Mohon tunggu...
Lila Carmelia
Lila Carmelia Mohon Tunggu... -

berawal senang membaca dan kemudian mencoba untuk menuangkan beragam imajinasi dalam sebuah cerita....semoga slalu menghibur para penikmat cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Disimpannya

3 Februari 2018   15:35 Diperbarui: 3 Februari 2018   16:33 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku selalu memimpikan dia."Suara Iskandar terdengar tersengal-sengal. Mungkin Iskandar bermimpi buruk,sampai harus menelpon Malida pada jam ini.

"Bawa Seraphine ke hotel Brawijaya besok. Aku menunggu kalian."Iskandar menutup teleponnya tanpa memberikan kesempatan untuk Malida menjawab.

Malida memandang wajahnya di cermin. Membayangkan pertemuannya dengan Iskandar besok. Malida merasa rindu yang tiba-tiba menyergapnya. Rindu yang tak tertahan setelah berbulan-bulan tak bisa menemuinya. Sejak Malida hamil, Ia harus tinggal sementara di kota lain.Tak ingin membuat orang banyak tahu jalan hidupnya. Cerita yang tak bisa disembunyikannya dari sahabat, kerabat apalagi tetangganya. Malida terlanjurmencintai Iskandar lebih dari cintanya kepada dirinya sendiri. Hingga tak lagi memikirkan bagaimana rasa cinta itu. Kadang terasa sangat menyakitkan, seperti menyimpan bara yang membuatnya luluh lantak tapi tak bisa dihindarinya karena Malida percaya itulah garis hidupnya. Semua orang pasti memilih untuk hidup bahagia, tapi kebahagian yang dipilihnya adalah menyimpan rasa cinta sekaligus rasa sakit yang harus ditahannya.

Malida berdebar-debar.Dipeluknya Seraphine dengan erat. Seraphine tidur sejak dari rumah tadi. Malida malah bersyukur karena Seraphine sangat tenang hari ini. Tak bisa mengajak Ibu untuk menemui Iskandar. Ibu tak perlu tahu wajahnya dan mengenalinya sebagai laki-laki yang sudah menyusahkan anaknya. Malida cuma ingin menjalani garis hidupnya sendiri. Biarlah rasa cinta ataupun sakit ini hanya dimilikinya sendiri. Tak perlu melibatkan siapapun untuk tahu lebih jauh cerita yang sesungguhnya. Cerita hidup yang mungkin saja suatu saat akan dibaginya dengan orang yang bisa membuatnya jatuh cinta lagi dengan orang yang tepat, di saat yang tepat.

Iskandar membuka pintu sesat setelah Malida mengetuknya. Awalnya terasa sangat kaku bertemu lagi dengan Iskandar setelah berbulan-bulan tak lagi melihat dia. Malida meletakkan Seraphine di tempat tidur. Iskandar menatapnya dengan kerinduan yang tak bisa disembunyikannya untuk Seraphine. Iskandar menggendong dan memeluk anak itu.Seraphine seperti tahu apa yang terjadi. Ia membuka matanya yang bulat, tertawa kecil saat Iskandar menciumnya berkali-kali. Seraphine tak menangis sama sekali.  Ia hanya menatap Iskandar, memainkan ludahnya sendiri sambil mengeluarkan suara yang lucu. Mungkin Ia bertanya,

"Siapa kamu?"pertanyaan biasa antara seorang anak pada seseorang yang mungkin dikenalnya

"Aku ayahmu."kata Iskandar seakan menjawab pertanyaan Seraphine. Iskandar sampai lupa menyapa Malida. Ia terlalu asik bermain bersama Seraphine. Sampai Seraphine menangis karena minta disusui. Malida menggendongnya, membuka kancing kemejanya dan menyusui Seraphine di hadapan Iskandar. Pemandangan itu tak pernah dilihat Iskandar selama enam tahun pernikahannya dengan Imelda. Mungkin inilah karma yang harus ditanggungnya atau garis hidup yang harus diterimanya? Tak bisa mengakui darah dagingnya sendiri untuk hidup bersamanya dalam satu keluarga yang lengkap,tetapi mengadopsi seorang anak yang dibesarkannya sejak bayi bersama Imelda istrinya. Berbeda rasanya mencintai anak sendiri dengan mencintai anak orang lain. Iskandar bisa merasakannya sekarang. Tapi tak mungkin membawa Seraphine pulang dan mengakui segalanya sekarang dan entah sampai kapan.

Hanya beberapa jam bisa menikmati kebersamaan dengan Iskandar. Tak mungkin menginap di hotel itu.Iskandar punya rumah dan punya keluarga yang menantinya bila Ia tak pulang.Iskandar memeluk Seraphine sebelum berpisah, menciumnya berkali-kali seperti tak ingin melepas Sera dan Malida pergi.

"Hati-hati di jalan."kata Iskandar sambil memeluk dan mencium kening Malida. Pelukan dan ciuman yang dinantikannya sejak tadi. Tak bisa menahan air mata untuk tak jatuh membasahi pipi.

"Miss you so much."bisik Malida.

"Miss you too."jawab Iskandar dengan memeluknya lebih erat sampai tersadar ada Seraphine yang menunggu Malida untuk digendong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun