Mohon tunggu...
Casandra Vitria S
Casandra Vitria S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPNVY

International Relations Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya Penerapan Teknologi Incinerator Dalam Manajemen Limbah Padat di Singapura

30 April 2023   14:14 Diperbarui: 30 April 2023   14:37 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Singapura (Sumber: Bussines Insider SG) 

Singapura merupakan salah satu negara maju dengan ketersediaan lahan hijau dan tata ruang yang terbatas  karena luas wilayahnya yang sempit namun Singapura juga merupakan negara industri yang wilayahnya hampir sama dengan wilayah di Indonesia yaitu contohnya DKI Jakarta yang luasnya 650 km2. Hal ini lah yang menyebabkan Singapura sangat rentan untuk mengalami kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas warga negaranya sendiri dalam membuang sisa sampah dan juga  perubahan iklim. Selain faktor dari iklim itu sendiri kerusakan lingkungan juga disebabkan oleh limbah - limbah berupa padat yang berasal dari macam macam industri yang ada di Singapura. Oleh karena itu, pemerintah Singapura menaruh perhatian dan sangat berhati-hati dalam     merencanakan tata ruangnya agar penggunaan lahan bisa optimal dan menggunakan berbagai cara untuk mengurangi sampah di negaranya . 

Pada zaman yang sudah sangat modern saat ini, pengolahan sampah yang dilakukan oleh negara Singapura mengalami kemajuan yaitu dengan menggunakan teknologi yang terkini untuk mengatasi dan mengolah sampah serta limbah padat. Sistem yang digunakan pada teknologi tersebut untuk mengelola sisa sampah dan limbah padat di wilayah perkotaan dengan metode pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan serta yang terakhir adalah pembuangan. Jenis dari teknologi yang digunakan pun cukup beragam jenisnya karena itu semua tergantung dari jenis limbah yang akan diolah, contohnya apabila limbah padat organik dan limbah plastik ataupun limbah kertas jelas berbeda cara penanganannya karena jenis dari teknologi yang digunakan pun terdapat tingkatan-tingkatannya seperti teknologi sederhana, modern sampai ke teknologi tinggi. 

Pemilihan jenis teknologi untuk mengolah limbah padat pun ternyata dipengaruhi oleh dari kemampuan finansial dari sebuah negara tersebut serta SDM atau sumber daya manusia dari sebuah negara dan yang terakhir adalah kondisi lingkungan dari negara itu sendiri juga. Hal tersebut jelas merupakan bahwa negara Singapura mengambil keputusan menerapkan teknologi untuk mengelola limbah padat dan dalam mengatasi soal sampah dan di negaranya karena Singapura juga terkenal sebagai negara yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik dan SDM yang mumpuni pula. Serangkaian metode dalam mengolah sampah dan limbah padat tersebut tentunya terdapat sebuah sistem pengolahan yang dilakukan oleh Singapura sebelum dan setelah penggunaan teknologi. 

Singapura merupakan suatu negara industri yang dimana data yang diambil pada tahun 2022 terdapat lebih dari 5 juta jiwa dan wilayah dari Singapura sendiri sangat sempit dengan wilayah yang sempit itulah yang menyebabkan kelangkaan lahan untuk pembuatan TPA atau tempat pembuangan akhir yang luas dan seluas atau sepadan juga dengan produksi limbah dari warga negara Singapura itu sendiri. Data pada tahun 2001 menjelaskan bahwa produksi dari limbah sampah yang dihasilkan mencapai sekitar 7600 ton perhari dan hal itu terus menerus meningkat di setiap tahunnya.

Dengan peluang finansial  negaranya yang cukup dan baik, Singapura memutuskan  menggunakan incinerator untuk pengolahan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran sebagai metode yang sangat efektif  mengurangi jumlah limbah padat. Incinerator yang dipakai Singapura adalah  teknologi atau alat guna untuk membakar sampah dan kemampuan dari incinerator adalah untuk mengurangi volume limbah padat bisa mencapai 90 persen. Dengan pengurangan volume sebesar ini umur TPA diperpanjang hingga 5 kali kali  umur sebenarnya. Dengan begitu sistem pengolahan sampah di Singapura tidak seperti kota-kota besar di Indonesia yang hanya terkumpul, kemudian diangkut lalu di buang. Sistem atau cara kerja  dari incinerator ini dikumpulkan, dan kemudian  dipadatkan, angkut, dibakar dan di buang. Limbah padat dari berbagai sumber seperti perkotaan dan sekitarnya dikumpulkan dan kemudian dipadatkan dan diangkut ke incinerator untuk dibakar. Sedangkan sisa hasil pembakaran limbah padat tadi yang menghasilkan output  abu dari incinerator akan diangkut dan dibuang di TPA yang khusus dibangun di tengah laut. 

TPA Semakau di tengah laut (Sumber : Sri Wahyono Blogspot) 
TPA Semakau di tengah laut (Sumber : Sri Wahyono Blogspot) 
Panas yang dihasilkan dari incinerator mengefisiensi pembakaran sampah untuk tidak diperbolehkan terbuang tapi dimanfaatkan sebagai Pembangkit listrik. Jadi dalam hal ini limbah diubah menjadi energi limbah energi. Dalam melaksanakan pengelolaan sampah percaya diri dengan strategi Singapura menghabiskan banyak uang besar, baik untuk konstruksi maupun penggunaan dan pemeliharaan fasilitas di berbagai ruangan untuk pengolahan limbah padat. Model pengelolaan sampah di Singapura mirip dengan sistem yang diterapkan di kota-kota besar seperti Jepang.

Selain sistem dar pengolahan sampah, produksi serta pengklasifikasian limbah padat juga perlu diperhatikan berdasarkan data pada jurnal ini saya mengambil bahwa peningkatkan produksi sampah berjalan seiring dengan pertumbuhan industrialisasi, dan kepadatan urbanisasi, pertumbuhan penduduk dan taraf hidup. Bahkan lebih jauh di tahun 2001 Timbunan Sampah Padat di Singapura mencapai 7.676 ton per hari. Dari jumlah keseluruhan sangat besar, hanya sekitar 44,4 derajat sampah organik, sedangkan sisanya adalah limbah padat kertas (28,3%), plastik (11,8%), kaca (4,1%), logam (4,8%) dan lain-lain (6,6%) . Jika taraf dan tingkatan  hidup yang lebih tinggi, kandungan limbah padat organik relatif lebih rendah dari limbah padat organik di kota-kota besar seperti Indonesia, yaitu sekitar 70 persen. bersama kandungan sampah organik rendah, nilai limbah panas juga meningkat untuk mencocokkan dengan sistem pembakaran menyala fasilitas pembakaran.

Sampah padat di Singapura dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu limbah padat umum (general waste) dan limbah padat non-umum sampah). Limbah padat umum adalah limbah tidak beracun dan tidak beracun bahan berbahaya yang terdiri dari sampah organik, anorganik, sedimen dan limbah padat ditempa Di sisi lain, limbah padat tidak biasanya limbah yang beracun dan berbahaya Menurut sistem pembakaran kemudian menjadi limbah padat umum diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu sampah yang dapat dibakar dalam  insinerator (dapat dibakar limbah) dan limbah yang tidak bisa atau tidak bisa dapat dibakar (limbah yang tidak dapat dibakar). 

Limbah padat yang mudah terbakar adalah insinerator yang dapat dibakar tanpa udara mencemari lingkungan dan tidak mencemari merusak alat pembakaran. Alih-alih apa artinya limbah yang tidak boleh dan tidak boleh dibakar adalah sampah kotor kerusakan pada insinerator selama pembakaran PVC, pembongkaran bangunan, limbah kimia, dll. Tidak seperti sampah pada umumnya, sampah tidak umumnya diperlakukan terutama sebelumnya jangan dibuang karena beracun dan berbahaya. Pemrosesan khusus dilakukan oleh pengumpulan dan pengangkutan watak Pengolahan limbah padat ini biasanya tidak dilakukan dengan hati-hati keselamatan masyarakat dan lingkungan.

Setelah produksi dan klasifikasi dari limbah yaitu selanjutnya terdapat pengumpulan dan pengakutan limbah padat yang semua diawali dengan mengumpulkan limbah dari berbagai sumber sumber seperti wilayah perumahan, taman kota dan perkantoran. Metode ini dilakukan setiap hari untuk menjamin wilayah yang bersih dan terjamin sanitasinya. Pengumpulan sampah dan limbah akan diangkut ke dalam truk angkut limbah yang sudah dilengkapi dengan sistem handling yang secara otomatis apabila sampah dituang ke dalam bak truk maka sampah akan dipadatkan sehingga volume dari bak truk otomatis akan berkurang dan kapasitas dari truk akan meningkat. 

Sebelum itu terdapat 3 jenis metode pengumpulan yaitu direct collection,  indirect collection dan sistem pneumatik. Untuk metode direct collection adalah metode pengumpulan secara langsung dan indirect collection adalah pengumpulan secara tidak lansung, dan untuk sistem pneumatik ini limbah diangkut melalui jaringan pipa bawah tanah dengan cara disedot dengan pompa vakum menuju pusat pengumpulan limbah (transfer station). 

Sampah padat dari asal dan dikumpulkan dipindahkan tanaman diangkut ke insinerator Tuas atau pelabuhan limbah. Sekarang Singapura memiliki empat insinerator modern berkapasitas tinggi. Proses pembakaran sampah padat (incinerasi) sebagai berikut. Pertama, sampah dibawa ke incinerator dan ditempatkan di hopper. Tujuan kanopi adalah untuk menjamin kelangsungan pengoperasian insinerator. Sementara itu, sampah berukuran besar seperti dahan pohon dan perabot bekas dipotong kecil-kecil sebelum dicampur dengan sampah lainnya. Sampah yang tercampur di dalam hopper kemudian dipindahkan ke hopper oleh ekskavator.

Pada awal proses pembakaran, bahan bakar minyak digunakan untuk penyalaan pembakaran sampah dengan alat pemantik api (burner). Setelah sampah dibakar dan suhu tungku mulai stabil, proses pembakaran bekerja dengan sendirinya, dan pasokan masula dapat dihentikan. Peralatan pembakaran tungku dan ketel air (boiler) dibangun secara terpadu. Limbah yang dibakar dicampur, dicampur dan dipindahkan ke sistem penyimpanan menggunakan grate sistem stoker. Bermacam proses pembakaran dilakukan mulai dari pra-panas dan kemudian proses pembakaran yang kemudian gas buang atau flue gas di dinginkan yang menghasilkan 99,5% kandungan debu dan residu atau sisa dari debu dari permukaan grate furnace pada saat pra panas itu dipindahkan ke penampung abu oleh konveyor getar (vibrating conveyor). Ferous metal dipisahkan dengan magnet (elektro magnetic separator) dan dijual sebagai scrap. Sisa abu dikirim ke pelabuhan sampah di Tuas (Tuas Marine Transfer Station, TMTS) 

Tuas Marine Transfer Station (TMTS) adalah pelabuhan limbah Singapura. Layaknya pelabuhan, TMTS memiliki ruang untuk tongkang sampah  dan peralatan bongkar muat.Sebelum sampah di pindahkan ke TPA Semakau, sampah sampah hasil pembakaran dari incinerator akan ditransit di TMTS terlebih dahulu. 

Dari penjelasan diatas dapat dipahami dengan jelas bahwa jenis-jenis dari banyaknya teknologi yang digunakan untuk pengelolaan sampah Singapura memilih untuk  menggunakan incinerator sebagai opsi untuk megelola sampah di negaranya. Singapura baik negaranya maupun warganya pun sangat menjunjung tinggi wilayah negara mereka yang hijau, bersih dan terawat oleh karena itu lah tidak heran apabila persoalan sampah seperti pengolahan dan penerapan incinerator untuk manajemen limbah di Singapura sangat diperhatikan dan bukan hanya soal limbahnya saja tapi perawatan dari fasilitas barang dan pengelolaannya juga diperhatikan oleh Singapura yang bisa menjadi contoh negara negara di ASEAN ataupun seluruh dunia untuk melihat bagaimana Singapura peduli terhadap masalah soal limbah di negaranya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun