Setelah hidup selama 20 tahun menyandang nama belakang ayah yang seorang Toraja, untuk pertama kalinya saya berkesempatan untuk mengunjungi tanah tersebut. Kunjungan ke Sulawesi Selatan ini akan ditempuh dengan banyak perjalanan darat dengan rute: Makassar --> Pare-Pare --> Toraja --> Bone --> Bantimurung --> Makassar.
Hari Pertama
Pesawat kami landing di Makassar pada pukul 09.00 WIT, kami telah merencanakan untuk menyewa mobil selama satu minggu. Langsung saja kami melakukan perjalanan darat menuju Kota Pare-Pare.
Selama perjalanan kami disajikan dengan pemandangan perumahan, namun bukan perumahan biasa yang anda sering lihat di kota-kota Jawa. Rumah-rumah disini terbangun dengan konsep rumah panggung dengan ujung atap yang saling menyilang. Tidak perlu khawatir perjalanan 8 jam ini membuat perut Anda lapar, karena banyak sekali makanan yang bisa Anda coba.
kue dange, dokumentasi pribadi, 2016
Salah satunya adalah Dange, yang menyerupai kue pukis. Rasanya gurih dan manis karena ada parutan kelapa serta gula merah di dalamnya (bahan dasarnya berupa sagu)
pasanya bersih dan rapih, dokumentasi pribadi, 2016
Ketika singgah di Pare-pare sempatkan juga untuk mengunjungi Pasar Senggol dekat pelabuhan Pare-pare. Pasar ini menyajikan seluruh makanan Makassar, pasar ini juga sangat bersih dan harganya juga murah tidak menipu. Setelah makan anda juga dapat membeli berbagai macam baju bekas berkualitas, barang-barang impor dekat pelabuhan (saya membeli jaket parka bagus dengan harga hanya 80 rb)
Hari Kedua
Perjalanan mendaki menuju Toraja memberikan kesan tersendiri. Jalannya begitu curam dan berliku sehingga bagi anda yang gampang mabuk mungkin sedari awal meminum obat anti mabuk dahulu. Tana Toraja yang memiliki tingkat elevasi sekitar 1500 meter di atas permukaan laut memberikan pemandangan yang menakjubkan sepanjang perjalanan, anda akan terkesima dengan barisan bukit yang membentang, seperti foto berikut ini :
Tana Toraja yang dikelilingi Gunung, dokumentasi pribadi, 2016
Terdapat banyak penginapan di Tana Toraja mulai dari kelas
backpacker sampai yang nyaman sekali. Pada saat ini juga saya berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga yang baru pertama kali saya temui. Dan ternyata ada saudara dari oma saya yang baru saja meninggal, kami diajak untuk mengikuti pemakaman disana.
suguhan makanan di bawah Tonkongan, dokumentasi pribadi, 2016
Ketika kami sampai di rumah kami diantar ke satu Tongkonan keluarga. Disana kami disuguhi makanan khas Toraja berupa daging “itu” dan minuman ragi beralkohol yang disebut sebagai Baloo.
Rumah Tonkongan yang berada di samping rumah tinggal, dokumentasi pribadi, 2016
Bagi Anda yang masih kebingungan dengan kata Tongkonan, secara singkatnya dalam keluarga Toraja di rumahnya akan dibangun sebuah rumah panggung yang mengahadap rumah keluarga. Semakin banyak Tonkongan nya berarti menandakan status keluarga tersebut tinggi, hal ini dikarenakan biaya yang mahal untuk membangun satu rumah Tonkongan yang bisa menghabiskan 500 juta (dikarenakan kayunya yang mahal dan ukiran-ukiran yang sulit).
Lihat Travel Story Selengkapnya