Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau;
Sambung-menyambung menjadi satu, itulah Indonesia;
Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu;
Menjunjung tanah airku, tanah airku Indonesia.
Sebuah lagu nasional yang sering kita nyanyikan sejak kita duduk di Sekolah Dasar (SD). Makna yang mendalam bahwa sebagai bangsa Indonesia berusaha untuk menyatukan nusantara dari ujung barat hingga ke ujung timur dan dari ujung utara sampai ke ujung selatan Indonesia. Sebuah janji setia kepada negara dalam pemerataan pembangunan yang mencakup infrastruktur, tetapi pemerataan informasi merupakan tolok ukur pembangunan Indonesia.
Di saat dunia digital telah berkembang pesat, jangkauan informasi dalam sentuhan ujung jari, anak-anak Indonesia dari SD hingga SMA mempunyai gadget sendiri, tetapi apakah kita tahu apa yang terjadi? Saudara-saudara kita yang berada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil) justru bagai katak dalam tempurung. Mereka tidak mudah bahkan sama sekali tidak mendapatkan informasi digital seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.
Padahal, perlu diketahui bahwa kesenjangan informasi yang ada bisa menyebabkan kesenjangan pengetahuan anak bangsa. Dampaknya, masyarakat yang ada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil) menjadi bagian negeri yang terisolasi. Semua program yang dirancang oleh Pemerintah tidak mampu diserap dengan baik karena ketidaktahuan akan informasi. Padahal, informasi yang jelas mampu meluruskan arah pembangunan Indonesia.
Kesenjangan Informasi
Kita memahami bahwa informasi dalam ranah digital yang menggambarkan dunia bisa diakses dalam genggaman tangan atau piranti yang dilipat. Tetapi, jika informasi tersebut tidak bisa diakses sama sekali, apa yang bisa diperoleh? Nihil. Dan, kondisi inilah yang menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Kesenjangan informasi membuat terputusnya interaksi digital anak bangsa yang berada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil).
Namun, pembangunan jaringan kabel serat optik bawah laut mempunyai keterbatasan ketika melewati medan yang sulit dijangkau. Itulah sebabnya, hingga kini masih ada kurang lebih dua pertiga dari wilayah di Indonesia belum terjangkau sistem komunikasi teresterial(jalur darat tanpa parabola). Akibatnya, kesenjangan informasi untuk melakukan interaksi digital anak bangsa tetap ada. Solusi terbaik untuk pemerataan informasi digital hingga menjangkau wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil) adalah perlunya keterlibatan fungsi satelit komunikasi.
Sebentar lagi, kesenjangan informasi dan interaksi digital anak bangsa bisa teratasi dengan baik. Telkom Indonesia telah menanamkan investasi sekitar US$ 200 juta- US$ 250 juta yang ditandatangani pada Juli 2014 lalu untuk meluncurkan Satelit Telkom-3S. Tidak tanggung-tanggung, investasi tersebut diklaim untuk meningkatkan dan memperluas cakupan layanan telekomunikasi, terutama di daerah-daerah terpencil yang tidak dapat dilalui oleh kabel serat optik.
Satelit Telkom-3S diproduksi atas kerjasama Telkom Indonesia dan Thales Alenia Space (TAS) milik Perancis, dengan roket peluncuran Ariane 5 ECA VA235 milik perusahaan peluncuran satelit Ariane Space Europa.Perusahaan Thales Alenia Space (TAS) asal Perancis tersebut bertugas mengerjakan bodi satelit atau pembuatan transponder dan ground segment untuk satelit Telkom-3S.Sedangkan,perusahaan Ariane Space Europasebagai peluncur (launcher) satelit.
Satelit Telkom-3S mempunyai kelebihan yaitu memiliki 49 transponder yang terdiri dari: 24 C-band transponder, 8 Extended C-band transponder, dan 10 Ku-band transponder. Transponder C-band akan menjangkau wilayah Indonesia dan Asia Tenggara, Extended C-band akan menajngkau Indonesia dan Malaysia, dan Ku-band akan melayani wilayah Indonesia. Satelit tersebut juga akan memberikan layanan dengan bit-rate lebih tinggi, sehingga menghasilkan kualitas komunikasi lebih baik. Akibatnya, siaran televisi berkualitas tinggi, layanan komunikasi seluler, serta broadband internet dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Asia Tenggara, dan sebagian Asia Timur.
