Anak membutuhkan role model dan pelindung dengan figur yang stabil dalam masa tumbuh kembangnya. Lalu, bagaimana dengan Anda, para bunda bekerja? Bukankah Anda akan lebih banyak meninggalkan anak di rumah?
Tenang, Bunda. Siapa pun akan mengakui, bahwa profesi ibu rumah tangga tak bisa dinilai enteng sebab melibatkan banyak kegiatan serta tenaga. Maka wajar saja kalau Bunda lantas membutuhkan bantuan orang lain untuk mengurus aktivitas rumah tangga atau bahkan untuk mengurus anak di waktu-waktu tertentu. Demikian juga dengan Bunda yang nggak mungkin selalu bisa membawa anaknya ke kantor.
Nah, jika akhirnya Bunda memutuskan untuk memanfaatkan jasa pengasuh bayi atau babysitter, maka ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dulu:
1. Pengasuh tetap bukan orang tua
Bagaimanapun, peran Bunda sebagai ibu si kecil itu tak bisa tergantikan oleh siapa pun. Bahkan jika si pengasuh sangat pintar dan profesional, tetap sosok ibu jadi yang utama bagi anaknya.
Orang tua memiliki peran terbesar dalam menyediakan lingkungan yang aman, stabil, dan penuh kesempatan untuk berkembang. Karena itu, meski sudah diasuh oleh pengasuh, orang tua tetap harus turun tangan sesekali mengurus anak dan bekerja sama dengan pengasuh. Usahakanlah untuk meng-handle keperluan si kecil--apa pun itu--begitu Bunda sudah di rumah, meski dalam kondisi capek.
2.Jangan mudah berganti pengasuh
Teruslah memberdayakan atau mengantisipasi kekurangan pengasuh yang sudah bekerja pada Bunda dan keluarga, dan bersikap tegas bila si pengasuh memang kurang berkompeten dan benar-benar tidak dapat bekerja sama mengasuh anak sesuai harapan Bunda.
Kalau pengasuh diharapkan untuk juga mengurus rumah, maka berikan petunjuk secara detail dan jelas, dan beritahukan pula prioritas-prioritasnya.
3. Tetap awasi dan jalin komunikasi
Apalagi jika pengasuh masih muda dan baru bekerja,. Usahakan ada anggota keluarga yang bisa ikut mengawasi cara kerjanya. Kalau perlu, Bunda cuti sebentar dari kantor sekadar untuk melihat dan mengamati cara kerja si pengasuh baru.
Seperti yang dilakukan oleh Bunda Santy Dwi Kristina di ceritanya dalam buku Kenapa Bunda Harus Bekerja?