Perjalanan itu panjang melewati lorong-lorong sempit
Juga gelap dengan banyak sekali kerikil menggesek kaki
Banyak mata memandang tentu teringat jelas
Lebih tajam dari pisau bermata dua
Lebih sakit dari komat-kamitnya mulut
Aku rupanya hanyalah  orang yang hendak menjadi Kartini, bagi seorang laki-laki yakni putraku sendiri
Namun mereka bilang kerjaku tak punya seni, tak pakai hati
Padahal mereka itu tidak pernah ku tiduri
Mereka berasumsi miring, karena ku pulang selalu malam hari
Aku hanya ingin menjadi Kartini
Beri terang di gelap hidup putraku, beri lega untuk tiap sesak
Walau reputasi kalian koyak, dengan kata seperti bom yang meledak
Biarlah sudah hanya aku yang tak layak, diantara kalian semua yang memang sungguh sangat layak
Walau aku hanya wanita penjual kolak, untuk kampus impian putraku kelak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H