Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suara Anak, Suara Tuhan

31 Januari 2016   17:48 Diperbarui: 31 Januari 2016   18:03 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendidik anak pun akan menjadi tugas guru ketika anak-anak berada di sekolah. Guru pun perlu mendidik siswanya dengan cinta. Sayangnya, menurut Kak Seto yang diperoleh dari pihak Kementrian Pendidikan bahwa kurang lebih 60 persen guru-guru kita mengajar muridnya tidak dengan cinta. Sebuah kondisi yang membuat saya mengernyitkan dahi. Kok bisa?

Pantas saja, mutu pendidikan kita masih rendah. Hal ini bisa kita nikmati dan lihat dengan gamblang dengan banyaknya tindakan kekerasan dan perilaku yang tidak selayaknya dilakukan oleh anak didik, seperti: perkelahian antar pelajar, kekerasan pada anak didik hingga tindakan tidak senonoh. Memilukan sekali!

 

Tidak Mengambil Untung dari Musibah Orang Lain

Tindakan kekerasan yang berlanjut terhadap upaya pembunuhan terhadap almarhumah Angeline membuka mata setiap warga negara perlunya perlindungan anak yang dilakukan sebaik mungkin. Kejadian tersebut yang memberikan inspirasi insan film untuk membuat sebuah cerita yang diadaptasi dari cerita Angeline.
Tetapi, karena kasus Angeline belum tuntas benar, maka shooting yang berlangsung di Pulau Bali harus dihentikan atau dilarang dengan alasan yang belum jelas dari pihak birokrasi. Menurut Sutradara Susilo Badar, selanjutnya shooting film Angeline akan dilakukan di luar pulau Bali (Jakarta) alias berjalan terus.

 


Sang Sutradara Susilo Badar dan Produser Bapak Duke

 

Banyak kalangan yang beranggapan pihak manajemen pembuat film memanfaatkan kasus Angeline untuk mendulang rupiah. Sang Produser Ibu Niken Septasari pun membantah bahwa film tentang Angeline semata-mata untuk membuka mata masyarakat Indonesia tentang tindakan kekerasan yang ada dalam lingkungan masyarakat. Apalagi, kekerasan terhadap anak merupakan tindakan yang dikategorikan kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime).

Ibu Niken juga membantahnya kembali bahwa film yang masih dalam pembuatan tidak diprediksi apakah akan laku di pasaran. Ibu Hamidah (ibu kandung almarhumah Angeline) sambil menangis dan meneteskan air mata pun menyatakan bahwa insan film adalah orang-orang baik yang peduli akan kasus Angeline khususnya, dan kekerasan terhadap anak pada umumnya.

Mbak Lele Laila sebagai penulis script film Angeline pun mengungkapkan bahwa film yang sedang digarapanya adalah tindakan untuk menyadarkan masyarakat Indonesia tentang perlunya tindakan pencegahan kekerasan terhadap anak. Cerita yang dibuatnya pun tidak berhubungan dengan ranah hukum karena kasus Angeline secara faktanya belum selesai ketok palu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun