Beberapa bulan yang lalu saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke kapal perang KRI Diponegoro 365-IDN yang sempat bersandar di Pelabuhan Benoa Bali untuk beberapa hari. Saya sungguh penasaran seperti apa situasi dan kondisi kapal militer milik TNI Angkatan Udara negeri kita tersebut. Maklum, selama ini saya kerap naik kapal penumpang yang dipenuhi dengan masyarakat sipil. Jadi, masih awam tentang kapal militer yang dimiliki TNI.
Ketika saya memasuki  dek kapal paling atas, saya disambut ramah oleh petugas jaga yang berasal dari kesatuan TNI AU Armada Timur (Armatim). Saya memahami bahwa peran kapal militer KRI Diponegoro 365 –IDN sangat berjasa dalam menjaga kedaulatan NKRI di kawasan laut. Petugas jaga yang ada menyambut saya dengan senyum yang manis. Kami merasa tersanjung karena kesan militer yang sangar luluh saat itu juga. Saya banyak bertanya tentang seluk-beluk kapal militer tersebut. Dan, petugas jaga pun dengan antusias menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan.
Dan, yang paling mencolok adalah kondisi kapal perang yang terkesan bersih. Saya menjadi tersenyum bangga melihat kenyataan yang ada. Para perwira kapal dengan tekun menjaga kebersihan di sela-sela menjaga keamanan maritim kita. Ya, keramahan, senyuman tulus dan jiwa bersih yang saya lihat benar-benar melekat pada prajurit Sapta Marga kawasan laut Indonesia. Â
Â
Bagaimana jika kita membuang sampah sembarangan? Bukan rahasia umum bahwa membuang sampah sembarangan yang bukan pada tempatnya adalah kebiasaan buruk yang dilakukan kebanyakan orang. Masyarakat kita lebih nyaman membuang sampah langsung ke selokan atau sungai. Kita tidak menyadari bahwa sampah yang dibuang ke sungai semakin lama akan menumpuk dan akan menyebabkan aliran air sungai terhenti.
Selanjutnya, sampah yang menumpuk lambat laun akan membusuk yang menyebabkan bau tidak sedap. Sampah yang membusuk tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan tumbuhan atau mikroorganisme yang hidup di dasar sungai. Dan, sampah  yang membusuk juga bisa menyebabkan polusi udara yang mengganggu pernafasan kita. Bau yang tidak sedap kadangkala bisa menyebabkan pusing-pusing.
Bukan hanya itu, lalat-lalat yang telah hingga pada sampah yang membusuk tersebut akan beterbangan ke mana-mana dan hinggap di makanan yang akan kita makan. Akibatnya, makanan yang kita konsumsi akan berpeluang besar menyebabkan penyakit seperti penyakit diare dan kulit. Dalam jangka waktu yang lama maka kita akan mengidap penyakit berbahaya.
Lebih lanjut, sangat berbahaya jika sampah busuk yang menumpuk terbawa air sungai sampai ke laut. Tentunya, laut sebagai sumber penghidupan bagi nelayan akan berperan besar penyumbang timbulnya berbagai macam penyakit. Sampah-sampah plastik yang terbawa air sungai hingga ke laut akan dimakan oleh ikan-ikan. Kemudian, kita konsumsi sebagai ikan-ikan tersebut sebagai lauk pauk.
Perlu dipahami bahwa sampah-sampah membusuk yang bercampur air  berwarna hitam yang terbawa sampai ke laut telah membawa berbagai macam bakteri yang berbahaya bagi tubuh, seperti salmonella. Jika, kita konsumsi ikan tersebut maka akan mengalami berbagai macam penyakit. Penyakit perut dan alergi adalah salah satu jenis penyakit yang dialami ketika kita mengkonsumsi ikan yang telah memakan sampah yang busuk. Jenis-jenis penyakit lainya pun akan mengintai kesehatan kita jika kita konsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
Kita bisa memahami betapa pencemaran laut sangat mengganngu bagi kehidupan di laut. Apa yang sering diberitakan di media, sampah-sampah masyarakat Ibu Kota Jakarta yang dibuang sembarangan ke sungai Ciliwung akan bermuara di kawasan Muara Angke Jakarta Utara. Jumlahnya pun sungguh fantastis. Bagai gunung kecil yang perlu ditangani sangat serius. Bahkan, semakin menumpuknya sampah yang terkumpul mampu menjadi daratan yang keras dan bisa dilalui atau diinjak-injak manusia seperti dataran tanah.
Bau busuk sampah yang menyengat sudah menjadi hal biasa. Berbagai bentuk sampah dari sampah pabrik hingga rumah tangga berkumpul menjadi satu. Akibatnya, hasil tangkapan laut yang berada di sekitarnya pun sudah tidak fresh untuk dinikmati. Banyak ikan dan hewan laut yang telah ditangkap nelayan dalam kondisi sakit. Berbagai zat berbahaya yang dimakan oleh ikan dan  hewan laut lainnya jika dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan berbagai macam penyakit. Di saat sakit inilah, manusia khususnya nelayan mulai tidak bisa tersenyum manis dan tulus. Raut muka yang sendu saat menderita penyakit berawal karena kita tidak bisa hidup bersih.    Â
Jadi, jika kita tidak mampu berbuat baik dengan memberikan benda apapun kepada orang lain, senyum yang ikhlas adalah pemberian yang bisa membuat orang lain bahagia. Bagaimana agar kita bisa tersenyum melihat kondisi laut yang bersih. Salah satu faktor utama adalah biasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
Kita perlu menyadari bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak kepada diri kita. Jika kita buang sampah sembarangan, maka akibat yang terjadi dari buang sampah sembarangan tersebut akan berdampak bagi kita dan orang-orang di sekitarnya. Ternyata, tidak sulit untuk menciptakan budaya bersih karena siapa  menabur dialah yang akan menuai.Â
Ciptakan perbuatan yang bisa memberikan senyuman bagi orang lain. Jangan membuat orang lain bersedih hati. Karena, bersih dan senyum adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Kita hidup bersih, kita pun bisa tersenyum manis. Yuk, ciptakan laut kita bersih dari sampah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H