Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dekriminalisasi Penduduk Kampung Kota

17 November 2017   23:27 Diperbarui: 18 November 2017   10:05 3650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Pelataran Masjid Agung Bandung. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Sebagai seorang insan akademis bertajut mahasiswa, saya dan teman-teman saya memiliki kegelisahan terhadap Kampung Kota yang ada di Kota Bandung.

Saya dan teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Planologi ITB berkesempatan untuk melakukan sebuah pengabdian masyarakat di Kampung Kota, di Kota Bandung, tepatnya di RW O7 Kampung Banceuy.

Kami melakukan pendekatan kepada masyarakat mulai dari bulan April 2017. Alasan pemilihan Kampung Kota Banceuy dilandaskan pada potensi kelembagaan yang ada, di kampung ini memiliki organisasi Karang Taruna yang aktif sehingga memudahkan mobilisasi massa. Pada Kampung Banceuy ini juga terdapat sebuah ruang publik yang cukup besar untuk menjadi tempat bersosialisasi masyarakat di dalamnya.

Suasana Festival Kampung Kota oleh Himpunan Mahasiswa Planologi ITB di Kampung Banceuy, Bandung. Sumber : Dokumentasi Pribadi
Suasana Festival Kampung Kota oleh Himpunan Mahasiswa Planologi ITB di Kampung Banceuy, Bandung. Sumber : Dokumentasi Pribadi
Untuk mendapatkan sebuah rasa kepercayaan dari masyarakat kami memulai pendekatan kami kepada stakeholder terkait, seperti ketua karang taruna, ketua RW, ketua Ibu-ibu PKK, ketua PAUD, melalui pendekatan ini kami bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang diterima masyarakat. Tidak jarang terdapat kegiatan yang ditolak oleh warga Braga, tetapi itu lebih kepada bagaimana cara kami menyampaikan apa yg ingin kami bawa. Jika niatan kami baik pada akhirnya akan diterima dan bahkan sampai benar-benar didukung.

Kegiatan yang kami lakukan bermula dari pengajaran rutin kepada anak-anak PAUD dan SD terkait pelajaran sederhana, tidak hanya pengajaran terkait pendidikan kami juga mengajari kebudayaan dan permainan untuk dapat menghibur mereka (berusaha melepas stigma kebahagiaan masa kecil bisa didapat dari gadget). Kami juga melakukan beberapa sumbangan seperti sumbangan buku-buku tulis, mengadakan acara 17-an Agustus bersama, senam bareng bersama, segala hal yang dapat mendekatkan kami kepada masyarakat. Kami ingin agar mahasiswa jaman sekarang memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, tidak hanya terbatas terhadap kepuasan pengetahuan yang didapatkan di dalam dinding-dinding bangku perkuliahan.

Sampai kepada akhirnya, kami bersama berkolaborasi mengadakan sebuah acara puncak yang dinamakan Festival Kampung Maroon. Festival = acara bersenang-senang bersama, Kampung = teman-teman kampung kota Banceuy menunjukkan potensi yang dimiliki, Maroon = warna jaket Himpunan kami, hhe.

Di dalam persiapan acara ini kami bersama-sama menyusun setiap susunan acara, persiapan logsitik, perizinan secara bersama-sama. Kami sudah melatih anak-anak PAUD untuk mementaskan kebolehannya seperti tampil menari untuk lagu "Aku Seorang Kapiten", fashion show menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti koran yang diolah menjadi cantik, senam Maumere bersama ibu-ibu PKK. Teman-teman pemuda juga tidak kalah semangat untuk terlibat, Karang Taruna ikut menyemarakkan penampilannya dengan nge-band.

Tari Jaipong dipersembahkan oleh warga RW 07 Banceuy. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Tari Jaipong dipersembahkan oleh warga RW 07 Banceuy. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Tari-tarian Jaiopong dari anak berumur 10 tahun dan yang sudah ibu-ibu juga membuat kami terkagum-kagum tidak bisa berkata-kata melihat kegemulaian gerakan mereka. Kesemarakan Festival ini ditutup dengan penampilan dari Grup Band Bapak-bapak yang sudah cukup berumur dengan menamakan grup band mereka 40+ (karena semuanya sudah berumur lebih dari 40 tahun). Lagu-lagu koes plus menutup malam ini dengan semarak serta menyenangkan walaupun dingin sehabis diguyur hujan, kami merasa hangat karena bersama-sama di kampung kota ini.

Kampung Kota

Dengan jalan terkotak-kotak

Berjalan melipir dengan gang sempit

Di tengah perekonomian penduduk yang terhimpit

Kalian ada sebagai guru sekaligus antitesis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun