Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rawan Corona Permukiman Padat Penduduk Jakarta

26 Maret 2020   09:00 Diperbarui: 26 Maret 2020   09:21 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://news.detik.com/

Perbedaan infeksi ini terjadi sangat jauh dengan perbedaan 162% dibandingkan permukiman biasa, sehingga jika di permukiman biasa terjadi peningkatan namun tidak signifikan, permukiman kumuh mengalami fenomena pandemik ketika penyebaran sangat masif terjadi. 

Tidak hanya rata-rata penyebaran yang lebih tinggi, waktu terjadinya penyebaran juga terjadi lebih cepat pada permukiman kumuh dibandingkan permukiman biasa (131 hari lebih cepat pada skenario mid flu, 34 hari lebih cepat pada skenario strong flu,  23 hari lebih cepat pada skenario catasthropic flu). 

Simulai ini menyimpulkan bahwa kecepatan rata-rata infeksi penyebaran dan waktu terjadinya puncak pandemik lebih parah ketika terjadi pada permukiman kumuh daripada permukiman biasa.

Jakarta Kota Tanpa Kumuh?

sumber: https://www.cnnindonesia.com/
sumber: https://www.cnnindonesia.com/
Tentu saja tidak, di Jakarta setidaknya terdapat 445 RW kumuh yang tersebar di masing-masing kotamadya [5]. Indikator lokal yang digunakan untuk menilai kekumuhan suatu permukiman beberapa diantaranya seperti bahan konstruksi bangunan, ventilasi, pemanfaatan lahan, dan kepadatan penduduk. 

Pemerintah Provinsi DKI menyampaikan bahwa hingga saat ini penyebaran virus corona baru terjadi di lingkungan permukiman yang baik, dan belum sampai kepada permukiman kumuh. 

Deputi Gubernur DKI Bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman juga turut mengungkapkan kekhawatiran nya jika penyebaran virus terjadi di permukiman padat penduduk [6]. 

sumber: https://news.detik.com/
sumber: https://news.detik.com/
Kegelisihan ini tentu sangat beralasan, jika kita ingin mengambil contoh kasus permukiman yang paling padat di Asia Tenggara, cobalah kita tengok permukiman padat penduduk Tambora, Jakarta Barat. 

Kawasan Tambora terdiri dari 250.000 jiwa dalam luasan lahan yang hanya sebesar 5,48 km2, maka setiap satu meter persegi ditempati oleh 4 orang [7]. Opsi isolasi diri di dalam rumah menjadi tidak mungkin karena sudah harus berjibaku dengan anggota keluarga lainnya, maka pilihannya adalah dengan berada di luar rumah yang juga tetap ramai dengan adanya tetangga. 

Ketika di dalam dan di luar rumah sama penuhnya, maka semakin tinggi pula risiko penyebaran virus terjadi secara cepat seperti pada penjelasan pemodelan di atas.

Apa yang Bisa Dilakukan Saat Ini Juga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun