Kita bisa memahami betapa pencemaran laut sangat mengganngu bagi kehidupan di laut. Apa yang sering diberitakan di media, sampah-sampah masyarakat Ibu Kota Jakarta yang dibuang sembarangan ke sungai Ciliwung akan bermuara di kawasan Muara Angke Jakarta Utara. Jumlahnya pun sungguh fantastis. Bagai gunung kecil yang perlu ditangani sangat serius. Bahkan, semakin menumpuknya sampah yang terkumpul mampu menjadi daratan yang keras dan bisa dilalui atau diinjak-injak manusia seperti dataran tanah.
Bau busuk sampah yang menyengat sudah menjadi hal biasa. Berbagai bentuk sampah dari sampah pabrik hingga rumah tangga berkumpul menjadi satu. Akibatnya, hasil tangkapan laut yang berada di sekitarnya pun sudah tidak fresh untuk dinikmati. Banyak ikan dan hewan laut yang telah ditangkap nelayan dalam kondisi sakit. Berbagai zat berbahaya yang dimakan oleh ikan dan  hewan laut lainnya jika dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan berbagai macam penyakit. Di saat sakit inilah, manusia khususnya nelayan mulai tidak bisa tersenyum manis dan tulus. Raut muka yang sendu saat menderita penyakit berawal karena kita tidak bisa hidup bersih.    Â
Jadi, jika kita tidak mampu berbuat baik dengan memberikan benda apapun kepada orang lain, senyum yang ikhlas adalah pemberian yang bisa membuat orang lain bahagia. Bagaimana agar kita bisa tersenyum melihat kondisi laut yang bersih. Salah satu faktor utama adalah biasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
Kita perlu menyadari bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak kepada diri kita. Jika kita buang sampah sembarangan, maka akibat yang terjadi dari buang sampah sembarangan tersebut akan berdampak bagi kita dan orang-orang di sekitarnya. Ternyata, tidak sulit untuk menciptakan budaya bersih karena siapa  menabur dialah yang akan menuai.Â
Ciptakan perbuatan yang bisa memberikan senyuman bagi orang lain. Jangan membuat orang lain bersedih hati. Karena, bersih dan senyum adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Kita hidup bersih, kita pun bisa tersenyum manis. Yuk, ciptakan laut kita bersih dari sampah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H