Jalan Kopo dimulai dari Pasir koja. Di sini diberlakukan satu arah. Dari arah kopo ke pusat kota. Daerah Bojongloa dan pasar anyar. Banyak toko mebeul dan toko perhiasan emas. Mebeulnya sudah legend. Di sekitaran sana tinggal maestro jaipongan. Pak Gugum Gumbira. Daerah ini relatif aman dari kemacetan.
Berikutnya dari pasar Anyar hingga perempatan jl. BKR. Jalan Kopo diberlakukan dua arah. Bagian ini ditandai dengan rumah sakit swasta Immanuel.
Setelah perempatan BKR, lanjut ke Cetarip. Cetarip selama tidak musim hujan. Aman. Jika musim hujan tiba, sebagian jalan berubah menjadi sungai. Persoalan jalan menjelma menjadi sungai di Cetarip merupakan masalah klasik. Sejak saya masih pakai seragam putih biru. Mulai kenal doktrin tanda-tanda akhir zaman. Cetarip sudah terkenal dengan debit air tinggi pada saat hujan.
Kondisi ini diperparah dengan barisan bocil-bocil yang pura-pura membantu dorong motor padahal memasukkan air ke dalam knalpot.
Bukan menolong malah menjerumuskan. Memang sungguh tanda-tanda akhir zaman itu nyata. Nampak dari kedzoliman mereka.
Sejak 2019 Kota Bandung punya RSUD. letaknya di wilayah Cetarip ini. Namanya RSUD Kiwari. Sejak didirikan sudah dua kali mengalami kebakaran. Eta bisa kitu nya??
Setelah Cetarip, kita memasuki bagian wilayah Kopo fenomenal. Fenomenal karena macetnya.
Setelah perempatan Caringin (Soekarno – Hatta), di bawah fly over, hampir dipastikan akan ada antrin kendaraan. Roda dua, roda tiga, roda empat, roda delapan, bahkan lebih.
Stok kesabaran akan mulai terkikis di bagian ini. Untuk memenangkan boleh sambil baca istigfar atau ayat kursi juga. Dalam situasi yang penuh tekanan, takutnya setan ikut menyusup dan dapat memperkeruh keadaan.
Secara regulasi jalan Caringin diberlakukan satu arah. Hanya bisa dari Kopo ke Caringin.