Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ujian Nasional, Bukan Saatnya Mendadak Tobat

8 Mei 2016   23:57 Diperbarui: 9 Mei 2016   07:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita jangan sampai menjadi orang yang “mendadak tobat” menjelang UN. Kemarin-kemarin kita santai saja. Ah, UN masih lama … ah, ibadahnya nanti saja menjelang UN. Padahal, kurikulum pendidikan sekarang adalah membutuhkan kreatifitas aktif siswa. Kalau kita diam saja, maka tidak ada artinya SKS atau mendadak tobat. Karena ujung-ujungnya mengerjakan soal dengan sistem ”menghitung kancing alias mencontek”.

ujian-nasional-4-572f6f41b493733e1d2827aa.jpg
ujian-nasional-4-572f6f41b493733e1d2827aa.jpg
Mencontek saat ujian nasional (Sumber: matakau.com)

Kita sudah melihat banyak siswa yang tidak lulus sekolah beberapa tahun belakangan, meskipun pihak sekolah sudah mengadakan acara pendekatan relegius. Ada yang stress ketika menghadapi soal-soal ujian. Bahkan, saking stresnya, ada yang sampai ketiduran di ruang ujian. Soal ujiannya hanya bikin ngantuk karena semalam suntuk begadang kejar setoran. Apa masalahnya? Karena siswa sebenarnya belum siap menghadapai UN. Titik.

Mendekatkan diri kepada Tuhannya harus dilakukan secara berkesinambungan. Ada hal yang salah kaprah dalam mengajarkan siswa dalam pendidikan kita. Lucunya lagi, acara mendekatkan diri ke Tuhannya dilakukan oleh pihak sekolah. Seakan-akan dengan berdoa yang khusu’ menjelang UN, bocoran jawaban UN datang di depan kita. 

Saya memahami bahwa pihak sekolah mempunyai tanggung jawab moral kepada siswanya agar bisa lulus 100%. Tetapi, segala sesuatu dengan cara instan adalah menghasilkan kurang maksimal. Hal yang terbaik adalah berikan pemahaman secara kontinu kepada siswa untuk membuka buku pelajaran setiap hari setelah pulang sekolah dan diimbangi dengan mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Saya masih ingat ketika saya duduk di SMAN 1 Tegal, bahwa menjelang UN tidak ada acara-acara do’a bersama, sholat berjamaah atau lainnya yang berbau religius. Kita berjalan secara alamiah karena menghadapi UN merupakan ritual yang harus kita hadapi sebaik mungkin dengan modal belajar setiap hari. 

Siswa-siswa pun selalu melakukan hal untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya “tanpa” ada anjuran dari guru sama sekali. Kita terbiasa sholat dhuha atau puasa senin-kamis agar terbiasa dekat dengan Tuhannya. Malam menjelang Ujian Nasional pun, saya bukannya melakukan kejar setoran untuk melahap semua mata pelajaran, tetapi santai jalan-jalan ke alun-alun Kota Tegal untuk “refreshing” dengan melihat acara sulap kaki lima.

Jadi, perlu diketahui bahwa menghadapi UN bukanlah momok yang menakutkan jika kita sudah terbiasa membuka buku dan memahami isinya setiap hari yang diimbangi ibadah kita. 

Pahamilah bahwa kesuksesan dalam mengerjakan soal UN bermula dari sebuah kebiasaan. Bukan karena “aji mumpung” atau “kejar setoran” yang ditambah dengan “mendadak tobat”. Mari berikan pemahaman kepada generasi bangsa bahwa belajar dan ibadah yang berkesinambungan membuahkan hasil yang maksimal.

Selamat mengerjakan UN buat siswa SMP di seluruh Indonesia. Buatlah UN menjadi hal yang menggembirakan. Salam pendidikan!

Denpasar, 8 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun