Demi Pendidikan Anak
Kami pun berusaha untuk memantau perkembangan pendidikan anak di tempat yang baru. Bukan perkara mudah, karena bulan-bulan pertama anak saya seperti mengalami demam panggung. Butuh waktu untuk mendapatkan teman baru yang mampu berbagi kisah di sekolahnya. Apalagi, masalah pelajaran bahasa Bali membuat kami pusing tujuh keliling. Saya terpaksa harus rajin ke toko buku untuk mempelajari bahasa Bali. Karena banyak pertanyaan yang disampaikan anak saya mengenai PR pelajaran tersebut. Kami harus telaten untuk membimbingnya.
Kami berusaha berkumpul setiap hari untuk membicarakan hal-hal penting tentang perkembangan sekolah anak sehabis makan malam. Bukan hanya itu, kami juga membiasakan diri untuk sholat berjamaah. Ada beberapa hal yang selalu saya perhatikan demi pendidikan anak saya adalah saya tidak akan bepergian jauh saat anak ssaya sedang melaksanakan ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional. Saya dan istri saya ingin selalu bersama dengan anakku, agar bisa memberikan semangat, kepercayaan diri untuk menghadapi ujian.
Bahkan, sekarang ini akan meminta ijin pada anak saya dulu, apakah diperbolehkan bepergian jauh. Jika tidak diijinkan, saya berusaha untuk mengurungkan niatnya dan legowo apapun resikonya. Karena, saya berpikir bahwa anak adalah bagian dari masa depan. Saya berusaha memberikan yang terbaik buat anak. Yang terpenting adalah saya ingin selalu ada saat dibutuhkan dan berusaha menjadi pemecah solusi (problem solver) bagi keluarga.
Untuk memberikan wawasan luas tentang dunia luar, saya pun sebisa mungkin untuk membawa keluarga kecil melakukan aktivitas wisata. Dengan maksud agar mereka tidak jenuh dan bisa mendapatkan pengalaman baru. Tetapi, menjelang kelulusan SMP anak saya sering bersama teman-temannya melakukan aktifitas sendiri tanpa pendampingan kami. Selanjutnya, kami selalu berpesan padanya agar selalu hati-hati dalam perjalanan. Setelah, sesampainya di rumah kami sering bertanya apa yang telah diperoleh dari aktifitas wisata tersebut. Bahkan, kami selalu memberikan saran pada anak agar perjalanan tersebut bisa dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik dan memberikan inspirasi.
(Sumber: dokumen pribadi)
***
Yang lebih berbahagia adalah di saat salah satu keluarga kecil kami merayakan ulang tahun. Bukan seperti orang lain yang merayakan dengan kemewahan karena kelebihan uang. Ritual yang kami lakukan adalah membuat nasi kuning berbalut lauk-pauk ala kadarnya. Seperti biasa, setelah sholat shubuh nasi kuning ulang tahun tersebut kami nikmati dengan senang hati. Kami saling berbagi tentang keinginan tahun yang akan datang.
Kami senang untuk memenuhi keinginan anak saya tentang berbagai alat musik. Keinginan yang selalu dibicarakan di saat sehabis makan malam berbuah manis. Kami mengamini untuk membelikan gitar dan biola, meskipun salah satu alat musik tersebut tidak memahami sama sekali. Karena keinginan kuat dari anak saya, akhirnya belajar secara otodidak dan bantuan teman serta mbah “google” menjadi solusi terbaik.