Ada hikmah dibalik kedatangan Gyas yang lebih pagi ke Patrion. Mereka mendadak mengerumuni bangku Gyas. Bukan dalam rangka meet up sang idola. Tapi gara-gara tugas fisika yang bikin bingung.  Awalnya Gyas mencoba menerangkan maksud soal-soal tersebut tapi yang terjadi malah membuat mereka beringas. Berebutan menyalin jawaban tugas. Gyas hanya bisa pasrah. Mengungsi ke bangku sebelahnya.
Beberapa menit sebelum bel tanda masuk, Olive datang terpogoh-pogoh. Dan didapati bukan Gyas yang ada di mejanya. Sialnya sebelum bel berakhir, Pak Oman sudah masuk kelas. Padahal bel di Patrion itu cukup panjang. Â Memakai lagu Halo-Halo Bandung. Olive terlihat kesal. Naya, Â yang dari tadi menempati bangku Gyas melenggang dengan santai. Mempersilahkan Gyas untuk menempati bangkunya kembali.
"Selamat pagi!" Sapa Pak Oman.
"Pagi....."
Dalam keheningan kelas, Olive berharap Pak Oman melupakan tugas minggu lalu. Semoga hari ini Pak Oman move on membahas materi baru. Tapi apa daya, Pak Oman malah mengulas materi minggu lalu.
"Pssssssst..." Olive berusaha mencari perhatian Gyas. "Pssssssttt!... Gyas! Psssssttt Gyas!!"
Mungkin panggilannya tidak berhasil tapi lemparan penghapusnya berhasil membuat Gyas menoleh.
"Aku?!" Ujar Gyas kaget.
"Iya..." Olive menyeret kursinya perlahan menghampiri Gyas.
Gyas pikir Olive sedang berbicara menggunakan bahasa parseltounge pada mahluk kasat mata. Namun, setelah nama Gyas dipanggil beberapa kali, Gyas sadar jika Olive manggil dirinya.
"Kemarin di rumah ada syukuran. Aku lupa mengerjakan tugas. Tolong aku Gee!" pinta Olive setengah berbisik bercampur dengan bahasa parseltounge.
"Apa?!" Gyas mendengar samar-samar.
"PR. Gimana nih?" Olive menunjukkan buku latihan yang masih kosong.
"Hayooo Gyas, kamu tidak usah ganggu orang lain untuk mendengarkan curhatan kamu!" Pak Oman langsung mencurigai kegiatan bisik-bisik tetangga di deretan kursi belakang. "Gyas! Olive! kamu berdua ke depan. Coba kerjakan soal nomor 3 dan 7."
Gyas kesal dengan cara Pak Oman memperlalukannya. Sedangkan Olive terlihat semakin lemas.
 "Gimana ini Gee?"
"Lihat saja jawaban punya aku." Gyas ngambil inisiatif. Menukar buku latihan.
Setelah selesai Pak Oman meminta mereka berdiri di samping white board. Sementara dia memeriksa jawaban. Seakan semakin puas jika ada temuan yang bisa dijadikan objek penganiayaan. Wajah Pak Oman yang buram terlihat makin kusut.
Setengah hati Pak Oman mengomentari jawaban mereka. Mimik Pak Oman menyiratkan betul ketidaksukaannya akan Gyas. "Menurut saya kamu hanya beruntung saja."
Pak Oman membetulkan letak kacamatanya. Lalu Pak Oman memuji jawaban Naya. Anak OKB, keluarga penguasa kios pasar.
"Harusnya seperti ini Gyas," Pak Oman menunjukkan buku latihan Naya pada Gyas.
Ada semburat warna merah di pipi Naya. Apakah itu berarti Naya akan mengakui kalau itu bukan hasil hitungannya atau justru merasa bangga dipuji Pak Oman.
 "Mungkin sekali-kali deretan depan bisa maju untuk mengerjakan latihan soal." Usul Gyas. Dan berusaha tenang. Sedangkan Olive meremas-remas buku latihan Gyas dengan kesal.
"Apa kamu bilang? Kamu ngajarin saya? Kamu menghina saya Gyas?!" Pak Oman tidak menerima usulan Gyas. Kelas pun menjadi tegang.
Gyas sadar tidak ada gunanya melawan. Tak perlu ada kata-kata lagi. Ucapannya akan menjadi bumerang.
 "Kamu boleh meninggalkan kelas!" Pak Oman mengatakannya dengan ketus."Tutup pintunya dari luar."
Tanpa pikir panjang, Gyas langsung meninggalkan kelas yang baru sepuluh menit berlangsung.
parseltounge = Bahasa yang digunakan untuk berbicara pada Ular. Dari buku Harry Potter
=========
Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerita ini kurang lebih 1 menit 31 detik. Cerita ini dibuat sebagai dukungan kepada lembaga pemberantasan korupsi, atas kegundahan setiap kali mendengar kasus korupsi mengemuka.
Untuk cerita sebelumnya bisa dikunjungi di sini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI