Pribumi bekerja secara paksa (kerja rodi) membuat Jalan Anyer Panarukan (Sumber: reidfile.com)
Saat takjub memperhatikan mahakarya Daendels di monumen batas akhir Panarukan, saya bertanya dalam hati,
"kok bangunnya sampai Panarukan saja sih, gak dilanjutin hingga Banyuwangi". Mungkin, pikiran saya sama dengan kegundahan yang ada pada pikiran sahabat-sahabat. Perlu diketahui bahwa saat Daendels berkunjung ke Surabaya pada awal Agustus 1808, beliau melihat bahwa jalan dari Surabaya perlu diperpanjang ke timur. Tujuannya bahwa wilayah Ujung Timur (
Oosthoek) merupakan daerah yang potensial bagi produk tanaman tropis selain kopi, seperti gula dan nila.
Lukisan Herman Willem Daendels menginspeksi pembangunan Jalan Anyer-Panarukan (Sumber: Historia.id/KITLV)
Dan, jalan panjang yang membentang dari Anyer (Banten) pun berakhir di Panarukan sejauh 1000km. Titik akhir jalan di Panarukan dan tidak dilanjutkan hingga Banyuwangi dikarenakan Banyuwangi dianggap tidak memiliki potensi sebagai pelabuhan ekspor. Sedangkan Panarukan dipilih karena dekat daerah lumbung gula di Besuki dan tanah-tanah
partikelir yang menghasilkan produk-produk tropis penting.
Ohhhh, ternyata itu alasannya Daendels bangun jalannya hingga Panarukan saja.
Saat mengambil beberapa foto di monumen batas akhir, kami tidak lupa untuk memberikan informasi ke keluarga di Ngawi melalui perangkat gadget. Seperti biasanya, kami selalu memberikan informasi tentang keberadaan (posisi) saat pulang kampung agar keluarga tidak merasa was-was. Dengan jaringan XL yang ekstra luas, komunikasi kami menjadi mengalir. Sinyal yang kuat dan stabil menjadikan komunikasi kami tanpa hambatan. "Tekan Ngawi jam piro ketoke" (Sampai Ngawi jam berapa kayaknya) tanya dari suara nun jauh di Ngawi. "Insya Allah jam 3 sore tekan omah"(Insya Allah, jam 3 sore nyampe rumah) jawab mantan pacar percaya diri.
Kenyataannya, sampai di rumah meleset 2,5 jam. Sungguh, perjalanan mudik yang membutuhkan waktu 24,5 jam (1 hari lebih) benar-benar menguras energi dan nyali. Berangkat dari Kota Denpasar pukul 17.00 dan sampai di Kota Ngawi Jawa Timur pukul 17.30 keesokan harinya. Namun, perasaan takjub atas Monumen Jalan Anyer-Panarukan karya Daendels dan bandelnya sinyal XL menjadi pengobat rindu. Jangan kapok mudik ya?
Referensi:Â Beritatrans.com, Historia.id, Reidfile.com, Wikipedia
Lihat Travel Story Selengkapnya