Perlu diketahui bahwa Satelit Telkom-3S merupakan satelit komunikasi geostasioner milik Indonesia. Satelit Geostasioner berarti satelit buatan yang ditempatkan pada posisi di atas ekuator dan bergerak mengelilingi bumi dengan lintasan berbentuk lingkaran yang memiliki sumbu rotasi sama dengan bumi. Satelit tersebut dirancang untuk memenuhi meningkatnya permintaan peralatan transmisi dalam pengembangan layanan bisnis satelit Indonesia seperti melayani siaran televisi kualitas tinggi (High-Definition Television) dan layanan komunikasi GSM dan Internet.
Mengapa harus diberi nama “Telkom 3S”? Telkom 3S berarti Telkom 3 Substitute (pengganti) karena Telkom-3S merupakan pengganti satelit Telkom-3 yang gagal mencapai orbit di 118° Bujur Timur (BT) yang berada di atas Pulau Kalimantan pada pertengahan tahun 2012 lalu. Hal ini terjadi karena keselahan roket porton Rusia yang diluncurkan oleh ISS-Reshetnev Rusia dengan perangkat komunikasi yang dibuat oleh Thales Alenia Space. Akibatnya, Telkom Indonesia menggantinya dengan menyewa transponder dari GE Sat (Amerika Serikat), APstar (Hong Kong), dan JCSat milik Jepang.
Padahal, investasi yang digelontorkan untuk merluncurkan Satelit Telkom 3 saat itu sekitar US$ 185 juta. Sebagai penggantinya, Satelit Telkom-3S diluncurkan sebagai jaringan yang sudah ada karena satelit dapat menjangkau daerah terpencil atau remote area. Setelit Telkom-3S merupakan satelit keempat milik Telkom setelah Telkom-1, Telkom-2, dan Telkom-3 diluncurkan.
Satelit Telkom-3S yang dilengkapi dengan 24 transponder C-band, 8 sambungan transponder C-band, dan 10 transponder Ku-band sangat bermanfaat bagi telekomunikasi masyarakat Indonesia. Transponder C-band akan mencakup wilayah Indonesia dan Asia Tenggara, transponder sambungan C-band akan mencakup Indonesia dan Malaysia. Sedangkan muatan Ku-band dikhususkan hanya untuk cakupan wilayah Indonesia. Sebagai informasi, Satelit Telkom-3S memiliki berat sekitar 3.500 kilogram dan memiliki masa aktif selama 15 tahun.
Satelit Telkom-3S akan diluncurkan pada tanggal 14 Februari 2017 pukul 04.39 WIB di Guiana Space Center, Kourou, Guyana Perancis atau tanggal 15 Februari 2017 waktu Indonesia. Menurut Direktur Network, IT & Solution Telkom Abdus Somad Arief menegaskan bahwa semua persiapan peluncuran satelit dalam kondisi on schedule dan mengharapkan doa restu seluruh rakyat Indonesia agar peluncuran satelit hingga tiba di orbit dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Apalagi, Satelit Telkom-3S memakai low earth orbit (LEO) dan medium earth orbit (MEO) yang bisa langsung dilepas roketnya tidak perlu menunggu setengah jalan meluncur. Dengan meluncurnya Satelit Telkom-3S nanti, maka Indonesia mempunyai 7 satelit setelah diluncurkannya Satelit Indosat-2, Palapa D, Palapa C2, Telkom-1, Telkom-2, dan Garuda-1.
Kita berharap semua bahwa peluncuran Satelit Telkom-3S berjalan sukses tanpa kendala apapun. Keberadaanya diyakini merupakan angin segar dalam meningkatkan interaksi digital antar anak bangsa hingga ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil). Kesenjangan informasi tidak akan terjadi lagi. Ini adalah sebuah momentum untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Tidak ada lagi jurang pemisah infrastruktur informasi dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote. Karena, penyatuan informasi sejatinya adalah modal untuk mempercepat pembangunan bangsa. Semoga!
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H