Untuk mengembangkan pendidikan karakter salah satunya dikembangkan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif yang memuat nilai-nilai baik dalam keseharian yang baik pula tidak dapat tercipta secara instan.
Budaya positif ini haruslah diawali dengan perubahan paradigma warga sekolah tentang apa saja yang harus di perbaiki agar budaya positif dapat tercipta, nilai-nilai apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mewujudkannya, serta siapa saja yang terlibat dalam pencapaiannya. Perubahan paradigma ini bukan saja harus dimulai oleh siswa namun juga dimulai dari setiap warga sekolah yang terlibat.
Terutama guru yang memiliki peran sentral dalam pembentukan perilaku positif setiap harinya. Untuk dapat mengarahkan, membimbing serta mengawasi nilai yang diterapkan siswa, maka guru harus dapat menjadi tuntunan bukan tontona.
Guru harus dapat menjadi tauladan yang baik dalam awal mula terciptanya budaya positif. Hal sederhana yang dapat diambil sebagai contoh ialah pandangan tentang definisi disiplin.Â
Bisa dikatakan hampir setiap guru menganggap bahwa disiplin erat kaitannya dengan konsekuensi atau yang dikenal sebagai hukuman, padahal disiplin lebih dari sekedar penerapan konsekuensi dan melibatkan banyak aspek lain seperti keinginan siswa untuk mengubah dirinya sendiri, atau dengan kata lain harus tumbuh motivasi intrinsik dalam diri siswa untuk mewujudkan disiplin positif.
Keyakinan Kelas Sebagai Bibit Tumbuhnya Budaya Positif
Sebagai langkah awal untuk penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat kesepakatan kelas yang seterusnya akan menjadi keyakinan kelas. Dalam pelaksanaannya, Â membuat keyakinan kelas ini harus melibatkan peserta didik, dan seluruh warga sekolah.Â
Budaya positif yang awalnya tumbuh dan berkembang di kelas ini, kemudian sedikit demi  ditularkan kepada semua warga sekolah. Karenanya, seorang guru penggerak bisa berbagi praktik baik yang telah diterapkannya ini dengan rekan sejawat dalam pertemuan di sekolah, tentunya setelah terlebih dulu melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pihak terkait seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum
Keyakinan kelas merupakan nilai, sikap, serta perilaku yang disepakati oleh setiap warga kelas untuk dijalankan oleh setiap anggotanya demi terwujudnya budaya positif dalam kelas tersebut.Â
Jika terjadi pelanggaran, guru dapat menjalankan segitiga restitusi agar peserta didik dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dalam dirinya untuk menjalankan keyakinan kelas. Keyakinan kelas ini menjadi gerakan kecil sebagai awalan yang dapat menentukan terciptanya budaya positif di sebuah sekolah.
Dimulai dari ruang-ruang kelas yang menjadi fondasi suatu sekolah, dibangunlah kebiasaan-kebiasaan baik yang diharapkan dapat diimplementasikan di ruang yang lebih besar yakni sekolah. Keyakinan kelas ini dirumuskan, disepakati, dan ditaati oleh setiap warga kelas karena setiap poinnya pun merupakan kesimpulan dari suara setiap orang di dalam kelas tersebut.