Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengaruh Kenaikan Harga Elpiji Non Subsidi Terhadap Pertamina dan Daya Beli Masyarakat

4 September 2014   19:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:37 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program pemerintah melakukan konversi dari BBM ke gas Liquid Petroleum Gas (LPG) berbuah hasil. Sekarang ini, masyarakat Indonesiasudah terbiasa memakai gas elpiji untuk keperluan rumah tangga.Namun, di saat masyarakat sudah terlena menikmati pemakaian gas elpiji yang begitu mudah dan praktis akhirnya menuai masalah. Ya, masalah yang muncul lagi-lagi berkenaan dengan kenaikan harga. Pemberian subsidi gas elpiji ukuran 3 kg (si melon) yang diklaim sebagai harga gas yang mudah dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Apalagi pada saat pertama kali dilaksanakan program konversi, masyarakat mendapatkannya dengan gratis. Ternyata, Pertamina sebagai perusahaan plat merah sampai detik ini mengalami kerugian alias nombok.

Pemerintah tidak bisa memberikan subsidi pada gas elpiji non subsidi kemasan 12 kg. Meskipun non subsidi, gas elpiji kemasan 12 kg tidak mampu memberikan keuntungan bagi Pertamina. Jalan keluar yang terbaik adalah menaikan harga gas elpiji non subsidi kemasan 12 kg. Apalagi, gas elpiji 12 kg merupakan produk komersial yang tidak bisa disubsidi oleh pemerintah. Pihak Pertamina melalui Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir menyatakan, bahwa rencana kenaikan harga gas elpiji 12 kg yang sedianya dilakukan 1 Januari 2015 dengan terpaksa bakal dipercepat. Sebenarnya, Pertamina sudah mempunyai keinginan untuk menaikkan harga gas elpiji non subsidi 12 kg. Pertamina mengklaim bahwa harga gas elpiji non subsidi 12 kg dijual dengan harga di bawah harga pasar (www.jawapos.com).

Rencana kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg melihat dari fenomena kenaikan konsumsi gas elpiji non subsidi 12 kg pada tahun 2013 yang mencapai 977.000 ton. Sedangkan, di sisi lain harga pokok perolehan Elpiji rata-rata meningkat menjadi US$ 873 dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar (www.liputan6.com). Rencana kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg adalah sebesar Rp 1.000-1.500 per kilogram.

Kenaikan Gas Epiji merupakan Kewenangan Pertamina

Keinginan Pertamina untuk menaikkan harga gas elpiji non subsidi12 kg pada bulan Agutus 2014 ternyata molor. Pertamina belajar dari pengalaman kenaikan harga awal tahun 2014 antara Rp. 130.000-140.000 per tabung. Di mana, kenaikan harga tersebut mengundang pro kontra. Apalagi presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan,"Dengan memahami kewenangan dan kewajiban baik Pemerintah maupun Pertamina sebagai korporat. Dan dengan pula memperhatikan aspirasi masyarakat kita.Saya meminta Pertamina bersama dengan menteri terkait yang diamanahkan oleh undang-undang meninjau kembali dan menyelesaikannya dalam waktu sehari atau 1 x 24 jam" (www.voaindonesia.com).

1409809808847082135
1409809808847082135


Namun, dengan adanya kenaikan harga gas elpiji awal tahun 2014, Pemerintah menyadari bahwa masalah kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg merupakan domain atau kewenangan pihak Pertamina. Pemerintah tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan tekanan kebijakan kepada pihak Pertamina.



1409809854651892863
1409809854651892863

Harga gas elpiji 12 kg di Indonesia jauh lebih murah

Banyak pihak atau publik yang mengklaim bahwa harga gas elpiji merupakan harga tertinggi di ASEAN. Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir membantahnya, "Di Thailand harga gasnya Rp 7.000 per kg, Malaysia Rp 6.938 per kg. Semua itu disubsidi. Jadi, kalau mau membandingkan itu dengan yang 3 kg, bukan 12 kg" (www.kompas.com). Pertamina sempat menaikkan harga gas elpiji non subsidi 12 kg dengan harga menjadi Rp 9.809 per kg. Tetapi, dengan sejumlah alasan dan kepentingan, kenaikan harga gas elpiji 12 kg direvisi. Kenyataannya, harganya turun menjadi Rp 6.850 per kg.

Karena gas elpiji non subsidi 12 kg menurut Pertamina dijual di bawah harga pasar membuat Pertamina mengalami kerugian. Perlu diketahui, bahwa biaya produksi gas dari 2009 hingga 2013 terus merangkak naik, dari Rp 7.174 per kg pada Oktober 2009 menjadi Rp 10.165 per kg. Sementara itu, harga jual hingga Desember 2013 tetap sebesar Rp 5.850 per kg (www.kompas.com).

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir menyatakan bahwa harga gas elpiji non subsidi 12 kg di Indonesia paling murah di Asia bahkan di dunia. Di Filipina, harga gas nonsubsidi sebesar Rp. 24.000 per kg, di Korea harga gas nonsubsidi Rp. 17.000 per kg, di Jepang harga gas non subsidi Rp. 20.000 per kg, dan di India harga gas non subsidi Rp 12.500 per kg. Harga gas elpiji di perbatasan Malaysia lebih murah dari Indonesia karena mendapatkan subsidi dari pemerintahnya. Pertamina pernah memperbarui harga kenaikan elpijinya. Perusahaan negara tersebut tidak jadi menaikkan kenaikan harga sebesar Rp. 3.959, tapi merevisinya menjadi Rp. 1.000 per kg. Sehingga harga jualnya pun menjadi sekitar Rp. 6.850 per kg.

Pemicu Kenaikan Harga Elpiji Non Subsidi

Pada semester I tahun 2014, berhubungan dengan elpiji non subsidi 12 kg Pertamina harus menanggung kerugian hingga Rp 2,81 triliun. Jika tahun 2014 tidak mengalami kenaikan harga, maka diprediksi Pertamina akan merugi lebih dari Rp 5 triliun. Secara otomatis akan mengurangi jumlah perolehan laba secara keseluruhan. Berapa kenaikan harga yang akan dilakukan Pertamina, agar tidak mengalami kerugian? Menurut Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir menyatakan bahwa Pertamina berencana menaikan Rp. 1.000 - Rp. 1.500 per kg atau Rp 12.000–Rp 18.000 per tabung. Bahkan, kenaikan gas elpiji non subsidi rencananya akan dilakukan kembali setiap enam bulan sekali hingga mencapai harga keekonomian, yakni pada Januari dan Juni 2015. (www.jawapos.com)

Kerugian Pertamina timbul sebagai akibat dari harga jual elpiji non subsidi 12 kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan. Harga yang berlaku saat ini merupakan harga yang ditetapkan pada Oktober 2009 yaitu Rp 5.850 per kg, sedangkan harga pokok perolehan kini telah mencapai Rp 10.785 per kg. Perlu diketahui, bahwa selama ini Pertamina telah "jual rugi" dan menanggung selisihnya sehingga akumulasi nilai kerugian mencapai Rp 22 triliun dalam 6 tahun terakhir. Meskipun telah menaikan harga elpiji non subsidi 12 kg awal tahun 2014 ini secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp 3.959 per kg (www.liputan6.com).

“Kondisi ini tentunya tidak sehat secara korporasi karena tidak mendukung Pertamina dalam menjamin keberlangsungan pasokan elpiji kepada masyarakat"

(VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir).

Oleh sebab itu, mau tidak mau Pertamina memutuskan untuk menaikkan harga elpiji non subsidi 12 kg menyusul tingginya harga pokok LPG di pasar dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar. Kenaikan gas elpiji non subsidi juga dipengaruhi karena adanyalaporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyebut kerugian dari Pertamina hingga Rp7,7 triliun dari harga elpiji non subsidi yang terlalu rendah.

Betapa pentingnya pemakaian gas elpiji bagi semua kalangan, akhirnya setiap kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg akan menjadi “buah simalakama” bagi Pertamina. Menurut pengamat ekonomi Hendri Saparini mengatakan, "Hampir semua orang menggunakan elpiji. Baik itu kalangan atas maupun kalangan bawah, tapi itu tidak dimasukan dalam salah satu energi strategis sebagaimana BBM bersubsidi. Jadi semestinya selain memerintahkan Pertamina dan menteri tinjau ulang kenaikan harga, Presiden juga harus mengkoreksi peraturan pemerintah dan menempatkan elpiji itu sebagai energi strategis berkategori kebutuhan dasar" (www.voaindonesia.com).

Masyarakat secara mayoritas merasa lega, karena kenyataannya Pertamina menunda kenaikan harga gas elpiji non subsidi pada bulan Agustus 2014 dengan alasan karena pemerintah belum menyetujui kenaikan harga tersebut. Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya mengatakan bahwa Pertamina mendapatkan surat dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 6 Agustus 2014 yang isinya secara garis besar Kementerian meminta Pertamina menunda kenaikan harga, hingga ada keputusan selanjutnya dari pemerintah. Padahal, keputusan untuk menaikkan harga pada 15 Agustus 2014 ini, juga sudah disampaikan kepada pemerintah sejak bulan lalu. Tetapi, kenyataannya pemerintah berubah pikiran dan meminta Pertamina untuk menunda kenaikan harga tersebut (www.katadata.co.id.).

Dampak Kenaikan Epiji Terhadap Daya Beli Masyarakat

Kita memahami bahwa besaran kenaikan harga gas elpiji di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point). Meskipun secara fakta, kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada daya beli masyarakat mengingat konsumen Elpiji non subsidi 12 kg adalah kalangan mampu atau menengah ke atas. Biasanya, masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro diatasi oleh Pemerintah dengan LPG 3 kg bersubsidi yang harganya lebih murah.

1409809909249562604
1409809909249562604



14098099401258474715
14098099401258474715

Dampak kenaikan gas elpiji non subsidi juga akan berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat terhadap Elpiji non subsidi 12 kg di masyarakat yang umumnya dapat digunakan untuk 1 hingga 1,5 bulan, Dengan adanya kenaikan gas elpiji non subsidi 12 kg tersebut akan memberikan dampak tambahan pengeluaran masyarakat sampai dengan Rp. 47.000 per bulan atau Rp.1.566 per hari. Akibatnya, daya beli masyarakat akan mengalami penurunan. Dengan adanya penurunan daya beli masyarakat, maka perdagangan pun akan mengalami penurunan. Dengan demikian, masyarakat akan mengalami penurunan pendapatan. Padahal kebutuhan rumah tangga semakin meninggi.

Ada kekhawatiran dengan adanya kenaikan harga Elpiji non subsidi 12 kg tersebut juga akan memicu migrasi konsumen ke LPG 3 kg. Hal yang akan terjadi adalah tindakan illegal oleh oknum tertentu untuk mengoplos LPG 3 kg ke LPG 12 kg semakin menjadi dengan alasan mencari keuntungan yang besar atau pemakai gas elpiji non subsidi 12 kg akan beralih ke LPG 3 kg.



14098143231828676234
14098143231828676234

Usaha Pertamina Mengatasi Kenaikan Harga Gas Elpiji Non Subsidi

Banyak tindakan pencegahan yang akan dilakukan Pertamina untuk mengatasi kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg. Karena dampaknya juga akan menyebabkankelangkaan gas elpiji karena banyaknya agen yang berbuat curang. Pertamina meminta kepada masyarakat untuk bersama-sama mengawasi pendistribusian gas elpiji dan tak segan melaporkan jika terjadi penyimpangan. Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengatakan, "Sistem pengawasan kita ke agen yang rawan adalah disini (pengecer), banyak kawan-kawan yang menghubungkan akan ada kenaikan harga jadi 3 kg ini jadi langka, jadi kalau ada informasi seperti ini kita akan laporkan kita akan segera kroscek".

Tindakan lain yang dilakukan Pertamina juga berhubungan dengan kekhawatiran kenaikan harga Elpiji non subsidi 12 kg akan memicu migrasi konsumen ke LPG 3 kg,yaitu Pertamina saat ini telah mengembangkan sistem monitoring penyaluran LPG 3 kg (SIMOL3K), yang diimplementasikan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai bulan Desember 2013. Dengan adanya sistem ini, Pertamina akan dapat memonitor penyaluran LPG 3 kg hingga level Pangkalan berdasarkan alokasi daerahnya (www.pertamina.com).



1409809978338816865
1409809978338816865

Menaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh Pertamina, jika kerugian ingin ditekan atau memperoleh laba. Secara otomatis, peningkatan mutu pelayanan pun akan menjadi prioritas Pertamina selanjutnya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut, Pertamina me-launching Bright Gas, di mana

warna tabung gas yang menarik dan cerah. Bright Gas tersedia dalam 4 pilihan warna, yaitu: red purple metalik, blue purple metalic, astroid green metalic dan bluish green metalic. Bright Gas dengan kemasan 12 Kg sama-sama elpiji untuk elpiji non subsidi 12 Kg. Pertamina meyakini bahwa produk Bright Gas akan lebih diminati kalangan menengah keatas.

Kelabihan dari Bright Gas adalah pada kualitas layanan dan tabung gas yang lebih aman. Para agen akan siap mengantar langsung ke rumah pelanggan dalam waktu yang Lebih cepat, Jika ada sedikit keluhan saja, maka pelanggan cukup telepon agennya akan segera menangani masalah elpiji anda. Kondisi tabung Bright Gas dilengkapi dengan karet pelapis bodi. Hal ini bertujuan untuk menghindari gesekan dengan dinding dapur ataupun gesekan antar tabung sehingga cat tabung tetap awet. Bright Gas juga dengan pengaman valve double spindle serta stiker petunjukpenggunaan.Harga Bright Gas dijual dengan harga Rp. 115.000. Waktu gas elpiji non subsidi 12 kg harganya dinaikkan menjadi Rp. 130 ribu per tabung, harga Bright Gas lebih murah sebesar Rp. 120 ribu per tabung.

Perlu diketahui, bahwa komposisi Bright Gas sebagian besar terdiri dari gas Propane (C3H8) dan Butane (C4H10). Bright Gas memiliki keunggulan yakni dapat dipesan dan diantar secara gratis dan memiliki tingkat keamanan lebih, karena dilengkapi fitur-fitur ekstra, seperti security seal cap dengan teknologi spindle dan karet pelindung tabung kemasan dari benturan (www.wartabuana.com). Menurut Vice President LPG dan produk gas PT Pertamina (Persero) Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan, produk Bright Gas memiliki keunggulan dibandingkan dengan tabung gas biasa, "Bright gas memiliki karet pelindung benturan, double spindle, seal cap, dan bersertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI)" (www.wartabuana.com).

Sedangkan, GM Marketing Operation Region V PT Pertamina (Persero), Giri Santoso menegaskan bahwa kehadiran Bright Gas merupakan salah satu bentuk upaya Pertamina mengurangi selisih kerugian dari konsumsi elpiji 12 kg (www.beritajatim.com). Sedangkan menurut General Manager Pertamina Region III Afandi menjelaskan bahwa Bright Gas tersebut ditujukan untuk para konsumen segmen atas (www.antaranews.com).

Dengan demikian, Pertamina menaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg harus dilakukan, meskipun sasaran terkena dampak adalah konsumen menengah ke atas. Tetapi pelan tapi pasti masyarakat golongan bawah juga akan merasakan dampaknya. Daya beli masyarakat akan menurun. Nilai perdagangan pun akan menurun, sehingga bermuara pada menurunnya pendapatan masyarakat.Kita memahami bahwa pihak Pertamina akan membuat kebijakan yang mengutamakan kepentingan masyarakat. Di sisi lain adalah Pertamina pun tidak mau menangguk kerugian dalam menjalankan proses bisnisnya. Hal itulah yang membuat Pertamina mencari solusi terbaik, salah satunya mengeluarkan produk Bright Gas.

Mari kita menghadapi kenaikan harga gas elpiji 12 kg dengan bijak demi menjaga kelangsungan hidup Pertamina dan menjaga kestabilan perekonomian masyarakat!

Referensi:

Antaranews.Com. (2014). Bright Gas dilirik saat harga elpiji 12kg naik. Diambil darihttp://article.wn.com/view/2014/01/08/Bright_Gas_dilirik_saat_harga_elpiji_12kg_naik/

Beritajatim.com. (2014). Bright Gas, Elpiji Non Subsidi dari Pertamina. Diambil dari http://beritajatim.com/ekonomi/202882/bright_gas,_elpiji_non_subsidi_dari_pertamina.html#.VAR4tqN0b3U

http://www.jawapos.com/baca/artikel/5797/Pertamina-Tetap-Naikkan-Harga-Elpiji-12-Kg

Katadata.co.id. (2014).Pertamina Tunda Menaikkan Harga Elpiji Non Subsidi.Diambil dari http://katadata.co.id/berita/2014/08/15/pertamina-tunda-menaikkan-harga-elpiji-non-subsidi

Kompas.com. (2014).Pertamina Klaim Harga Gas Nonsubsidi Indonesia Jauh Lebih Murah Diambil dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/01/14/2238388/Pertamina.Klaim.Harga.Gas.Nonsubsidi.Indonesia.Jauh.Lebih.Murah

Liputan6.com. (2014).Harga Non Subsidi Naik, Pertamina Jamin Pasokan LPG 3 Kg Aman. Diambil dari http://bisnis.liputan6.com/read/511607/harga-non-subsidi-naik-pertamina-jamin-pasokan-lpg-3-kg-aman

Pertamina.com. (2014).Sesuaikan Harga Elpiji Non Subsidi 12kg, Pertamina Jalankan Kebijakan Korporasi. Diambil dari http://www.pertamina.com/news-room/siaran-pers/sesuaikan-harga-elpiji-non-subsidi-12kg,-pertamina-jalankan-kebijakan-korporasi/

Voaindonesia.com. (2014).Presiden Minta Pertamina Tinjau Ulang Kenaikan Gas Elpiji 12 Kg. Diambil darihttp://www.voaindonesia.com/content/presiden-minta-pertamina-tinjau-ulang-kenaikan-elpiji/1823927.html

Wartabuana.com.(2014). Daripada Elpiji, Harga Bright Gas Lebih Murah . Diambil dari http://m.wartabuana.com/read/daripada-elpiji-harga-bright-gas-lebih-murah.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun