Kenapa tidak, saat aku merantau di pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikan, aku masih mengingat nama beberapa provinsi beserta ibukotanya masing-masing serta mengingat nama dan letak pulau-pulau di Indonesia.Â
Inilah kenyataanya dan memang miris, saat kami anak-anak di daerah berkembang dengan susah payah menghafal letak pulau dan nama daerah diluar NTT khususnya, tetapi mereka yang berdomisili di daerah maju justru seolah tak pernah tahu dimana letak daerah kami.Â
Sebagian dari mereka yang menyangka bahwa Flores terpisah dari NTT, Â apakah NTT dapat dijangkau dengan pesawat dan apakah NTT itu bagian dari Papua. Begitu banyak pertanyaan yang sontak membuatku kaget. Bukankah kita ini sama-sama Indonesia? Entahlah. Tapi berkat bapak dan ibu guruku, aku memahami hal itu.
Saat kelas 6 pun aku sempat diikutsertakan dalam pawai pembangunan. Aku dan timku memainkan drama yang berhubungan dengan kepulauan NTT khusunya.Â
Dalam drama itu persis seperti apa yang kualami kini, pertanyaan seolah NTT bukanlah bagian dari Indonesia. Saat itu mungkin aku hanya sebatas memainkan peranku saja, tanpa memahami maknanya. Namun setelah beberapa tahun berlalu, barulah kusadari.Â
Terima kasih bapak ibu guru, berkat kalian aku bisa seperti ini.
Kami mungkin dididik di lingkungan dimana segala fasilitas belum tersedia dengan baik dan lengkap. Buku-buku pelajaran kami terbatas dan kami selalu kagum dengan apa kami lihat di televisi mengenai teman-teman lain yang bersekolah di daerah lebih maju. Pada masanya, kami ingin punya alat peraga seperti mereka. Namun di balik semua itu, guru-guruku mendidik kami dengan fasilitas yang tak ternilai harganya. Ditengah kesederhanan, kami dididik dengan penuh cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H