Ini kisah satir, alegoris, agak keparat.
Ceritanya aku punya sepeda butut tahun sembilan empat.
Jarang dicuci, jarang dirawat.
Dipakai biasanya cuma ke toko besi beli kawat.
Suatu ketika aku bawa sepedaku pergi menghadiri kondangan anak sunat.
Selekasnya roda angin mendarat,
aku bergegas loncat.
Eh, sepedaku disenggol orang lewat!
Aku tersinggung penuh gugat.
Kukejar dan kuhajar tanpa hormat.
Seakan-akan aku cinta sepedaku teramat sangat.
Sepulangnya, aku kembali ke rutinitas yang membikin penat.
Sepeda tua itu..
masih saja kumuh, kusam, dan berkarat.
Tak lagi teringat.
Dan tiada pernah lagi ku tatap..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H