Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari Pemimpin Ibu Tiri?

1 September 2015   11:17 Diperbarui: 1 September 2015   11:17 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nak, biarkan kesempatan buat ibu untuk menjadi pengganti ibumu. Ibu akan sayang dan melindungi kamu. Ibu akan sayang ayahmu dan dirimu. Nanti kalau ibu jadi pengganti ibumu, ibu berjanji akan memberikan kado terindah buat kamu. Kamu akan ibu sekolahkan di tempat yang mewah, jalan-jalan ke luar negeri setiap liburan, mendapatkan kado terbaik setiap ulang tahun kamu, ibu akan selalu antar jemput kamu ke sekolah, memberikan gizi yang terbaik buat kamu, mendapatkan perawatan kesehatan yang prima dan masih banyak lagi. Semuanya demi kamu belahan jiwaku. Percayalah nak, ibu janji!”

Setelah menjadi ibu tiri yang terjadi justru sebaliknya. Perlakuan terhadap anak tirinya sungguh mengenaskan. Perlakuan terhadap anak tirinya tidaklah seperti apa yang terjadi ketika kampanye pemilu berlangsung atau ayah ada di sampingnya. Pemimpin, kepala daerah atau wakil rakyat yang pernah kita pilih melalui Pemilu mulai melupakan janjinya. Mereka mulai kejam terhadap anak atau rakyatnya. Jannji-janji atau komitmen sewaktu kampanye Pemilu mulai dilupakan pelan-pelan atau drastis.
Pemimpin, kepala daerah atau wakil rakyat mulai asyik dengan kepentingan pribadinya. Mereka mulai bergerilya atau mengatur strategi untuk mengembalikan modalnya saat kampanye dulu. Urusan rakyat masalah nomor sekian, terpenting modal bisa kembali. Berbagai proyek pun mulai diciptakan dengan dalih program pro rakyat, tetapi di dalamnya diselipkan mark up anggaran. Anggaran daerah yang merupakan uang rakyat mulai digerogoti pelan-pelan.

Tindakan licik, picik atau mafia mulai dikeluarkan yang berakibat pada kerugian keuangan negara, di mana uang negara rakyat adalah milik rakyat. Jangan kaget, jika banyak kepala daerah atau wakil rakyat yang telah ditetapkan sebagai tersangka pengeruk uang rakyat (koruptor). Mereka hidup bergelimangan harta, sementara rakyat masih sibuk untuk bertahan hidup. Harga sembako yang merangkak naik membuat masyarakat hidup dalam jerat kemiskinan. Ditambah lagi dengan kondisi nilai kurs Dollar yang semakin melonjak terhadap Rupiah membuat kesejahteraan rakyat menjadi taruhan. Kehidupan semakin sulit membuat rakyat mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalah. Bunuh diri atau kematian akibat masalah kesulitan ekonomi menjadi berita yang sering kita lihat dan dengar di berbagai media.

Jadi, masihkah kita mencari calon pemimpin kita yang berkarakter seperti ibu tiri yang mayoritas menunjukan sikap kekerasan, licik, picik terhadap anak tirinya. Kita memahami bahwa dari sekian ribu calon ibu tiri alias pemimpin pasti ada calon ibu tiri yang baik hati, penyayang dan mengayomi anak tirinya. Oleh sebab itu, jadilah anak atau rakyat yang berpikir dewasa. Telusuri track record calon ibu tiri atau pemimpin kita. Kita jangan mudah terpesona pada pandangan pertama tentang janji-janji manis calon ibu tiri atau pemimpin kita. Hindari politik uang dari calon pemimpin yang sebenarnya bersifat sesaat. Namun, berdampak sangat serius untuk kesejahteraan rakyat.

Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di Indonesia akhir Desember 2015 merupakan momen yang tepat untuk rakyat dalam memilih calon ibu pengganti alias pemimpin dalam membimbing anak atau rakyat selanjutnya. Janganlah kita salah memilih pemimpin kita selanjutnya. Berikan kejelian kita yang maksimal dalam memilih calon ibu tiri kita. Masa depan rakyat atau anak selanjutnya adalah taruhan masa depan yang tidak bisa diputar balik. Sekali salah langkah, sekali salah memilih berakibat fatal dan menyesal yang kita dapat. Mari mencari ibu tiri alias pemimpin yang benar-benar mengerti, menyayangi, mengayomi dan memberikan perhatian lebih demi kesejahteraaan buat anak alias rakyatnya.

Gunakan hak pilih dalam Pilkada Serentak 2015 dengan mata hati. Bukan karena materi dan janji-janji!

*Sumber ilustrasi: merdeka.com

 --- Salam hangat dari Pulau Seribu Pura ---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun