yang berlomba-lomba untuk menggunakan kendaraan pribadi agar kelihatan mewah.

Oleh sebab itu, kehadiran kereta api yang telah melayani masyarakat Indonesia 72 tahun lamanya harus melakukan reformasi di segala bidang. Bukan hanya reformasi internal tetapi reformasi eksternal seperti ketersediaan gerbong kereta api perlu dilakukan secara serius. Tak ada gading yang tak retak, sebuah peribahasa yang memberikan gambaran bahwa di balik kesuksesan PT KAI melakukan proses reformasi "ganti kulit" perlu juga mengantisipasi hal-hal yang bisa merusak citra baiknya. Saya yakin bahwa manajemen PT KAI siap melakukan apa saja untuk melayani masyarakat Indonesia dengan sepenuh hati. Dan, ketersediaan gerbong kereta api yang belum mampu melayani setiap calon penumpang adalah sebuah renungan mendalam untuk dicarikan solusinya.

Ignatius Jonan, mantan Direktur Utama PT KAI telah melakukan perombakan besar-besaran dalam tubuh PT KAI baik dari segi kepegawaian hingga pelayanan kereta api yang nyaman merupakan bukti serius PT KAI membenahi karut marut dunia perkeretaapian. Dan, perombakan itu harus tetap berlanjut sampai masyarakat mencapai tingkat kepuasan (Satisfation Level) yang tinggi dari unsur pelayaan dan ketersedian produk yang dibutuhkan. Apakah manajemen PT KAI mampu melakukannnya? Kita tunggu gebrakan selanjutnya.       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun