Mohon tunggu...
Carpe Diem
Carpe Diem Mohon Tunggu... -

Carpe diem quam minimum credula postero - Jadikan hari menjadi berguna - Seize the Day, putting as little trust as possible in the next (day)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Adzan di Bulan Ramadan

15 Juli 2015   17:49 Diperbarui: 15 Juli 2015   17:49 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi, kecuekkannya bila saat shalat tiba, ia akan menghilang dan mencari pojok di mana saja, dan ia tidak berusaha mengajak, menceramahi kami, tindakannya pun seringkali tidak menyolok dan sesumbar. Ketenangannya malah sangat menggelegar, ia bagaikan batu dalam hempasan ombak. Bersamanya sangat menyenangkan, seperti terguyur air dingin dalam panas Sahara. Ia tidak jaim seperti Muna, ia tidak sombong seperti Yuli, tidak misterius seperti Ayu dan tidak ikut-ikutan seperti Arsi juga tidak cerewet seperti aku. Ati adalah Ati, yang selalu tenang dan tersenyum, tapi selalu tanggap dan ringan tangan.

Dalam setahun ini, aku merasa tenang berteman dengannya. Seminggu y.l. aku diundang Ati untuk datang ke rumahnya dan berbuka bersama keluarganya. Suaminya bukan orang Austria tapi juga orang Indonesia yang bekerja di perusahaan Austria di Zürich. Hanya aku yang diundang ke apartemennya. Sejam sebelum buka aku tiba, aku sengaja tidak makan malam. Aku lihat meja makan sudah ditata rapi, ada kolak pisang, gorengan tahu, tongseng sapi dan dadar telur. Kurma dan teh panas tampak di meja lain. Ketika di tengah kami ngobrol, tiba-tiba terdengar adzan dari komputer, hatiku tiba-tiba terasa berhenti berdegup. Alunan adzan yang entah kapan terakhir aku dengar demikian terdengar menyentuh. Ada kerinduan yang aku tidak tahu artinya dan ada kehangatan serta keteduhan menjalari sekujur tubuh.

Ati mempersilakanku untuk minum dan mencicipi sajiannya. Semenjak itu aku rindu suara adzan. Aku selalu alunkan lagi dari gadget dan entah sejak kapan pula aku mulai sering membaca artikel tentang shalat dan puasa di internet. Aku buka hadiah mukena dan sajadah pemberian Ati, tiba-tiba kurasa kakiku melangkah ke kamar mandi. Kubuka gadgetku untuk mencari artikel tentang belajar berwudhu. Kubulatkan tekad untuk mengucapkan kembali syahadat, belajar shalat, puasa. Ada perasaan ringan dan bahagia tak terkira atas keputusanku, seolah-olah rindu yang tak berwujud selama ini menjelma dalam bentuknya. Alhamdulillah .... Mendengar Adzan di bulan Ramadan di rumah Ati, membawaku pulang ke rumah. (cd 15Juli2015)

 

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dan bergabung di group FB Fiksiana Community.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun