Saya tidak “ngeh” sama sekali keberadaan telepon umum koin yang terpasang di depan sebuah pusat perbelanjaan Tiara Group di kawasan Monang Maning Denpasar - Bali. Karena keberadaannya sering tertutup oleh stand makanan atau alat-alat kesehatan.
Tetapi, ketika keberadaannya bebas dari pandangan berbagai stand, saya sangat kaget dan tertarik untuk menelitinya lebih lanjut. Telepon umum yang dikeluarkan oleh perusahaan ternama Indonesia kini telah mengalami masa tinggal kenangan.
Saya berusaha untuk mengangkat gagang teleponnya dan tidak terdengar suara denging sama sekali. Hal ini menandakan bahwa sudah tidak ada jaringan telepon sama sekali. Layar penunjuk angka besaran uang koin yang dimasukkan pun yang menggunakan layar monochrom terlihat polos alias tidak terlihat huruf atau angka sama sekali.
Selanjutnya, ketika melihat petunjuk pemakaian koin yang berada di sebelah kirinya secara terpisah terlihat samar-samar. Saya harus beberapa kali untuk membersihkan dari debu atau kotoran agar bisa melihat apa yang tertulis. Tetapi masih saja kelihatan buram. Hanya bisa membaca “ … menggunakan koin …”.
Tombol-tombol angka untuk menekan nomor telepon masih terlihat jelas. Tulisan “TELKOM” dan logo terdahulu masih bisa kita lihat. Tempat keluarnya koin, jika nomor telepon yang kita tuju tidak tersambung masih dalam kondisi baik. Hanya kondisi kabel dekat gagang telepon agak sedikit terkelupas. Mungkin pengaruh dari tangan jahil atau berjalannya waktu. Tetapi, secara mayoritas kondisi telepon umum koin tersebut masih terlihat baik atau beruntung di bandingkan dengan kondisi telepon umum koin di beberapa tempat lainnya di Kota Denpasar.
Telepon umum koin masih dalam kondisi baik, hanya kabel dekat gagang telepon sedikit terkelupas (Sumber: dokpri)
Masih teringat dalam ingatan kita, saat kemajuan gadget tidak secanggih sekarang, telepon umum koin ini adalah sarana komunikasi idaman. Saat kita menelepon pacar kita untuk malam mingguan. Kita perlu mempersiapkan uang koin seratus lebih dari 1, karena takut jika kita menghubungi dan uang koin habis maka suara denging “tulalit” akan muncul. Malu rasanya jika ketahuan pacar bahwa kita telepon dari telepon umum. Biasanya pacar kita akan bicara “mas, koinnya habis yah?” atau “teleponnya dari telepon umum ya?”. Maaf, pengalaman pribadi.
Saat itulah, betapa berharganya uang koin bagi kita. Kemana-mana, dengan terpaksa kita menggondol uang koin. Mungkin, kita juga rajin menukar uang kertas dengan uang koin bukan?
Tetapi, kita merasakan bahwa hubungan komunikasi saat itu sangat berharga sekali. Karena jika kita menelepon melalui Wartel biayanya agak lumayan mahal. Oleh sebab itu, telepon umum koin merupakan sarana yang murah untuk dilakukan. Kadang jika kita marah-marah sama teman atau pacar kita yang diajak ngobrol, kita tidak segan-segan membanting gagang telepon umum tersebut dengan keras. Anda pernah mengalaminya kan?
Itulah, warna-warni komunikasi jaman dulu saat kita sangat menghargai betapa berharganya sosok telepon umum koin tersebut. Tetapi, setelah masa manisnya habis kini nasibnya tinggal kenangan. Telepon umum koin kini hanya tinggal penghias di tepi jalan raya, pusat perbelanjaan atau tempat penting lainnya. Keadaan pun beragam. Ada yang beruntung masih dalam keadaan utuh seperti yang ada dalam gambar di atas. Tetapi ada yang kondisinya mengerikan, gagang lepas, penuh dengan coretan warna-warni, berselimut debu atau kotoran dan lain-lain.
Perkembangan teknologi komunikasi memang kejam. Telepon umum koin kini hanya jadi saksi bisu. Mungkin jika mereka bisa bicara kepada kita, mereka ingin mengatakan, “Hai manusia, pernahkan kalian ingat bahwa gara-gara saya hubungan kalian dengan pacar menjadi indah, hubungan kalian dengan saudara begitu erat dan gara-gara saya kalian mendapatkan jodoh karena salah ketik angka dan masih banyak lagi yang indah buat kalian. Tetapi, gara-gara kalian punya gadget canggih, kondisi saya sekarang merana dan tidak diperlakukan dengan adil. Teganya dirimu, teganya ..teganya …teganya …”.
Oh, telepon umum koin. Kini dirimu tidak dianggap lagi. Karena dirimu sudah tidak berguna. Dirimu telah mati bersama ragamu. Berbaringlah dengan damai. Dan jadilah saksi bisu atas kemajuan teknologi komunikasi yang tiada batas. Suatu waktu, dirimu akan menjadi barang antik yang harganya selangit. Hanya waktu yang akan menjawab.