Tanggal 7-9 September 2017 lalu, saya berkesempatan pergi ke Kota Makassar dalam rangka menghadiri Kongres dan Konferensi Indonesia Creative Cities Network (ICCN) atau Jaringan Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia yang diadakan di Hotel Gammara Makasar. Dan, kebetulan sedang diadakan acara internasional yaitu: Makassar International Eight Festival and Forum di Anjungan Pantai Losari Makassar.
Sungguh, pertama kali saya menginjakan kaki di pulau Celebes itu. Selama perjalanan dari Denpasar pukul 07.45 ke Makasar dengan penerbangan Garuda Indonesia Airways (GIA) benar-benar nyaman. Pelayanan yang memuaskan membuat saya dan teman-teman dari komunitas lain di Bali dan pegawai Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Denpasar tidak bisa tidur selama perjalanan 1 jam 5 menit. Yang ada dalam pikiran adalah secepatnya sampai ke tempat lokasi acara.
Sekitar pukul  09.30, kami keluar bandara Sultan Hasanudin Makasssar untuk mencari transportasi ke Hotel Gammara. Dan, angkutan yang ada dalam pikiran saya adalah taksi konvensional yang berwarna-warni dengan lampu menyala di bagian atasnya. Ternyata dugaanku meleset, saya justru tidak melihat satu pun taksi yang sering hilir mudik dengan warna yang khas seperti di Denpasar atau Jakarta. Yang ada justru, taksi berplat kuning dengan warna bodi mayoritas hitam.Â
Saya pun tidak tahu betul apakah taksi tersebut seperti layaknya taksi biasa. Tidak jauh dari tempat saya berdiri, terparkir angkutan bandara berwarna biru muda bertuliskan "Angkutan Pemandu Moda". Tetapi, saya dan teman-teman lainnya justru booking taksi online yang berbentuk Avanza. Sangat pas tempat duduknya untuk kami bertujuh orang.
Selanjutnya, transportasi yang kami gunakan selama di Makassar adalah menggunakan taksi online yang biayanya tergolong murah. Bukan itu saja, jenis  mobil taksi online tersebut sangat memperhatikan kenyamanan penumpang. Keberadaan yang mudah didapat dan bisa datang tepat waktu merupakan kelebihan taksi online tersebut. Yang menyenangkan adalah kondisi mobil yang sangat diperhatikan karena rata-rata keluaran tahun 2008 ke atas. Mesin mobilnya pun masih bandel untuk perjalanan ke manapun.
Seisi mobil tertawa dengan celetukan dan guyonan segar driver taksi online tersebut. Salah satu dari kami pun menimpali, "tak perlu kakak ragu ki. Nanti saya kasih bintang 10. Bila perlu bintang kejora sekalian". Sungguh, karakter orang Makassar yang bikin saya tertawa terbahak-bahak selama perjalanan hingga hotel. Â Faktanya, orang Makassar yang terkenal sang pelaut ulung ternyata gemar bercanda. I like it!
Ada hal yang membuat saya tertarik selama saya di Makassar. Ya, angkutan online yang mendominasi perjalanan kami selama di negeri badik. Informasi yang diperoleh dari beberapa driver yang saya ajak bicara ternyata taksi online memang sudah mendominasi. Taksi konvensional secara pelan-pelan tergerus sendiri.Â
Taksi Bosowa yang terkenal di Makassar yang dulu beroperasi secara konvensional hendak beroperasi secara online tetapi kalah langkah dengan taksi online yang merajai Makassar sekarang ini. Meskipun, angkutan publik lain seperti pete-pete khas Makassar dan Angkutan Pemandu Moda (angkutan bandara) masih berjalan tetapi seperti berjalan di tempat tidak semoncer taksi online. Â Â
Taksi online begitu mudah kita dapatkan saat kita hendak bepergian  ke mana saja di Makassar. Mereka bisa bebas keluar masuk hotel layaknya angkutan milik hotel. Kemudahan mendapatkan transportasi publik dalam sentuhan jari (touchscreen) sungguh membuat hidup lebih indah. Kita tinggal bookingmelalui aplikasi dan mobil yang hendak kita tumpangi dengan bau wangi, kursi empuk, dan senyum manis sang driver membuat perjalanan kami sangat nyaman.Â
Bahkan, kami mengalami sang driver taksi online sangat ramah saat membawa kami hendak pulang ke Bandara dan singgah sebentar untuk membeli oleh-oleh khas Makasar. "Silahkan bapak cek kembali kursinya, barangkali ada yang barang yang tertinggal". Saya jawab dengan tegas, "Alhamdulilalh nggak ada pak". Beliau pun menjawab kembali, "terima kasih pak kalau sudah tidak ada barang yang teringgal. Saya pamit".Makjleb, begitu ramah driver taksi online tersebut.  Dalam hati saya berdoa semoga bapak diberi rejeki yang berlimpah.Â
Meskipun, taksi online begitu bebas masuk dan keluar kawasan Bandara tetapi kenyataannya masih ada rasa "cemburu" dari taksi yang berplat kuning dan berbodi seperti taksi online. Yang menarik adalah para driver taksi online mempunyai "trik" ekstrim agar saat membawa penumpang dari dan ke Bandara tidak terdeteksi oleh driver taksi konvensional lainnya.Â
Mereka berpura-pura seperti keluarga penumpang. Hal yang dilakukan adalah melakukan adegan cium tangan. Tindakan ini memberikan kesan kepada driver taksi konvensional lainnya seperti keluarga sendiri. Sehingga, driver taksi online bisa melenggang bebas membawa penumpang dari dan ke bandara.Â
Apalagi, aplikasi digital taksi online semakin memanjakan penumpang dengan mengakses melalui perangkat komunikasi dari mana saja. Tentunya, saat mengakses taksi online membutuhkan koneksi yang bandel. Teknologi 4,5 XL dengan jaringan ekstra luas dan sinyal kuat dan stabil membuat booking taksi online semakin mudah. Jadi, saat anda berkunjung ke Makassar dan hendak booking taksi online melalui aplikasi , koneksi XL yang bandel bisa menjadi pilihan yang menarik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H