Mohon tunggu...
Caroline Abelia
Caroline Abelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kedokteran FKUA 23

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pajak Rokok bagi Kesehatan, Positif atau Negatif?

21 Agustus 2023   00:16 Diperbarui: 22 Agustus 2023   15:48 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama bertahun-tahun, Bangsa Indonesia telah melakukan improvisasi diri dalam multidimensi bidang. Teknologi terus maju, masyarakat terus berinovasi. Masa kini, banyak hal dapat dilakukan melalui media online. Hal ini merujuk pada kemudahan pengiriman barang antarnegara. Indonesia memanfaatkan itu dengan meraup keuntungan bea cukai dan pajak rokok demi mengembangkan Bangsa. Bahkan, pada tahun 2023, pendapatan bea cukai mencapai angka Rp 300 triliun.

Apakah ini hal yang baik atau malah menimbulkan bencana yang lebih besar? Banyak generasi muda bangsa yang jatuh dalam candu rokok karena harganya yang terlalu murah. Pemberlakukan pajak turut menaikkan harga rokok sehingga orang-orang harus berpikir dua kali sebelum membelinya. Hasilnya jumlah perokok menurun drastis. Namun, banyak orang cerdik yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan demi memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Kegiatan-kegiatan penjual belian rokok ilegal marak terjadi. Kurang lebih seperempat perokok tanah air masih mengonsumsi rokok ilegal. Ini menyebabkan lebih banyak pelanggaran hukum dan berlawanan dengan tujuan awal yaitu meningkatkan kesehatan.

Pajak rokok dapat berdampak baik dan buruk, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Di satu sisi, pendapatan dari pajak rokok ternyata mampu menyokong biaya kesehatan Negara Indonesia. Dana ini ditujukan untuk sarana prasarana pengobatan bagi para perokok. Dengan ini, pemerintah seharusnya juga dapat menyediakan banyak kegiatan, seperti seminar untuk membangun kesadaran berhenti merokok masyarakat. Selain itu, fasilitas pengobatan, terutama yang berkaitan dengan sistem pernapasan, mampu ditingkatkan jumlah dan kecanggihan. Sejauh ini, banyak rumah sakit belum memiliki alat yang lengkap sehingga perlu rujukan ke rumah sakit yang lebih besar. Kondisi ini menjadi hambatan, khususnya terkait masalah waktu, jarak, dan biaya. Oleh karena itu, semakin banyak dana yang tersedia, semakin efektif dan efisien pengembangan teknologi kesehatan. Ini didukung dengan DBH-CHT  yang menjadi  sumber pendanaan defisit BPJS. Sebaliknya, rokok yang seperti kita ketahui memperburuk kesehatan manusia. Menurut WHO, terdapat sekitar 8 juta kematian tiap tahunnya. Hal ini wajar jika melihat penyakit akibat rokok, seperti TBC, kanker paru-paru hingga stroke. Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga terkena dampaknya. Jadi, sangat disayangkan apabila anak-anak memiliki gangguan pernapasan karena orang tua mereka perokok.

SDG (Sustainable Development Goals) adalah salah satu agenda pembangunan global memiliki 17 poin penting. Permasalahan mengenai pajak rokok dan bea cukai untuk pendananaan kesehatan berakitan dengan poin no 3 SDGs. Apa yang mampu kita lakukan sebagai Ksatria Muda Penerus Bangsa dalam menanggapi hal ini? Pertama, membaca. Suatu kegiatan sederhana berjuta manfaat. Kita perlu membaca lebih banyak literatur terutama yang berhubungan dengan pajak rokok dan bea cukai dan pengaruhnya terhadap pembiayaan kesehatan. Setelah itu, kita baru bisa menentukan langkah yang dituju. Pajak rokok dan bea cukai memang berdampak besar untuk menumbuhkan perekonomian Bangsa Indonesia, tetapi bahaya dari rokok tidak bisa dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, generasi muda harus berinovasi menciptakan bisnis-bisnis baru yang lebih sehat untuk menggantikan rokok sehingga perekonomian tidak terguncang. Contohnya ksatria Airlangga yang mampu mengerahkan seluruh kreativitas demi menciptakan vaksin merah putih di saat pandemi. Hal ini patut diapresiasi dan semangatnya pantas ditiru.

Sama halnya dengan bisnis rokok, bea cukai juga memiliki dampak ganda. Saat ini, bea cukai juga menjadi masalah kontroversial karena dinilai terlalu mahal. Satu waktu dana hasil bea cukai mampu meningkatkan perekonomian, terutama pendanaan kesehatan, meskipun begitu Indonesia terancam memiliki ketertinggalan teknologi jika dipersulit melewati bea cukai. Solusi yang tepat adalah menggunakan dana bea cukai untuk menciptakan teknologi yang lebih maju sehingga kedepannya Indonesia akan mampu menciptakan hal-hal hebat sendiri.

#Amerta2023 #KsatriaAirlangga #UnairHebat

#AngkatanMudaKsatriaAirlangga #BanggaUNAIR

#BaktiKamiAbadiUntukNegeri #Ksatria11_Garuda5

#ResonansiKsatriaAirlangga #ManifestasiSpasial

#GuratanTintaMenggerakkanBangsa.

Sumber : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun