Budaya kongkow seperti pisau bermata dua. Jika hal itu dilakukan dengan cara yang kurang tepat, semisal hanya untuk berkumpul tanpa melakukan hal-hal yang positif, dan lain sebagainya. Maka budaya kongkow dengan sendirinya akan bernilai negatif. Sebaliknya apabila hal itu dilakukan sebagai media untuk belajar, atau sharing tentang berbagai macam hal. Dengan sendiri budaya kongkow secara otomatis akan bernilai positif.
Contoh kasus, mahasiswa/mahasiswi di Jogja biasa menjadikan budaya kongkow sebagai media sharing dan diskusi. Hal itu sudah dilakukan dari generasi ke genarasi. Sebab itu jangan heran apabila banyak cafe di Jogja pengunjung dipenuhi dari kalangan mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai Universitas di Jogja.
Dari sini kemudian maka tidak bisa menyimpulkan bahwa kongkow merupakan budaya yang kurang kreatif. Sebab pada dasar semua itu tetap tergantung pada siapa yang melakoni budaya tersebut.Â
English Cafe sebagai lembaga kursus dengan konsep cafe. Berupaya untuk memberikan makna yang lebih positif terhadap budaya kongkow dengan menjadikan tempat tongkrongan seperti cafe sebagai tempat untuk les/kursus bahasa Inggris terbaik di Jogja. Dengan tagline, Learning English in Cafe.