Pernahkah anda menghadiri acara hajatan atau sejenisnya di wilayah Solo hingga kota-kota di Jawa Timur? Ada hal yang menarik masalah jamuan untuk para tamu. Dan, jamuan tersebut hampir sama di beberapa kota yang disebutkan di atas. Saya sendiri justru baru "ngeh" setelah diberi tahu orang Bali beberapa minggu yang lalu mengenai budaya menjamu tamu khas Jawa tersebut.
"Mas, enak ya kalo menghadiri hajatan sama orang Jawa" kata orang Bali pada suatu waktu.
"Emangnya kenapa pak?" kata saya penasaran.
"Iya, orang Jawa kalau menjamu tamu pasti nggak jauh-jauh dari USDEK" jawabnya lagi.
Saya hanya tesenyum meskipun saya belum tahu maksud yang dibicarakan. Karena kata "USDEK" selalu berkaitan dengan kata "Manipol" alias Manifestasi Politik pada tahun 60-an. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya tentang maksud dari USDEK tersebut. Dan, ternyata USDEK merupakan singkatan dari, U = Unjukan (minuman); S = Sop; D = Dahar (makan); E = Es; dan K = Kondur (Pulang). Dan, USDEK tersebut adalah kebiasaan menjamu tamu pada acara hajatan yang hampir sama untuk kota-kota  di suku Jawa.
Kebetulan tiga hari sesudah lebaran lalu, saya dan keluarga menghadiri acara Arisan Keluarga di Solo. Saya pun penasaran, apakah benar dan ingin membuktikan apa yang dikatakan sang Bapak waktu di Bali. Menjelang pukul 10 pagi, keluarga besar yang hadir dalam acara Arisan Keluarga mulai berkumpul di bawah sebuah tenda besar yang beratapkan seng. Satu per satu yang hadir mulai duduk rapi di bawah tenda yang beralaskan terpal dan tikar plastik.
Setelah yang hadir memenuhi tempat yang dsediakan maka susunan acara Arisan Keluarga pun mulai dibacakan oleh sang MC (Master of Ceremony) dalam bahasa Jawa Halus. Saya sendiri memahami bahasa yang diucapkan sang MC karena waktu SMP belajar bahasa Jawa Halus hingga Jawa Ngoko alias bahasa pergaulan untuk teman sebaya. Ketika sang MC menyelesaikan susunan acara yang akan berlangsung, jamuan tamu pun mulai dikeluarkan.
UNJUKAN (Indonesia: minuman) mulai dikeluarkan tuan rumah yang mempunyai acara dan dibagikan satu-persatu kepada yang hadir. Dalam filosofi Jawa memberikan arti bahwa ketika para tamu datang, Unjukan ini berfungsi sebagai "welcoming drink" alias minuman selamat datang. Bahkan, minuman tersebut sebagai penghilang rasa haus. Karena, tamu yang hadir kemungkinan ada yang merasa kehausan karena perjalanan jauh dari rumah ke tempat acara. Namun, pribadi "wong" Jawa tidak lengkap rasanya jika minum tanpa diimbangi dengan cemilan. Makanya, minuman semakin asyik saat ditemani oleh cemilan yang berupa kue atau gorengan kacang. Dan, cemilan tersebut sebagai makanan pembuka. Â Â
Setelah semua jenis jamuan dihidangkan, maka KONDUR (Indonesia: pulang) adalah saat yang menyenangkan. Betapa tidak, pulang hajatan dalam kondisi perut kenyang adalah sebuah keniscayaan. Kondisi ini adalah merupakan harapan sang tuan rumah agar hajatan bisa membawa berkah. Apalagi, tamu yang hadir bisa memberikan restu apa yang diharapkan sang tuan rumah. Sebagai contoh, sebuah pernikahan bisa berjalan langgeng dan memberikan banyak cucu, atau cepat sembuh bagi anak yang sedang "sunatan" dan sebagainya. Â Â
Sungguh, sebuah kearifan lokal yang masih kuat terjaga hingga kini. Layaknya kartu XL yang saya gunakan untuk berkomunikasi dan browsinginternet mencari informasi dan berita terbaru. Bahkan, saya sering mencari informasi tentang budaya-budaya di tempat lain yang menarik melalui fasilitas You Tube. Kita sebagai generasi bangsa tentu wajib menjaga budaya lokal tersebut agar tetap terjaga. Bukan hanya itu, menjaga warisan kuliner akan menambah khasanah budaya bangsa. Â Dan, hal tersebut merupakan tanggung jawab kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI