Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Omed-omedan, Warisan Budaya Bali yang Tetap Terjaga

10 Maret 2016   19:28 Diperbarui: 10 Maret 2016   19:46 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Festival Omed-omedan Sesetan Heritage 2016 (dokpri)"][/caption]Hari Raya Nyepi menyambut tahun baru Saka 1938 telah berlalu. Setelah masyarakat Hindu Bali melaksanakan prosesi Catur Brata Penyepian, ada hal yang menarik di Hari Ngembak Geni. Sebuah warisan adat yang tetap terjaga hingga kini.

Hari ini, tanggal 10 Maret 2016, di Banjar Kaja Desa Sesetan, Denpasar Selatan dilaksanakan “Festival Omed-omedan Sesetan Heritage”. Festival ini sangat menarik perhatian publik, bahkan sudah menjadi agenda tahunan yang menyita perhatian para turis domestik dan internasional.

Omed-omedan yang berarti berciuman (dalam bahasa Bali) sudah diadakan sejak lama. Acara ini pun menampilkan upacara berciuman antara kaum muda-mudi yang masih gadis alias belum menikah.
Acara festival omed-omedan dibuka oleh Wali Kota Denpasar Ida Bagus Dharmawijaya Mantra yang berlangsung di jalan Raya Sesetan Denpasar. Untuk menarik perhatian publik dan menarik wisatawan sebanyak-banyaknya, acara Omed-omedan dikemas dalam bentuk berbagai cara, seperti: acara musik yang menampilkan artis Bali “Bintang”. Festival tersebut juga menampilkan berbagai stand, seperti: obat-obatan, kuliner, pakaian hingga batu akik.

[caption caption="Walikota Denpasar I.B. Dharmawjaya Mantra memberikan sambutan pada pembukaan acara omed-omedan (dokpri)"]

[/caption]Setelah Bapak Walikota Denpasar membuka secara resmi Festival Omed-omedan, acara dilanjutkan dengan penampilan berbagai seni dan budaya dari berbagai Sekaa Teruna-Teruni (Pemuda-pemudi) wilayah Sesetan Denpasar Selatan. Yang menarik perhatian publik adalah penampilan para mahasiswa dari IKIP PGRI Bali yang menampilkan tentang Gebug Seraya. Tarian ini menceritakan tentang adat pukul kayu dari Seraya Karangasem Bali.

[caption caption="Penampilan seni salah satu dari Sekaa Teruna-teruni Sesetan Denpasar (dokpri)"]

[/caption]
[caption caption="Penampilan Gebug Seraya dari IKIP PGRI yang memikat penonton (dokpri)"]
[/caption]Acara seni juga menampilkan Marching Band dari siswa-siswi SMPK Harapan Denpasar. Hal ini menunjukan penampilan seni dan budaya berbaur antara seni tradisional dan seni modern. Sangat meriah karena suara dentuman berbagai jenis musik yang mengisi arena seni dan budaya.

[caption caption="Aksi Marching Band SMPK Harapan yang menghentak penonton (dokpri)"]

[/caption]Acara penampilan seni dan budaya berakhir pukul 11.30 WITA yang diiringi dengan rintik-rintik hujan. Saya menyempatkan untuk mengunjung setiap stand yang ada. Berbagai jenis makanan, minuman, pakaian dan obat ditawarkan. Karena, acara puncak omed-omedan dimulai sekitar pukul 15.00 WITA, saya menyudahi penelusurannya di berbagai stand yang ada sekitar pukul 12.10 WITA.

[caption caption="Mengunjungi setiap sudut stand yang ada di sepanjang jalan Sesetan (dokpri)"]

[/caption]

===========**********************==========

Sekitar pukul 15.00 WITA acara puncak festival Omed-omedan dimulai. Masyarakat dari berbagai penjuru tumpah ruah berkumpul mendekati arena omed-medan. Puluhan Teruna-teruni berkumpul pada kubu masing-masing dan saling berhadapan. Panitia telah menyiapkan berbagai ember yang digunakan untuk menyiram air saat omed-omedan terjadi.

