Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suara Anak, Suara Tuhan

31 Januari 2016   17:48 Diperbarui: 31 Januari 2016   18:03 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kak Seto, Ibu Hamidah, Bu Niken Septasari dan Kak Arul Arista dalam acara diskusi

 

Mendidik dengan Cinta

Acara diskusi berlangsung sangat kekeluargaan dan “gayeng”. Kak Seto banyak memberikan pelajaran dan pemahaman tentang arti pentingnya dalam mendidik anak yang baik dan mencegah dari tindakan kekerasan terhadap anak Indonesia. Kak Seto banyak menceritakan bagaimana masa kecilnya yang bandel dan susah diatur sampai kepalanya pun bocor berdarah. Itulah sebabnya gaya rambutnya yang berponi untuk menutupi bekas lukanya tersebut.

Cara mendidik anak yang tidak perlu dengan kekerasan membuka mata kita bahwa dengan kekerasan maka orang tua secara tidak langsung telah bersalah dalam proses pendidikan anak. Perlunya waktu berkumpul dengan keluarga semakin menghangatkan hubungan keluarga sangatlah dilakukan. Kak Seto mencontohkan bahwa hari Sabtu adalah harinya keluarga, maka apapun yang tidak berhubungan keluarga perlu dipinggirkan.

Sebagai contoh, ketika beliau diundang dalam suatu acara ke Aceh menjelang musibah Tsunami Aceh lalu telah dilarang atau diprotes oleh anak-anaknya agar tidak usah berangkat untuk memenuhi undangan tersebut karena terjadi pada hari Sabtu. Selanjutnya, beliau pun menelepon sang pengundang untuk tidak jadi memenuhi undangan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan sebelumnya. Selanjutnya, beliau bersyukur karena tidak menjadi korban tsunami Aceh karena gagal berangkat. Itulah sebabnya, beliau berkata, “suara anak suara Tuhan”.

Cara mendidik anak dengan kekerasan memang justru membuat anak enggan melakukan apa yang kita perintahkan. Bahkan, semakin melawan apa yang kita perintahkan. Perlunya anggapan bahwa anak bukanlah bawahan kita yang bisa kita suruh-suruh, tetapi anak merupakan sahabat terbaik yang bisa diajak menjadi ajang untuk bertukar pikiran.

Tetapi, sering kita mendengar ungkapan orang sukses yang dengan santainya berkata, “saya bisa menjadi menjadi pengacara karena dididik dengan keras oleh orang tua”. Seakan-akan, kekerasan orang dalam mendidik sangat bermanfaat bagi kesuksesan orang. Kak Seto mengungkapkan bahwa jika dengan kekerasan saja anak bisa menjadi pengacara hebat maka jika dididik dengan cinta oleh orang tuanya bisa menjadi gubernur atau menteri.

Oleh sebab itu dengan cinta akan membawa anak untuk menjadi pribadi yang baik dan sayang terhadap sesama. Kita sering mendengar atau melihat kejadian bagaimana kekerasan yang dilakukan anak karena karakter yang terbentuk dari apa yang diterima oleh orang tuanya sejak kecil.

Kita memahami bahwa masalah kekerasan anak bukanlah masalah keluarga atau lingkup yang terkecil saja, tetapi sudah menjadi masalah nasional. Untuk mencegah terjadinya kekerasan anak di tingkat RT/RW adalah perlunya pembentukan seksi atau satgas (satuan tugas) perlindungan anak dalam kepengurusan RT/RW. Hal ini bisa menjadi usaha preventif atau pencegahan tindak kekerasan terhadap anak.

Menurut Kak Seto yang mengambil dari ungkapan Hillary Clinton, “melindungi anak perlu orang sekampung dan mendidik anak juga perlu orang sekampung”. Ungkapan tersebut menunjukan bahwa pencegahan kekerasan anak sudah menjadi tugas setiap anggota masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun