Mohon tunggu...
Caroline Mathilda
Caroline Mathilda Mohon Tunggu... Dosen - A wife. A mother of two sons. A passionate learner. A passionate educator. A bathroom singer.

Education, Mental Health, Coffee, Culinary, Music, Culture, Nature, Books, and People enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Lebih Pintar Beberapa Jam daripada Muridnya

1 Mei 2023   10:50 Diperbarui: 1 Mei 2023   16:28 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah pernyataan dalam judul di atas familiar dalam kehidupan sehari-hari guru masa kini?

"Guru lebih pintar beberapa jam daripada muridnya." dapat kita artikan secara metaforis maupun literal.

Pendidikan sudah bertransformasi, demikian pula peran guru. Guru di masa sebelum masyarakat luas memiliki akses terhadap teknologi informasi berperan sebagai pengajar. Guru di masa itu menguasai pengetahuan dan keterampilan di bidang tertentu dan berperan sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan keterampilan, selain dari buku. Mereka juga berperan sebagai pendidik yang mengajarkan karakter dan keterampilan-keterampilan hidup (soft skills dan life skills).

Sejak Revolusi Industri 4.0 di tahun 2011, kemudahan dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahuan meningkat pesat, termasuk di negara kita tercinta. Terlebih sejak pandemi, dikarenakan pembelajaran dilakukan secara daring maka akses terhadap gawai dan teknologi informasi semakin dirasakan oleh masyarakat luas. Sejak lebih dari 1 dekade lalu pula, peran guru di Indonesia mulai mengalami pergeseran. Dari perannya sebagai sumber utama pengetahuan, bergeser menjadi fasilitator. Guru bukan lagi menjadi sumber pengetahuan utama bagi peserta didiknya, sebab kini pengetahuan dapat dengan mudah diakses oleh mereka. Faktanya, kini banyak peserta didik yang sudah mengetahui materi pembelajaran sebelum materi tersebut diajarkan oleh gurunya.

Dari paparan transformasi pendidikan dan peran guru tersebut, maka secara literal sangat lumrah terjadi di mana guru baru mengetahui beberapa informasi tertentu terkait materi ajarnya beberapa jam sebelum ia mengajar. Sangat lumrah juga terjadi di mana guru baru memperdalam pemahamannya akan suatu materi ajar tertentu beberapa waktu sebelum ia mengajarkan materi tersebut. Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hal informasi dan pengetahuan, guru "berkejar-kejaran" dengan peserta didiknya.

Secara metaforis, pernyataan pada judul artikel ini kita maknai sebagai suatu pernyataan reflektif bahwa paradigma pendidikan terutama paradigma guru dalam mengajar dan merancang pengajaran sudah harus beradaptasi dengan kebutuhan pendidikan masa kini. Guru tidak lagi berfokus pada mengetahui, memahami dan menguasai suatu ilmu pengetahuan dan mentransfer pengetahuan kepada peserta didiknya. Guru masa kini harus mengetahui, memahami dan menguasai cara memfasilitasi peserta didik agar mampu menggunakan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah mereka miliki untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, mencipta, dan untuk berkontribusi secara positif kepada sesama dalam lingkup keluarga, masyarakat, hingga dalam skala global.  

Jika selama beberapa dekade terakhir kita mengacu pada Taksonomi Bloom dalam rancangan belajar-mengajar kita, maka kini kita sudah harus memadukan Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Marzano yang sudah mulai dijadikan acuan dalam dunia pendidikan sejak lebih dari 1 dekade yang lalu. Pada Taksonomi Bloom, kita berfokus pada ranah kognitif peserta didik secara bertahap untuk mengingat-memahami-menerapkan-menganalisis-mengevaluasi-mencipta. Kini, diharapkan tahapan belajar ini dapat dipadukan dengan Taksonomi Marzano di mana belajar dimulai dari memanggil kembali pengetahuan yang sudah dimiliki, memahami dengan mengintegrasi dan simbolisasi, menganalisis, dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengambil keputusan, pemecahan masalah, eksperimen, dan investigasi (Irvine, 2017).

Selain berperan dalam ranah kognitif peserta didik, peran penting guru masa kini adalah sebagai pendidik yang berperan membentuk perilaku dan afektif peserta didik. Peran inilah yang tidak bergeser dan tidak tergantikan oleh teknologi informasi. Peran kita sebagai pendidik kini lebih diutamakan dibandingkan peran kita sebagai pengajar.

Menutup artikel ini, mari kita melakukan refleksi diri: "Apakah sah jika saya sebagai guru masa kini lebih pintar beberapa jam saja daripada murid-murid saya?". Jawabannya adalah ya, sebab mengajar tidak sama dengan yang paling pintar dan paling menguasai. Berani mengajar sama dengan berani belajar. Tugas kita adalah memfasilitasi pemerolehan dan pemanfaatan pengetahuan, dan terpenting adalah mendidik. 

Guru masa kini adalah pendidik dan pembelajar.

Referensi:

Irvine, J. (2017). A comparison of revised Bloom and Marzano's New Taxonomy of Learning. ResearchGate. https://www.researchgate.net/publication/331635743_A_comparison_of_revised_Bloom_and_Marzano's_New_Taxonomy_of_Learning

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun