Prosedur OPU dilakukan di ruang tindakan dengan pembiusan melalui pembuluh darah. Lamanya sekitar 30 menit sampai 1 jam. Setelah observasi 2 jam, pasien boleh pulang. Pada hari OPU, suami juga harus menampung sperma pada pagi harinya untuk dilakukan prosedur preparasi di laboratorium. Sel sperma dan sel telur yang didapat akan diproses di laboratorium bayi tabung untuk proses fertilisasi atau pembuahan antara lain melalui ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) dimana sel sperma disuntikkan ke dalam sel telur agar terjadi pembuahan atau fertilisasi yang akan menghasilkan embrio.
Pada pasien dengan kondisi sperma Azoospermia atau tidak didapatkan sel sperma dalam ejakulat maka sperma akan diambil langsung dari testis melalui prosedur MESA-TESE yang dilakukan oleh seorang dokter spesialis Bedah urologi ahli Fertility.
Dua atau tiga hari setelah OPU akan dilakukan prosedur ET atau Embrio Transfer dimana embrio akan dimasukkan ke dalam rahim istri melalui kateter kecil. Sesudahnya pasien istirahat baring 1 jam dan boleh pulang. Jumlah embrio yang dimasukkan ditentukan berdasarkan pertimbangan usia, kualitas embrio dan riwayat kegagalan prosedur sebelumnya. Jika masih ada sisa maka embrio akan dibekukan untuk ditransfer di kemudian hari tanpa harus mengulang prosedur stimulasi dari awal. Angka keberhasilan berkisar antara 10 sampai 50% tergantung usia pasien dan ada atau tidaknya penyakit penyerta seperti PCO (Polycystic Ovary), Endometriosis dan tumor kandungan seperti polip, mioma dan kista.
Secara ringkas perbedaan Inseminasi dan Bayi tabung dapat diringkas pada tabel berikut
Inseminasi Bayi Tabung
Pembuahan (fertilisasi) Alami Di lab bayi tabung
Saluran telur yg terbuka Mutlak diperlukan Tidak diperlukan
Sperma yg baik Mutlak diperlukan Tidak mutlak
Proses stimulasi Sederhana Lebih kompleks
Pemantauan sel telur Hanya pada hari ke 11 Pada hari ke 1,6,8,10 dan 12
Yang dimasukkan ke dalam rahim Sperma yang Embrio
telah dipreparasi
Angka keberhasilan 10 – 15% 10-50%
Perkiraan biaya 3 sampai 6 juta 60 sampai 80 juta
Ditulis oleh:
Dr. Caroline Tirtajasa SpOG(K)
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan
Subspesialis Fertility dan Hormon Reproduksi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H