Di penghujung tahun 2014, bangsa Indonesia berduka kembali. Peristiwa hilangnya pesawatAir Asia QZ 8501 dengan penumpang lebih dari 150 orang dan 7 awak pesawat tujuan Surabaya-Singapura. Sampai detik ini, usaha pencarian dan evakuasi para penumpang dan kepingan badan pesawat masih dilakukan. Kita turut berduka atas peristiwa yang menghentak dunia penerbangan dan berharap keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan tersebut yang menjadi tragedi nasional.
Dari peristiwa di atas, ada hal yang menarik yang akan dibahas dalam tulisan ini. Pesawat Air Asia dengan tujuan Surabaya-Singapura membawa lebih dari 90 persen warga Surabaya dan sekitarnya. Tentunya, mereka ingin mengadakan liburan akhir tahun atau Natal di Singapura dan sekitarnya. Ada pertanyaan yang menggelitik kita? Mengapa harus jauh-jauh ke Singapura? Bukankah tempat wisata di Indonesia banyak yang menarik untuk dikunjungi? Dengan mengunjungi Singapura, secara otomatis kita menyumbang devisa buat negeri Singa tersebut. Negeri yang tidak lebih luasnya dari ibukota negara kita DKI Jakarta memang telah menghipnotis para wisatawan mancanegara, termasuk Indonesia.
Kejadian justru sebaliknya. Wisatawan asing masih kurang untuk berkunjung ke Indonesia. Apa sih yang membuat para wisatawan asing enggan untuk berkunjung ke Indonesia? Tentunya ada beberapa alasan yang mendasari. Ada perasaan gengsi para traveller jika mengunjungi luar negeri. Perasaan bangga yang tidak bisa dinilai dengan uang. Tentu ada sebabnya dong? Akses transportasi negeri kita masih jauh dari standar dibandingkan dengan negara lain. Banyak pengalaman yang dipetik dari orang lain yang telah berkunjung ke negeri lain adalah begitu mudahnya transportasi yang mengakses dari satu tempat wisata satu ke tempat wisata lainnya. Negeri kita? Nanti dulu. Jalanan yang dilalui banyak berlubang yang bisa membuat perjalanan celaka. Apalagi kemacetan di kota-kota besar sungguh membuat wisatawan asing ogah untuk berkunjung. Kita patut memahami bahwa berwisata adalah mencari kenyamanan. Jika, selama berwisata dipertontonkan dengan kemacetan yang luar biasa. Maka, wisatawan enggan merekomendasikan kepada saudara atau temannya untuk berkunjung ke Indonesia. Apalagi, tarif transportasi dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya yang terbilang mahal membuat wisatawan tidak mau berkunjung kembali ke Indonesia.
Memasuki sebuah negara tentunya akan melewati bandara yang mempunyai fasilitas komplit. Tetapi, kenyataannya kondisi bandara kita di seluruh penjuru tanah air rerata belum memiliki standar bandara berkelas internasional. Bahkan, Presiden Jokowi saja yang telah berkunjung ke Singapura untuk menghadiri wisuda anaknya memberikan pesan bahwa bandara Soekarno-Hatta perlu ditata dan ditambah fasilitas lagi, agar memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Apalagi, biaya transportasi yang menghubungkan antara pulau-pulau di Indonesia masih terbilang mahal membuat wisatawan berpikir ulang untuk mengunjungi Indonesia. Termasuk warga Indonesia sendiri. Sebagai contoh, Dari Jakarta mengunjungi Raja Ampat Papua Barat sebagai tempat wisata bahari dunia lebih mahal biayanya dibandingkan dari Jakarta ke negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam.
Yang lebih menyedihkan dunia pariwisata Indonesia adalah predikat Indonesia sebagai negeri jorok dan tangan usil. Pariwisata Indonesia sangat tidak memperhatikan masalah kebersihan. Kita masih melihat di sekitar daerah wisata yang mempunyai fasilitas jalan yang rusak, pemukiman kumuh, sungai-sungai yang kotor. Bahkan, sampah-sampah berserakan begitu saja yang mampu merusak pemandangan wisatawan. Ditambah lagi dengan tangan-tangan usil (vandalisme) yang mencoret-coret kawasan wisata. Aksi ini tentunya akan merusak citra pariwisata di mata dunia. Bahkan, orang Indonesia pun berani melakukan aksi coret-coret di tempat pariwisata negara lain (Gunung Fujiyama). Banyak anggapan, bahwa jika di negeri orang saja berani, apalagi di negeri sendiri. Sungguh memalukan!
Permasalahan pariwisata yang paling mencolok adalah kurangnya aksi promosi di negeri orang. Pejabat kita lebih hebat dalam mempromosikan kampanye untuk jabatan pribadi, tetapi kampanye pariwisata kita masih dianaktirikan. Perlu dimaklumi, masih kurangnya promosi pariwisata kita baik di kawasan negeri kita sendiri maupun di luar negeri. Pemerintah kita masih berhitung untung dan rugi untuk mempromosikan pariwisata di negeri orang. Kita tentunya memahami betapa hebatnya Malaysia tak henti-hentinya memasang iklan pariwisata di televisi swasta kita dengan tagline: “Malaysia, the trully Asia”. Apakah pemerintah kita juga mati-matian memasang iklan pariwisata di televisi negeri lain? Padahal, promosi adalah alat yang ampuh bagi kita untuk menggaet wisatawan asing mau datang menikmati pariwisata kita. Hal-hal tersebut yang membuat wisatawan asing alot untuk mengunjungi Indonesia.
Padahal segudang pesona negeri kita akan membuat wisatawan asing berdecak kagum. Negeri indah laksana surga. Dari Sabang sampai Merauke memberikan pesona yang tiada tara. Danau Toba yang indah, Taman Ujung Kulon yang luar biasa, Pulau Bali dengan segudang tempat wisata menarik sampai Raja Ampat yang mendunia. Untuk lebih jelasnya, kita bisa klik link berikut: http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia. Banyak pesona Indonesia membuat kita kagum. Jika kita mengelilingi keindahan Indonesia dari Barat sampai Timur, tak pernah habis seumur hidup kita. Tetapi, mengapa wisatawan malas mengunjungi negeri kita dan berpindah ke lain hati ke negeri tetangga. Pastinya ada yang salah dalam pengelolaan pariwisata kita.
Sebagai pelajaran pariwisata Indonesia, menurut data dari UNWTO, destinasi wisata paling populer secara mayoritas berada di Eropa. Bahkan, setengah dari jumlah kunjungan wisatawan dunia di tahun 2011 melakukan kunjungan di Eropa. Pendapatan yang diperoleh dari wisatawan dunia mencapai 1 triliun dollar AS. Berikut ini adalah daftar destinasi wisata terpopuler di dunia (juta wisatawan): 1) France (79.5 juta wisatawan); 2) Amerika Serikat (62.3 juta wisatawan); 3) China (57.6 juta wisatawan); 4) Spanyol (56.7 juta wisatawan); 5) Italia (46.1 juta wisatawan); 6) Turkey (29.3 juta wisatawan); 7) Inggris (29.2 juta wisatawan); 8) Jerman (28.4 juta wisatawan); 9) Malaysia (24.7 juta wisatawan); dan 10) Meksiko (23.4 juta wisatawan). Malaysia negeri tetangga kita masuk dalam 10 besar tersebut.
Bahkan, menurut Tempo.co dalam lamannya menyatakan bahwaCenter of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai kepariwisataan Indonesia masih jauh tertinggal oleh negara lain di Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan oleh tiga indikator, yaitu jumlah kunjungan, pendapatan, serta pertumbuhan keduanya. Pada tahun 2011 saja, Malaysia mampu menarik 24,7 juta wisatawan mancanegara. Sedangkan, Indonesia mampu menarik kunjungan wisatawan menjadi 8,8 juta jiwa. Lain lagi menurut World Economic Forum ‘The ASEAN Travel & Tourism Competitiveness Report 2012’ melaporkan bahwa Indonesia menempati posisi kelima dalam bidang pariwisata. Pemeringkatan ini merujuk pada hasil Travel and Tourism Index yang menilai 139 negara di seluruh dunia. Tiga negara di Asia Tenggara menempati posisi tertinggi sebagai negara dengan daya saing sektor pariwisata dan perjalanan wisata terbaik, yaitu: Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indonesia sendiri justru menempati posisi kelima di antara negara tetangga. Bahkan, posisi Indonesia masih berada di bawah negara kecil nan kaya, Brunei Darussalam.
Pertanyaan besar pariwisata kita adalah mengapa dunia pariwisata kita masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga kita? Tak dipungkiri, tahun ke tahun tetap saja kalah dibanding keempat negara Asean (Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam) tersebut? Jika kita melihat dalam peta pariwisata dunia versi World Economic Forum edisi 2012, posisi peringkat Indonesia di urutan ke-74, sedangkan Thailand urutan ke-41, Singapura ke-10, dan Malaysia ke-35.
Jika melihat dari segi jumlah kunjungan wisata mancanegara (asing) Indonesia hanya mampu menarik 7,5 juta, sedangkan Thailand 19 juta, Singapura 10,3 juta, dan Malaysia 24 juta. Perlu dipahami, bahwa pariwisata di Indonesia, baru menyumbang USD 7,9 juta (1,1% GDP). Berbeda dengan pariwisata Thailand yang menyumbang USD 26,5 juta (8,2%GDP), Singapura disumbang USD 17,9 juta (7,9% GDP), dan Malaysia USD 18,2 juta (7,7% GDP).
Tentunya para wisatawan memasuki Indonesia dari beberapa imigrasi. Yang menarik adalah dari 19 lokasi imigrasi yang ada di Indonesia, baik melalui Bandara maupun Pelabuhan, dari jumlah 6,6 juta pengunjung sampai dengan September 2014, sebagian besar wisatawan masuk melalui Bandara Ngurah Rai (Bali), yakni sebesar 2,75 juta atau 42% dari total wisatawan yang masuk. Dengan demikian, Bali mampu mengalahkan Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta) yang hanya 1,6 juta wisatawan (26%). Sedangkan, posisi ketiga adalah Batam (Kep. Riau) sebesar 1 juta wisatawan (16%).
Melihat kondisi tersebut, mau tidak mau Indonesia harus berani gambling menjual nama besar (Branding) Bali dalam mendongkrak wisatawan asing. Apalagi, pikiran wisatawan asing justru lebih mengenal nama Bali dari pada mengenal nama Indonesia. Kadang, mereka bertanya, Indonesia sebelah mananya Bali? Sungguh kenyataan yang membuat kita mengernyitkan dahi. Kemasyhuran nama Bali memang mendunia dan melegenda. Pantas saja, tagline: "visit Indonesia year" atau "wonderful Indonesia" pun belum mampu mendongkrak wisatawan asing secara signifikan. Kenyataannya, bertahun-tahun Indonesia masih kalah kunjungan wisatawa nya dibanding negara tetangga, Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam.
Mungkin, Pemerintah perlu merubah tagline pariwisata untuk menarik wisatawan asing ke Indonesia. Menjual nama besar Bali adalah terobosan besar, tanpa menghilangkan nama besar Indonesia, seperti: “Enjoy in Bali, Paradise of Indonesia” atau “Bali, Exotic of Indonesia”. Apalagi, merujuk dari buku panduan wisatawan eksotis, yaitu: "1000 tempat wajib dikunjungi sebelum mati" karya Patricia Schultz, Indonesia mempunyai 9 lokasi yang wajib dikunjungi, yaitu: 3 tempat di Pulau Bali: Pantai Kuta, Pantai Jimbaran, Ubud, Amanwana-Moyo (Sumbawa), Borobudur (Magelang, Jawa Tengah), Toraja (Sulawesi Selatan), Lembah Baliem (Papua), Lombok, dan Jogjakarta.
Sebagai seorang warga negara yang baik, saya pun tergelitik untuk menuangkan atau mengeksplorasi keindahan wisata Indonesia, khususnya Pulau Bali dalam sebuah tulisan blog yang bisa dinkmati oleh pembaca di seluruh dunia. Bahkan, saya telah mengunjungi beberapa tempat indah di pulau Bali untuk dituangkan dalam sebuah blog. Sebagai aksi voluntourism, saya ikut bertanggung jawab untuk memajukan pariwisata di Indonesia. Sudah saatnya, partisipasi masyarakat ikut memegang peranan penting dalam memajukan pariwisata.
Tempat-tempat wisata indah di Pulau Bali yang pernah saya kunjungi tentunya akan membuat emosi wisatawan asing untuk berkunjung ke Bali, sebuah eksotik indah di negeri Indonesia. Berikut daftar wisata di Bali yang bisa menggugah wisatawan asing, betapa kayanya Indonesia.
1.Museum Perjuangan Bajra Shandi, Denpasar
2.Arak-arakan ngaben (pembakaran mayat) di Denpasar.
3.Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung
4.Pantai Pandawa, Badung
5.Pura Ulun Danu Bedugul, Tabanan
6.Wisata kaldera Gunung Batur, Kintamani
7.Desa Wisata tradisional Tenganan Karangasem
8.Taman Air (Water Palace) Taman Ujung Karangasem
Dan masih banyak lagi tempat wisata yang menarik yang pernah saya kunjungi. Mencintai tempat wisata negeri orang tidaklah salah. Tetapi, lebih mencintai tempat wisata negeri kita sendiri adalah sebuah tindakan voluntourism yang mampu memajukan pariwisata kita. Jangan berharap pariwisata kita melampui negeri tetangga, jika kita sendiri berbondong-bondong mendatangi negeri orang. Kita lebih mengenal negeri lain dari pada negeri sendiri. Tentunya, Pemerintah dan stakeholders yang berkompeten juga harus melakukan tindakan atau menindaklanjuti aksi nyata dalam memajukan pariwisata kita.
Kalau saya pribadi, mengunjungi wisata indah di negeri kita dan menuangkan dalam sebuah tulisan adalah sebuah kepuasan dalam memajukan pariwisata kita. Menjual nama besar Bali, mengenalkan keindahan Indonesia. Siapa lagi yang bisa mencintai pariwisata kita, kalau bukan kita sendiri. Yuk, cintai pariwisata kita!
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H