Sebagai orang gunung (dari Bandung), diajak ke pulau itu suatu tawaran yang mevah. Yang terbayang adalah gugusan pulau seperti di pulau seribu. Namun,ketika sampai ditujuan.Â
Jangankan deburan ombak, yang ada adalah mesin-mesin crane dan mobil proyek hilir-mudik. Pagar seng yang menutup pandangan. Sebelumnya sudah diralat, tujuannya ke Pantai Maju. Bukan Pulau Maju. Tapi saya tidak peduli, mau pantai atau pulau. Yang penting ada ombaknya.Â
Banyak pohon kelapanya. Lalu Ambu merayu Mas Yon agar mau  mengantarkan kami sampai melihat ombak. Akhirnya sampai pula kami di sana. Melihat hamparan air. Lambaian nyiur dan ombak? Hmmmmm....
Cerita tadi adalah rangkaian kegiatan hari kedua. Hari pertama kami mendapat pemahaman mengenai seputar dunia fiksi dari Fanny Jonathan Poyk.Â
Cerpen beliau sudah banyak menghiasi media cetak nasional. Setiap penulis hendaknya uji nyali mengirimkan tulisannya ke media cetak.Â
Tidak sekadar diunggah pada media sosial. Menurut beliau hal tersebut untuk meningkatkan kemampuan si penulis itu sendiri. Bukan mengejar jumlah viewer atau like belaka. Setidaknya ada kurasi dari naskah oleh ahlinya.
Setelah Pemahaman mengenai fiksi, berlanjut sharing Oleh Iskandar Zulkarnaen atau lebih dikenal dengan Mas Isjet, sebagai co-founder Kompasiana, mengenai Literasi Digital. Ada empat point penting yang saya ingat dari Mas Isjet mengenai "How to build Brand a News Room", yaitu:
- Original
- Patience
- Be Timely
- Be flexible
Tidak sekadar diingat, tetapi harus segera dipraktekan, untuk meningkatkan kualitas. Tulisan kita mempunyai ciri yang khas, harus sabar. Jangan ujug-ujug putus asa karena tidak dilirik brand. Tulisannya sesuai masanya. Â Agar bisa dilirik oleh brand-brand famous. Ada deal antara aku dan kamu. Agar tujuan kaya-raya bisa terwujud dalam kerangka yang sudah ditetapkan. Heyalaaaaaah....
Setelah diguncang gempa, kita deg-degan antara gempa yang menghantui serta deadline tulisan pertama mengenai kesan dan pesan mengikuti worshop. Waktu yang diberikan cukup sebentar. Seperti flash blogging .Â
Lanjut materi terakhir adalah mengenai menulis Bidang Ekonomi. Dengan nara sumber Isson Khaerul. Menulis di Bidang Ekonomi tidak seramai dengan tema-tema lain. Masih bisa dibilang lahan kosong. Banyak peluang di sana. Setiap peristiwa bisa dilihat dari sudut pandang ekonomi.Â