Tidak lupa semburan air yang digunakan oleh panitia berasal dari kran meluncur ke berbagai arah. Ada beberapa tujuan semprotan air ditujukan kepada masyarakat yang menonton, di antaranya: untuk mengusir penonton yang merangsek masuk ke arena omed-omedan, mengurangi rasa panas karena ribuan orang yang berjubel mendekati area dan menyemprotkan air ke arah teruna-teruni saat berciuman.

Untuk melindungi kamera, para jurnalis dan pemburu foto dari berbagai media menggunakan pembungkus atau pelindung dari plastik agar semprotan air dari panitia tidak membasahi atau merusak peralatan elektronik tersebut.

Panitia pun kerapkali menyemprotkan air kran ke arah penonton yang berusaha merangsek kembali area omed-omedan. Tak ayal lagi, banyak penonton, termasuk jurnalis dan pemburu foto yang basah kuyup. Saya beberapa kali mendapatkan semprotan air yang hampir membasahi kameraku.

Saya juga berusaha melindungi kameraku dengan punggung dari semprotan air panitia omed-omedan. Lucunya, ketika air meyemprot penonton justru suasana menjadi semarak dan menimbulkan gelak tawa.

Setiap teruna-teruni yang akan melakukan omed-omedan berada pada kubunya masing-masing. Selanjutnya masing-masing teruna-teruni akan diusung oleh teman-temannya untuk dipertemukan.
Banyak reaksi yang muncul dari masing-masing teruna-teruni saat posisi berhadap-hadapan. Ada yang malu-malu sambil menutup mukanya tetapi senyum-senyum semangat (biasanya terjadi pada teruni). Sedangkan, terunanya biasanya begitu bersemangat saat berhadap-hadapan sambil bersiap-siap untuk memeluk sang teruni.

[caption caption="Teruna sedang dibopong untuk melakukan omed-omedan (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Teruni bersiap-siap untuk melakukan omed-omedan (dokpri)"]

[/caption]Setelah jaraknya sudah semakin dekat, teruna-teruni bersiap-siap untuk saling memeluk dan berciuman. Para jurnalis dan pemburu foto mempunyai kesempatan yang terbaik untuk mengambil posisi yang tepat mengarahkan lensa kameranya. Panitia juga tidak lupa menyiramkan air dengan ember pada teruna-teruni yang sedang berpelukan erat dan omed-omedan.

Guyuran air dari ember dan semprotan air kran yang dihubungkan dengan selang menjadi semakin basah para pemburu berita, termasuk saya. Saya pun sudah tidak terhitung berapa kali harus menerima semprotan air panitia. Yang lebih menarik adalah teruna-teruni tidak sungkan-sungkan untuk melakukan omed-omedan di hadapan ribuan pasang mata. Namanya juga adat istiadat dan kearifan lokal.

[caption caption="Adegan omed-omedan (berciuman) teruna-teruni yang ditunggu-tunggu penonton (dokpri)"]

[/caption]Setiap momen penting yang terjadi pada acara omed-omedan menjadi daya tarik puluhan jurnaslis dan pemburu foto. Dari jurnaiis lokal hingga internasional penasaran dengan adanya festival omed-omedan tersebut. Mereka pun rela naik ke pagar atau tempat yang tinggi untuk mendapatkan angle terbaik dan terhindar dari semprotan air panitia. Pintar juga ya?

[caption caption="Festival omed-omedan telah menarik para jurnalis dan pemburu foto dari dalam dan luar negeri (dokpri)"]

[/caption]Sekitar pukul 16.30 WITA, acara puncak omed-omedan pun berakhir. Masih dalam keadaan basah kuyup, saya bisa menikmati “heritage” Bali yang masih terjaga hingga kini. Momen yang menarik perhatian publik, termasuk saya. Saya berharap tahun depan bisa kembali menikmati warisan budaya tersebut. Semoga …

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun