Perangkat RW memiliki status yang unik dalam sistem pemerintah kota, karena berada di tengah-tengah untuk mewakili kepentingan warga dan juga perpanjangan tangan pemerintah daerah.Â
Ketika corong informasi dari pemerintah disampaikan kepada RW maka seharusnya dapat meminimalisir terjadinya disinformasi di kalangan warga.Â
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana semua warga mendapatkan informasi yang sama? Tentunya perangkat RW tidak bisa hanya bergantung melalui grup Whatsapp saja, masih ada warga yang tidak bisa mengakses perangkat informasi karena tidak mampu membeli handphone ataupun tidak mengerti cara menggunakannya.Â
Saatnya menggunakan cara-cara konvensional yang bisa dirasakan semua warga, bisa melalui toa masjid, selebaran kertas ataupun diseminasi informasi melalui petugas linmas RW.Â
c. Pendisiplinan Pergerakan Warga secara Lokal
Perangkat RW diharapkan bisa membuat kesepakatan tidak tertulis sementara selama krisis pandemi korona terjadi. Kesepakatan terkait meminimalisir pergerakan warga harus diterapkan dalam lingkup terkecil dan dilakukan secara bersama-sama.Â
Aktivitas seperti anak-anak yang sering keluyuran bermain bersama teman-temannya harus dibatasi, bisa dengan menggerakan guru PAUD, ataupun jika ada pemuda yang masih sering berkumpul, bisa dengan menggerakan ketua RT dan tokoh agama untuk mengingatkan.Â
Tokoh-tokoh lokal non-formal ini memiliki peran penting untuk menimbulkan kesadaran bersama akan pentingnya menjaga jarak di lingkungan permukiman.
Warga Jakarta adalah warga yang kooperatif jika ditempatkan dengan baik, sekarang adalah momen yang paling tepat untuk mewujudkan impian Jakarta sebagai kota  yang kolaboratif dengan perlibatan langsung dari warganya. Jaga jarak, jaga kesehatan, dan tetap di rumah.
Daftar Pustaka:
[1] Ika Defianti. 2020. Imbas Covid-19, Jumlah Penumpang MRT, LRT, Transjakarta dan KRL Turun Signifikan di Liputan6 (diakses 23 Maret 2020)