Mohon tunggu...
Carolus Bondan
Carolus Bondan Mohon Tunggu... -

Selamat membaca ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Maraknya Konflik Papua

2 Desember 2018   12:42 Diperbarui: 2 Desember 2018   13:16 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah lazim bagi kita ketika kita mendengar apabila Papua sedang berada di dalam situasi panas, yang berarti konflik. Bagi sebagian orang, hal ini "bodo amat"  karena tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan sehari-hari mereka. Tetapi bagi sebagian orang, hal ini menarik perhatian mereka, mereka ingin mencari tahu mengapa sering terjadi konflik di tanah Papua, apa yang menyebabkannya? Apakah sila Pancasila yang mewakili hal ini? Apa saja dampaknya terhadap NKRI, dan apa saja tindakan pemerintah untuk mengatasi hal ini? 

Hal pertama yang akan kita bahas adalah apa yang menyebabkan konflik terus menerus di Papua. Kita tahu bahwa di Papua ada tambang emas yang terkenal yaitu Freeport. Dengan adanya Freeport, masyarakat Papua berharap bahwa waktu demi waktu mereka akan hidup sejahtera karena adanya tambang tersebut, tetapi kenyataannya tidak. 

Kondisi ekonomi mereka tetap saja terpuruk, dan tidak ada perubahan bagi mereka untuk menjadi lebih sejahtera. Hasil bumi di Freeport terus menerus digerus dan dieksploitasi tanpa membawa keuntungan bagi masyarakat Papua. Itulah salah satu dari banyak alasan mengapa sering terjadi konflik di Papua, yaitu karena eksploitasi SDA yang ada di sana tanpa adanya imbalan yang menguntungkan bagi mereka.

Yang kedua adalah apakah hal ini berhubungan dengan Pancasila sebagai landasan dari negara kita ini? Tentu saja iya, hal ini berhubungan dengan Pancasila dan kita akan menggali sila ke berapa saja yang sesuai dengan masalah ini. Sila ke-3 yang berbunyi "Persatuan Indonesia" dan sila ke-5 yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", itulah sila yang cocok untuk mewakili masalah ini. 

Kok bisa mewakili masalah ini? Sila ke-3, "Persatuan Indonesia", adanya konflik terus menerus di tanah Papua menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya bersatu dan ingin bersatu, akibat perlakuan masyarakat Indonesia yang begitu 'keji' terhadap masyarakat Papua menunjukkan bahwa belum semua orang mau bersatu dengan orang lain yang berbeda latar belakang dengannya. Sila ke-5, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat Papua diperlakukan secara kurang adil. 

Apa saja contohnya? Pembangunan dilakukan dimana-mana, tetapi Papua dibiarkan begitu saja. Ekonomi maju pesat di berbagai belahan Indonesia, kecuali di Papua. Masyarakat Papua dihina karena warna kulit mereka yang berbeda dari masyarakat Indonesia yang lainnya, pengambilan SDA terus menerus tanpa adanya imbalan yang berarti bagi masyarakat Papua.

Lalu, apa dampaknya terhadap NKRI? Dampak yang paling kita ketahui adalah Papua pernah sempat ingin memisahkan diri dari Indonesia yang ditandai dengan adanya gerakan OPM, yang merupakan singkatan dari Organisasi Papua Merdeka. Pemerintah telah mengusahakan berbagai hal untuk memperbaiki hati para masyarakat Papua, terutama Pak Jokowi. Beliau telah berhasil mengambil kembali hati masyarakat Papua dan menumbuhkan kembali rasa kepercayaan mereka dan telah perlahan mengubah pandangan mereka kembali bahwa mereka juga bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berbagai usaha telah dilakukan, contoh paling konkrit yang dapat kita lihat sekarang adalah pembangunan yang sangat marak dilakukan di sana, seperti dibangunnya Jalan Trans Papua yang memakan biaya tidak sedikit. Selain itu, Pak Jokowi juga sering berkunjung ke sana untuk melihat secara lebih mendalam permasalahan apa saja yang sedang terjadi di sana. Hal inilah yang telah membuat masyarakat Papua kembali percaya bahwa mereka merupakan bagian dari negara kita tercinta ini, negara Indonesia. 

Hal lainnya yang dapat kita lihat adalah bahwa kepemilikan Freeport menjadi 51% milik Indonesia dan sisanya milik asing. 51% keuntungan ini akan dipergunakan untuk menyejahterakan rakyat Papua. Sungguh indah bukan? Tidak heran mengapa hati masyarakat Papua kembali kepada Indonesia, berkat jasa Pak Presiden. Walaupun demikian, masih ada beberapa masyarakat yang memiliki rasa sakit yang mendalam akibat perlakuan pemerintah-pemerintah terdahulu, yang membuat OPM masih bergerak sampai sekarang. 

Kita tentu tidak ingin Papua berpisah dengan Indonesia bukan? Maka dari itu, kita perlu menyembuhkan luka batin yang masih tertanam dalam hati para masyarakat Papua. Kita sebagai warga negara Indonesia harus menghargai adanya perbedaan. Kita harus selalu mengingat semboyan kita "Bhinneka Tungggal Ika" dan harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Latar belakang orang lain yang berbeda dari kita tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk berteman dan bekerja sama dengannya. 

Setidaknya itulah yang dapat kita lakukan sebagai pelajar dan rakyat untuk membuat masyarakat Papua bahagia, yakni menghargai dan mau menerima mereka apa adanya, sama seperti kita menerima teman-teman kita di tengah-tengah kita. Karena kita merupakan satu kesatuan, yakni bangsa Indonesia. 

Sekian artikel yang penulis ingin sampaikan kepada para pembaca. Penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah kata yang sekiranya kurang atau bahkan tidak berkenan di hati para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca karena telah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun