Sejak Kang Emil resmi dilantik jadi Walikota Bandung, di beberapa jalan kota Bandung pasti sering melihat tempat sampah seperti ini.
[caption id="attachment_339332" align="aligncenter" width="300" caption="fotonya diambil dari http://inspirasibangsa.com"][/caption]
Materialnya dibuat dari tepung tapioka,katanya sih. Saya belum mem-follow up atau mencari sumber berita itu. Baru sebatas obrolan ketika menganggumi tempat sampah tersebut ditebar di kota Bandung.
Sebagai warga Bandung saya tentunya senang dengan ketersediaan tempat sampah ini. Di Bandung itu sulit menemukan tempat sampah, ya... beberapa waktu lalu. Pernah ketika kami melakukan Jalan Santai dari Tahura sampai Jayagiri, tempat sampah itu sulit ditemukam. Sampai akhirnya kami membekal sampah, ohya dulu saya dan teman-teman sudah melakukan GPS. Gerakan Pungut Sampah yang sekarang sedang digalakan di hari Senin-Rabu-Jumat. Alasan dulu kenapa kami memunguti sampah sepanjang perjalanan kami karena "GEULEUH" itu saja.
Balik lagi ke tong sampah yang terbuat dari plastik ramah lingkungan dan seyogyanya praktis karena tinggal diikat lalu diangkut petugas kebersihan. Sampahnya pun sudah dipilah mana yang bisa diurai mana yang tidak (plastiknya ada dua warna tuh hijau dan putih), yang Hijau buat organik dan putih buat anorganik. Harusnya, tetapi umur tempat sampah itu tidak berlangsung lama. Plastik banyak yang sobek, digerogoti tikus, tidak terpasang dengan benar. Pemasangan tidak continue sering kali dibiarkan. Yang lebih konyol lagi banyak yang membuang sampah diatas tutupnya, atau menggeletakan dibawah kantong plastik yang menggantung dengan harapan nanti si petugas sampah akan sekalian membawa sampahnya. Dan yang lebih ajaibnya, ring besinya itu ngilang sodara-sodara.....
tampilannya seperti ini:
[caption id="attachment_339333" align="aligncenter" width="300" caption="diambil dari www.pikiran-rakyat.com"]
Tersisa seperti itu. Sungguh menakjubkan. Mungkin rasa memilikinya sangat tinggi. Alih-alih merawat malah diangkut pula ke rumahnya.
Kalau sudah begini saya, saya suka mikir yang melakukan pasti bukan warga Bandung. Kalau warga Bandung tidak mungkin lah melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Terus sering kali di Bandung (Cihampelas dan daerah tujuan wisata lainnya) sering terlihat ongokan sampah dari para tamu yang berkunjung. Disempillkan dibawah kursi atau dijadikan aksesories sekitar akar-akar pohon. Jadi kepikiran mengapa mereka menyampah dengan membabi buta seperti itu ya? Ok baiklah mungkin mereka bukan orang Indonesia, gak ada rasa cinta tanah airnya. Gak mau sedikit pun berbelas kasihan pada negerinya. Atau mungkin mahluk surga yang salah diturunkan. Seharusnya diturunkan di Neptunus atau Mars atau Jupiter bukan di Bumi. Kalau mereka sadar akan menjadi bagian penghuni Bumi gak akan lah melakukan seperti itu, menimbun sampah begitu. Lalu berharap malaikat akan membereskannya.
Sekarang desain tempat sampah Bandung diganti. Biar tidak bernasib seperti desain sebelumnya yang ditinggalkan rangkanya, itu pun sudah dimutilasi pula. Desainnya seperti ini, saya melihatnya di Facebook Ridwan Kamil untuk Bandung pada hari kamis, katanya dari @infobdg
[caption id="attachment_339335" align="aligncenter" width="300" caption="Desain Baru "]
Wih ada Giginya, buat menggigit :D bukan menggigit yang masuk-in sampah kali ya, tapi yang nyuri tong sampahnya.
Semoga saja tempat sampah ini bisa dipelihara dengan baik. Gak akan ada yang mempretelinya. Yang lebih penting lagi, warga Bandung harus peduli dengan sampah. Ya, mulai lah mengurangi produksi sampahnya. Gimana caranya? ya, kalau saya praktisnya sih membuat renungan dulu, bahasa kerennya review, sehari berapa banyak kita nyampah. Besoknya kita mulai tuh kurangi. Misalnya kalau hari ini beli gorengan pakai plastik, besok bawa lunch box, besoknya lagi gak beli soalnya Inget kolesterol, asam urat dan lain-lain. Lemak, ndut... ah, jadi serem kalau badan udah melar. Hahahahaha....
Anyway, bijak lah dengan sampah. After all, Tuhan pasti tidak salah mengirim kita menjadi Mahluk Bumi. Jadi, berbaik-baiklah karena kalau kita tidak menghormatinya, merawatnya, siap-siap saja akan Murka-NYA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H