Ketika
Angin sepoi berhembus perlahan
Melepas puluhan ranting dan dahan
Menggoyang daun yang terus berkejaran
Jatuh terlena tak berkesudahan
Anakku …
Waktu terus beranjak pagi
Menunggumu penuh dengan harapan
Engkau lahir karena cinta
Terbendung kuat bersatu padu
Meninggalkan rahim suci adanya
Engkau menangis tiada tertahan
Justru kami menertawakanmu
Inilah buah cinta
Cinta itu mati
Sayangku …
Kami bangga engkau jadi anggota baru
Berbalut kasih dan sayang merenda asa
Hanya satu yang kami harapkan
Berguna, mengabdi, berbakti
Pada kami yang menciumu setiap pagi
Menyembah, berdoa, berdzikir
Pada Tuhan kita
Allah aza wajalla
Dambaanku …
Ingatlah butiran kata yang kami rangkai
Sejuk buat kami, tuah bagi engkau
Apakah engkau menyadari?
Betapa kami sangat menyayangimu
Mengharapkanmu
Kami tak mau berharap apapun
Yang kami tunggu di setiap surya menembus jendela
Senyum
Berkah hidup
Sayang
Sapa kami
Karena engkau terlahir karena cinta
Bukan hasil berbuat dosa
Denpasar, 13 Pebruari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H