Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengejar Sholat Jum’at

20 November 2015   23:09 Diperbarui: 21 November 2015   00:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan kantor tersebut telah dipenuhi jejeran mobil yang sedang parkir dan telah memenuhi bagian depan pintu gerbang yang telah ditutup. Tetapi, persis ada 1 slot tempat parkir mobil yang kosong. Setelah mobil diparkir, kami bertiga lagi-lagi berlari-lari kesetanan mengejar waktu sholat jumat. Dan, …. eng ing eng ….

Kondisinya sama persis seperti waktu di TVRI Bali, yaitu; memasuki rakaat kedua. Kami pun tak mungkin lagi berbalik arah dan mencari masjid lagi yang diprediksi tidak bisa keburu waktunya. Kami bertiga harus melewati para jamaah setengah berlari untuk mengambil air wudhu dulu. Dan, kebetulan masih ada shaf yang kosong untuk kami bertiga. Tetapi, disinilah Allah SWT menghukum kami. Kami kebagian di tempat yang panas beralaskan terpal plastik yang menyilaukan mata.

Setelah sholat selesai, Mas Eko pun masih sempat bercanda, “Inilah hukuman manusia yang terlalu sibuk urusan duniawi nggak mikiran akhirat. Sholatnya telat, bagiane mburi, kepanasan, mlayu-mlayu, bar sholat langsung kemringet”. Saya dan temannya hanya tersenyum dan tertawa.

Saat berjalan menuju mobil, mas Eko pun masih memberikan pelajaran berharga, “seumur-umur, baru kali ini saya sholat Jum’at telat pada rakaat kedua”
“Berarti sama dengan saya dong mas”. Kami bertiga pun tertawa lepas menuju tempat tempat seminar.

Hukuman Allah bukan berhenti di sini saja. Sesampainya di tempat seminar, kami pun menyempatkan untuk mengisi gizi. Alamak …. lauk-pauk pun sudah tinggal “sortiran saja”. Ibarat makan nangka, orang lain yang dapat buahnya, tetapi kami tinggal menikmati kulit dan getahnya saja. Karena, lapar acara mengisi gizi pun dilanjutkan dengan lauk seadanya. Buntut gurame yang tinggal durinya sebagai pemanis tampilan dan sambal. Air minum pun sudah habis. Mas Eko pun dengan terpaksa menikmati lauk kepala gurame yang akhirnya tidak bisa dinikmati.

Saat orang-orang sedang beramah tamah saling berkenalan tentang produknya, kami disibukan mengurus gizinya. Tanpa air minum pun terpaksa kami lakukan. Alhamdulilah … tanpa sakit sedikitpun.
Semua gara-gara niat suci “Mengejar sholat Jumat”. Subhanallah …

 

Denpasar, 20 November 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun