Dari balik buku-buku yang berbaris rapi di rak, Gyas mengintip cowok jangkung yang sedang anteng mengurus administrasi di meja petugas.  Tingginya kurang lebih sama dengan Lingga. Wajahnya tidak kalah keren. Boleh bersaing dengan para Oppa. Gyas yakin dia bakal menang. Sebagai orang yang mirip Oppa meski jadi urutan ketujuh versi on the spot.
Rambutnya sering kali acak-acakan karena sering disisir jari. Gyas sampai hapal betul, jeda waktu dari merapikan rambut ke merapikan rambut berikutnya. Gara-gara dia Gyas jadi lebih sering memperhatikan apa yang terjadi di meja administrasi. Mengalihkan dari buku yang sedang dibacanya. Â Bahkan melupakan untuk menengok ke lapangan basket. Tidak penasaran lagi dengan suara riuh --redah dari bawah.
Dari meja tinggi berwarna abu-abu yang melingkarinya, cowok itu dengan senang hati berbagi informasi tentang perpustakaan bagi siapa saja yang membutuhkan. Jika ada anak yang kebingungan harus baca buku apa. Dia akan memberikan saran mengenai bacaan. Gaya menjelaskannya lucu, membuat orang menjadi penasaran. Gyas semakin takjub dibuatnya. Seakan menemukan harta kartun.
Hari ini, dia tidak terlalu sibuk. Â Gyas melirik jam yang menempel di pilar. Pukul setengah dua. Jam dua dia harus ke GOR untuk latihan dan persiapan penyambutan anggota baru. Seperti biasa, Gyas menyeludupkan kertas lipat warna-warni pada saku kemejanya. Lalu melipatnya menjadi dua bagian. Dilipat lagi, sampai bisa dia sematkan pada ujung buku. Sebagai penanda halaman yang sudah dia baca. Lalu menyimpan buku tadi ke rak. Untuk dilanjutkan esok lusa. Gyas buru-buru keluar dari perpustakaan. Ketika melewati dia, Gyas tampil se-casual mungkin dan berusaha agar dia tidak tahu kalau Gyas akan meliriknya.
Satu anak perempuan menghampirinya. Gyas hapal anak itu, satu angkatan. Kelasnya bersebelahan. Dia bertanya tentang novel sastra angkatan Balai Pustaka. Pasti dia sedang mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Tugas bahasa Indonesia Gyas mengenai kajian novel angkatan Balai Pustaka, baru saja dikumpulkan. Kehadiran anak perempuan itu membuat keuntungan bagi Gyas. Karena Gyas bisa leluasa meliriknya tanpa dia ketahui.
Prediksi Gyas salah. Cowok itu malah memberikan senyum ketika Gyas melewati dan menoleh kearahnya. Jantung Gyas jadi berdebar. Gyas langsung mempercepat langkahnya.
Siapa dia?
Olive. Hanya Olive yang akan bisa membantu rasa penasarannya itu. Olive dengan semua jaringan informasi yang dia punya.
 "Namanya Seomarco Adiwipura. Nulisnya pakai O E." Olive menjelaskan dengan sangat tegas dari data yang berhasil dia kumpulkan. "Kelas 12. Fisika dua. Satu angkatan dengan Lingga. Katanya dia dihukum di perpustakaan."
Prosedur standar pencarian informasi dengan Stalking media sosial dibantu Om google tidak banyak memberikan informasi. Di  feed Instagram hanya foto-foto pemandangan. Tidak ada foto dirinya. Dari foto-foto yang diunggah, Gyas bisa menerka selain membaca, hobi Soemarco adalah fotografi. Satu-satunya foto diri Soemarco adalah foto yang dipakai sebagai foto profile.
"Dihukum? Kenapa dia sampai dihukum?"