Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pegi-pegi.com dan Taksi Blue Bird Memberi Kenyamanan dan Keamanan Perjalanan Bali - Jakarta

21 Agustus 2015   16:38 Diperbarui: 21 Agustus 2015   16:46 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajang Community Gathering Kompasiana yang diadakan pada tanggal 17 Ahustus 2015 di Discovery Hotel & Convention Ancol menyisakan kenangan manis. Dua hari sebelum keberangkatan mendapatkan email tentang Rundown Kompasiana dan yang bikin happy adalah bukti pemesanan e-ticket (tiket elektronik) penyelenggara untuk perjalanan Pulang Pergi (PP). Jadi saya tidak perlu cape-cape pesan tiket pesawat alias gratis ... tis. Dan pemesanan tiket tersebut berkat sponsor acara Community Gathering Kompasiana yaitu: Agen Perjalanan pegi-pegi.com Terima kasih pegi-pegi.com yang telah bersusah payah memesankan tiket buat saya demi keamanan dan kenyamanan perjalanan. Sebagai bukti pemesanan e-ticket, maka kebiasaan saya adalah menge-print dulu tiket elektronik tersebut untuk lebih mudah menunjukan bukti pemesanan pada petugas bandara. Takut baterai HP lemot alias drop mendadak sih, pengalaman …

#Perjalanan ke Jakarta (tanggal 17 Agustus 2015)

Tiket perjalanan dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng Jakarta telah disiapkan. Karena perjalanan sesuai jadwal tertera di e-ticket adalah pukul 06.00 dengan pesawat Lion Air, maka aku berniat untuk mempersiapkan diri 3 jam sebelumnya. Alias pukul 03.00 dini hari. Aku pun berjalan dulu keluar gang dan berdiri di pinggir jalan raya dan harus bersabar untuk menunggu taxi yang lewat. Kurang lebih 30 menit, taxi pun lewat di depan saya. Dan saya pun mengatakan pada sang sopir dengan tujuan Bandara Internasional Ngurah Rai. Selama perjalanan, saya pun hanya diam terpaku melihat pemandangan yang masih berselimut gelap dan udara yang dingin. Mungkin di luar sana, banyak saudaraku yang sedang sholat Tahajud atau Hajat seperti apa yang saya lakukan beberapa tahun belakangan ini. Semua kupasrahkan pada Allah SWT Yang Maha Berkehendak.


Perjalanan menuju Bandara pun lancar tanpa hambatan. Sampai di Bandara masih menunjukan pukul 04.50. Tetapi suasana sudah ramai penumpang dan para pegawai bandara. Tidak disangka tempat boarding pesawat Lion Air pun sudah disesaki calon penumpang. Padahal mataku masih sedikit ngantuk, karena melihat penumpang lain semangat saya pun jadi ikutan bergairah. Meskipun, sebelum berangkat menyempatkan sarapan 1 buah pisang Cavendish (pisang ambon), lumayan untuk mengganjal perut.

 

Boarding pesawat waktu ke Jakarta (dokpri)

 

Kulihat jam di HP saya menunjukan pukul 05.25. Ada waktu kurang lebih setengah jam untuk masuk ke pesawat. Saya masih ingat bahwa tugas menuju ridho Allah SWT alias sholat shubuh belum dilaksanakan. Oleh sebab itu, tanpa menunggu waktu lama saya pun beranjak untuk melakukan sholat shubuh berjamaah.


“Ya Allah, berikanlah hamba-MU keselamatan selama melakukan perjalanan dan hindarkanlah hamba dari segala marabahaya. Tiada aral melintang keculai datang dari-MU. Apapun yang terjadilah Engkaulah Yang Maha Berkehendak. Amin Ya Rabbal ‘Alamin”, doa yang selalu saya panjatkan sebelum melakukan perjalanan.

 

Menyempatkan sholat shubuh sebelum melakukan perjalanan ke Jakarta (dokpri)

 

Ketika jam di HP saya menunjukan pukul 05.40, petugas bandara atau pesawat Lion Air pun memberi himbauan kepada seluruh calon penumpang untuk masuk ke pesawat. Ternyata boarding pesawat yang saya dapat menunjukan bahwa saya harus transit terlebih dahulu di Bandara Adi Sucipto Yoyakarta sebelum ke Jakarta. Dan saya mendapatkan tempat duduk di dekat pintu darurat, 20B. Sedangkan perjalanan dari Bandara Adi Sucipto menempati tempat duduk 28F. Jatah tempat duduk di dekat pintu darurat mengemban tugas berat seandainya Allah SWT berkehendak, maka pintu darurat itulah bisa menyelamatkan nyawa jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi, ada sisi positifnya, yaitu ruang gerak kaki yang lumayan luas bisa mencegah kaki dari serangan kram. Lumayan kan?


Duduk dekat pintu darurat (dokpri)

 

Pemberitahuan suara pilot melalui pengeras suara bahwa waktu tempuh perjalanan Bandara Internasional Ngurah Rai - Bandara Adi Sucipto (Yogyakarta) selama 1 jam 10 menit. Saya pun berdoa terlebih dahulu, mohon diselamatkan perjalanan. Kurang lebih pukul 07.00 pagi WITA, pesawat pun tinggal landas menuju angkasa. Seperti biasanya, selama perjalanan saya mengisinya dengan membaca buku-buku atau majalah yang terletak di belakang kursi pesawat. Tepat pukul 08.20 pesawat mendarat dengan sempurna di bandara Adi Sucipto. Saya pun bersiap-siap untuk turun, tetapi mendadak pemberitahuan dari Senior Pramugari bahwa penumpang dengan tujuan Jakarta tidak perlu turun karena akan melanjutkan perjalanan kembali dengan pesawat yang sama. Waduh, gimana masalah tempat duduknya. Saya pun tetap menempati tempat duduk semula. Ketika saya pergi ke kamar kecil sebentar, tempat duduk saya telah ditempati orang lain. Dengan senyum manis, saya pun berkata. “Maaf bapak, di sini tempat duduk saya sejak melakukan perjalanan dari Bali”. Untungnya, bapak tersebut menyadari tetapi dengan raut wajah yang bingung karena harus berkoordinasi dulu dengan pegawai pesawat untuk mendapatkan tempat duduk.

 

Pesawat mendarat di Bandara Adi Sucipto Yoyakarta (dokpri)

 

Kurang lebih pukul 09.00 pessawat pun melakukan perjalanan kembali menuju Jakarta. Waktu tempuh perjalanan kurang sebih selama 1 jam 10 menit. Selama perjalanan, saya hanya mengisinya dengan membaca Alqur’an saku yang telah dibawanya dari Bali. Selanjutnya, pesawat tiba di Bandara Internasional Soekrano-Hatta sekitar pukul 09.10. Untuk menuju tempat acara di Discovery Hotel & Convention Ancol, saya pun memesan taksi Blue Bird reguler terlebih dahulu yang merupakan sponsor dari acara tersebut. Kertas Driver’s ticket merupakan kertas sakti untuk naik taksi, karena harus melewati nomor antrian dahulu.

 

Driver’S ticket (dokpri)

 

Taksi yang saya tumpangi adalah Blue Bird dengan Nomor Pintu AB 358 yang disopiri oleh Bapak Hasan Malonda asal dari Sulawesi Utara. Beliau mempunyai 6 orang anak dan sekarang tinggal di Bekasi Timur. Menurut Beliau sudah kerja di Blue Bird lebih dari 25 tahun. Sebuah pengabdian yang luar biasa terhadap perusahaan. Saya katakan padanya bahwa pembayarannya menggunakan voucher dan minta berhenti dahulu di pintu utama kawasan wisata Ancol atau Highlight karena dijemput oleh pihak penyelenggara (Mas Dion Tengker). Dan, sampai di Discovery Hotel & Convention Ancol kurang lebih pukul 10.30.


#Perjalanan Pulang ke Bali (tanggal 18 Agustus 2015)


Setelah melakukan makan pagi (breakfast) di Restauran Kembang Goyang, selanjutnya saya pun harus mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan pulang ke Bali. Yang menyenangkan, saya pun tidak perlu cape-cape memesan tiket pesawat Citilink, karena sudah dipesan oleh Pegi-pegi.com yang merupakan salah satu sponsor penyelenggaraan Community Gathering Kompasiana (CGK) 2015 di Discovery Hotel & Convention Ancol. Untuk kedua kalinya saya mengucapkan terima kasih kepada Pegi-pegi.com yang telah memberi kemudahan dan kenyamanan saya dalam melakukan perjalanan. Angkat topi deh buat Pegi-pegi.com. Matur nuwun ….
Jam 11.00 pagi, saya sudah standby di lobi hotel. Karena, pesawat yang sudah dibooking berangkat jam 13.10. Masih ada waktu 2 jam 10 menit untuk mempersiapkan diri. Sebelum melakukan perjalanan pulang ke Bandara Soekarno-Hatta, kami pun memesan taxi Blue Bird di lobi hotel atas bantuan Mbak Wardah Fajri (Wawa) tepat menunjukan pukul 11.30. Sambil menunggu taxi yang dipesan datang, saya beserta Bapak Johan Wahyudi seorang guru inspiratif (perwakilan dari Komunitas Solo Raya/Komposono), Mas Heriyanto Ratelino, dan Mbak Wawa menyempatkan berfoto bersama di depan Hotel.

Setelah melakukan sesi foto buat kenang-kenangan, beberapa menit kemudian taxi yang kami pesan pun muncul. Perjalanan pulang menggunakan Taxi Blue Bird dengan Nomor Pintu XD 6448 yang disopiri oleh Bapak Widi Andhika, berusia 27 tahun dan masih single. Penampilannya yang tenang dan murah senyum membuat kami senang untuk mengobrol. Yang menarik adalah Bapak Widi Andhika berasal dari Ketanggungan, Kabupaten Brebes. Hanya beda kecamatan dan jaraknya kurang lebih 10 kilometer dengan kampung saya. Sepak terjang Bapak Widi Andhika sangat menarik. Menurut beliau sudah bekerja di Blue Bird sudah 3 tahun. Sebelum menjadi sopir di Blue Bird, bekerja sebagai penjual bensin eceran. Tetapi karena mempunyai keahlian mengendarai kendaraan dan SIM serta ada lowongan kerja sopir maka gayung pun bersambut. Bapak Widi Andhika pun mencoba melamar sebagai sopir Blue Bird dan diterima. Bapak Widi Andhika mempunyai prinsip yang menarik dalam bekerja, khususnya sebagai sopir di Blue Bird.


“Menurut saya sih mas, bekerja itu harus menerima apa adanya berapapun penghasilannya dan ikhlas dalam melakukan pekerjaan. Saya yakin pasti ada perubahan”.kata Bapak Widi Andhika kepada saya. Good job Bapak Widi Andhika, bekerjalah dengan hati dan tanamkanlah kejujuran. Semoga Bapak Widi Andhika membaca tuisan saya ini.

 

Pak Widi Andhika dan taksinya (dokpri)

 

Kali ini saya melakukan perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta tidak seorang diri, tetapi bersama teman Kompasianer dari perwakilan Komunitas Kampus (Kampusiana) yang berada di Kota Makasar (Sulawesi Selatan) Mas Heriyanto Ratelino yang asli Toraja. Perwakilan Kompasianer Malang (Bolang) Mas Mochamad Malik yang asli Kota Malang juga menemani perjalanan saya dari Discovery Hotel & Convention Ancol. Jadi kami bertiga meluncur di tengah padat ddan macetnya Kota Jakarta.


Sampai di Bandara Soekarno-Hatta tepat menunjukan pukul 12. 35 dan masih ada waktu 35 menit untuk masuk pesawat. Saya bersama Mas Heriyanto Ratelino pun melakukan boarding pass. Meskipun, waktu perjalanan Mas Heriyanto Ratelino masih 2 jam lagi. Tetapi, saya mengajaknya untuk melakukan boarding pass bersamaan dengan maksud untuk berbagi pengalaman 10 atau 20 menit sebelum take off. Tiket yang saya dapat merujuk untuk memasuki Gate C1 sementara Mas Heriyanto Ratelino memasuki Gate C3 yang semuanya menumpang peswat Citilink. Kami pun harus mengalami cek keamanan bandara sebanyak 2 kali.


“Mas, kamu kan masih 2 jam lagi, kamu bareng sama saya dulu kita ngobrol-ngobrol, nanti kalau saya sudah take off baru kamu bisa ke tempat ruang tunggu C3. Nggak papa kan?” rayu saya padanya. Mas Heriyanto Ratelino pun mengiyakan tanda setuju. Tetapi, belum masuk pintu Gate C1, dari arah Gate C1 muncul petugas Citilink yang berjalan tergopoh-gopoh seperti mencari penumpang, “Yang Denpasar, Denpasar“. Waduh, padahal belum sempat meletakan tas dan duduk di ruang tunggu barang semenit.

 

Apalagi, panggilan untuk penumpang pun tidak kudengar sama sekali dan melihat daftar perjalanan di Bandara bahwa pesawat yang akan saya tumpangi dalam posisi kosong alias tidak tertulis “Boarding”. Maka aku pun santai saja. Tetapi kata hati berkata lain. Saya pun merespon kalimat yang dikeluarkan petugas Citilink tersebut, “Denpasar pak”. “Ya, Denpasar pak”. Ini alamat penumpang sudah duduk semua dan pesawat mau meluncur ke udara.


Benar adanya, ketika saya masuk badan pesawat semua penumpang sesak memenuhi kursi penumpang. Saya pun buru-buru menuju tempat duduk saya sesuai dengan yang tertera di kursi penumpang, 6B. Kurang lebih 5 menit pintu pesawat pun ditutup menuju indahnya langit biru. Rencana awal yang digunakan untuk berbagi pengalaman dengan Mas Heriyanto Ratelino pun tak terealisasikan, tetapi kita sudah berpesan untuk berbagi pengalaman melalui medsos (media sosial) atau HP. Wah, andaikata saya tidak merespon petugas Citilink, aku bisa ketinggalan pesawat dan menyesal bertubi-tubi nih. Yang penting masih bisa keangkut yah? Alhamdulillah, perjalanan yang ditempuh selama 1 jam 55 menit pun saya isi dengan membaca buku yang terdapat di kursi penumpang. Sebelum take off, ssaya pun sempat melakukan selfie di kursi pesawat. Eitss, narsis banget ya! Setelah itu, ponsel pun dimatikan sesuai dengan peraturan penerbangan sipil agar tidak mengganggu navigasi pesawat.


Selfie dan daftar menu makanan di pesawat (dokpri)

 

Untuk mengisi kekosongan waktu, tidak lupa saya pun ngobrol dengan penumpang yang ada di samping kanan dan kiri saya. Saya tidak sempat bertanya nama mereka, tetapi saya tahu usia mereka masih muda. Yang duduk di sebelah kiri datang ke Bali dalam rangka dinas alias tugas dari kantor Jakarta. Sedangkan yang duduk sebelah kanan asli Bali yang kebetulan lagi pulang kampung karena libur kuliah di salah satu Universitas Swasta ternama di Jakarta.

Meskipun ngantuk, saya pun tidak mampu menutup matanya dengan sempurna alias ketiduran di pesawat. Ada tujuan yang membuatku tidak memejamkan mata. Aku penasaran bagaimana kondisi terkini Gunung Raung yang berada di Kawasan Kota Bondowoso-Banyuwangi. Seingat saya, ternyata rute pesawat pun agak berbelok arah keselatan setelah melewati Semarang. Biar lebih jelas dan tidak penasaran bisa tanya pilotnya yah. Menurut saya, yang biasanya pesawat bergerak dari Jakarta lurus ke timur dan melintasi pantai utara Jawa tetapi berubah haluan.
Sepertinya pergerakan pesawat memutar ke arah selatan seperti mau melintasi pantai selatan. Biasanya Gunung Ijen atau Gunung Raung akan berada di sebelah kanan posisi pesawat, tetapi kali ini posisi Gunung Ijen atau Gunung Raung di sebelah kiri posisi badan pesawat. Sangat jauh sekali. Dari kaca penumpang, kulihat Gunung Raung masih mengeluarkan asapnya yang membuat awan biasanya berwarna putih sempurna di siang hari menjadi tampak coklat kehitaman. Pantesan, arah pesawat memutar ke selatan menghindari asap Gunung Raung. Saya pun berdoa untuk keselamatan, karena beberapa kali pergerakan pesawat mengalami getaran seperti perjalanan mobil di darat yang melewati permukaan berbatu.

Setelah memasuki pulau Bali yang berjarak kurang lebih 100 km ke arah Bandara Internasional Ngurah Rai, suara dari Senior Pramugari dan Pilot pun muncul yang menandakan bahwa pesawat akan melakukan persiapan pendaratan. Semua penumpang pun disarankan untuk mengencangkan sabuk keselamatan dan bagi penumpang yang berada di toilet disarankan untuk kembali ke tempat duduk semula. Tepat pukul 15.55 WITA, pesawat Citilink mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Ngurah Rai.

Setelah keluar dari Bandara, saya pun memesan taxi menuju perjalanan ke Denpasar yang ditempuh dengan waktu perjalanan selama 40 menit karena sedikit macet. Tepat jam 16.58, saya pun dengan selamat dan mendarat sempurna di tempat tinggal idaman. Di akhir tulisan saya ini, saya berterima kasih yang sebesar-besarnya buat Pegi-pegi.com, Blue Bird, dan Discovery Hotel & Convention Ancol yang telah memberikan kenyamanan dan keamanan selama melakukan perjalanan Bali-Jakarta PP serta penginapan di hotel yang fasilitasnya sungguh aduhai, tambah banget. Tunggu tulisan berikutnya yah! Jangan pernah bosan, please!

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun